Pengaruh Kohesivitas Kelompok terhadap Niat Keluar

mendapatkan hak yang sama, tuntutan kenaikan gaji pun juga belum di realisasikan. Individu yang merasa terpuaskan dengan pekerjaannya cenderung untuk bertahan dalam organisasi. Sedangkan individu yang merasa kurang terpuaskan dengan pekerjaannya akan memilih keluar dari organisasi. Kepuasan kerja yang dirasakan, dapat memengaruhi pemikiran seseorang untuk keluar. Bila karyawan memiliki kepuasan kerja yang tinggi, maka karyawan tersebut tidak akan mencari alternatif pekerjaan lainnya yang nantinya dapat membuat karyawan memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya saat ini. Secara empiris dapat disimpulkan bahwa ketidakpuasan kerja memiliki suatu pengaruh langsung pada pembentukan keinginan keluar niat keluarturnover intention.

3. Pengaruh Kohesivitas Kelompok dan Kepuasan Kerja terhadap

Niat Keluar Pasewark dan Strawser 1996 mengatakan turnover intention intensi keluarniat keluar mengacu pada keinginan karyawan untuk mencari alternatif pekerjaan lain yang belum diwujudkan dalam bentuk tindakan nyata. Tingkat turnover yang tinggi akan menimbulkan dampak negatif bagi organisasi, hal ini seperti menciptakan ketidakstabilan dan ketidakpastian uncertainity terhadap kondisi tenaga kerja dan peningkatan biaya sumber daya manusia yakni yang berupa biaya pelatihan yang sudah diinvestasikan pada karyawan sampai biaya rekrutmen dan pelatihan kembali. Turnover yang tinggi juga mengakibatkan organisasi tidak efektif karena perusahaan kehilangan karyawan yang berpengalaman dan perlu melatih kembali karyawan baru. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa pada PT. Putra Tunas Subur sering terjadi turnover intention pada karyawan yang bisa dilihat dari lima indikasi yaitu: absensi yang meningkat, mulai malas dalam bekerja, peningkatan terhadap pelanggaran tata tertib, peningkatan terhadap protes kepada atasan, dan kurangnya keterbukaan antara karyawan dengan atasan. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi niat keluar yakni kohesivitas kelompok dan kepuasan kerja. Kohesivitas kelompok kerja yang terjalin dalam kelompok kerja dapat menurunkan niat keluar, karena anggota kelompok menikmati interaksi satu sama lain dalam bekerja. Adanya kohesivitas kelompok kerja dapat memberikan motivasi dan semangat kerja yang tinggi kepada karyawan, dimana sesama karyawan akan saling membantu, sehingga dapat menurunkan niat keluar. Disisi lain individu yang merasa terpuaskan dengan pekerjaannya cenderung untuk bertahan dalam organisasi. Sedangkan individu yang merasa kurang terpuaskan dengan pekerjaannya akan memilih keluar dari organisasi. Kepuasan kerja yang dirasakan dapat memengaruhi pemikiran seseorang untuk keluar. Evaluasi terhadap berbagai alternatif pekerjaan, pada akhirnya akan mewujudkan terjadinya turnover karena individu yang memilih keluar organisasi akan mengharapkan hasil yang lebih memuaskan di tempat lain. Robbins 2006 menjelaskan bahwa kepuasan kerja dihubungkan negatif dengan keluarnya karyawan, tetapi faktor-faktor lain seperti pasar kerja, kesempatan kerja alternatif dan panjangnya masa kerja merupakan kendala penting untuk meninggalkan pekerjaan yang ada. Kepuasan kerja dihubungkan secara negatif dengan keinginan berpindah karyawan, tetapi kolerasi itu lebih kuat daripada apa yang ditemukan dalam kemangkiran.

D. Paradigma Penelitian

Gambar 1. Paradigma Penelitian Sumber: Penelitian Pepe 2010 Turnover Intention Y Kohesivitas Kelompok X 1 Kepuasan Kerja X 2 H 3 H 1 H 2

E. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah: H 1 : Kohesivitas kelompok berpengaruh negatif terhadap niat keluar karyawan PT. Putra Tunas Subur. H 2 : Kepuasan kerja berpengaruh negatif terhadap niat keluar karyawan PT. Putra Tunas Subur. H 3 : Kohesivitas kelompok dan kepuasan kerja secara simultan berpengaruh negatif terhadap niat keluar karyawan PT. Putra Tunas Subur.