Collaborative Planning Forecasting And Replenishment CPFR

2.6. Sistem Fleksibilitas Manufaktur

Pengertian Fleksibilitas pada Fleksibilitas manufaktur disini adalah kemampuan untuk memproses bermacam-macam benda dengan bentuk yamg berbeda-beda dan pada Sistem kerja yang berbeda-beda pula, Fleksibilitas juga berarti kemampuan untuk mengubah bentuk benda produksi sesuai dengan permintaan yang datang Groover 2000 , Sedangkan menurut Zhang 2003 Fleksibilitas didefinisikan sebagai kemampuan Organisasi untuk memenuhi setiap peningkatan Varietas dari ekspektasi yang dipunyai oleh konsumennya tanpa menimbulkan pengurangan pada cost, waktu, dan perubahan pada organisasi, sedangkan fleksibilitas manufaktur di definisikan sebagai kemampuan dari organisasi untuk memanage sumberdaya produksi dan ketidak pastian yang ada untuk menemukan berbagai permintaan dari konsumennya, fleksibilitas manufaktur sering kali diidentikkan dengan system fleksibel mesin Fleksible Machine System . Menurut Groover 2000 sebuah sistem manufaktur baru dapat dikatakan Fleksibel jika : 1. Mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasikan dan memisahkan proses produksi yang mempunyai ciri yang berbeda ataupun benda yang berbeda berdasarkan system. 2. Mampu dengan cepat mengubah instruksi operasi. 3. Mampu dengan cepat mengubah dari physical set up . Sebenarnya Fleksibilitas dapat diterapkan baik itu pada sistem manual maupun pada sistem otomatis. Pada sistem manual, karena sebagian besar operasi dikerjakan oleh tenaga kerja manusia maka pekerjaannyalah yang memungkinkan untuk difleksibilitaskan. Agar bisa dikualifikasikan sebagai fleksibel, sebuah sistem manufaktur harus memenuhi beberapa kriteria. Berikut ini akan disebutkan beberapa tes yang dapat digunakan untuk menguji suatu Fleksibilitas dari sebuah sistem manufaktur otomat.

2.7. Metode Pembobotan Dengan Analythical Hierarchy Process AHP

Analytic Hierarchy Process atau yang dikenal sebagai metode AHP adalah teknik pengambilan keputusan dan menyelesaikan permasalahan yang kompleks atau tidak terstruktur yang memasukkan kriteria ganda, baik yang bersifat nyata tangible, tidak nyata intangible, kuantitatif maupun kualitatif, serta memperhitungkan adanya konflik maupun perbedaan. Metode ini dikemukakan oleh Thomas L. Saaty dari University of Pittsburgh. Salah satu keuntungan utama Analytic Hierarchy Process AHP yang mana membedakan dengan model pengambilan keputusan lainnya ialah tidak ada syarat konsistensi mutlak. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa keputusan manusia sebagian didasari logika dan sebagian lagi didasarkan pada unsur bukan logika seperti perasaan, pengalaman dan intuisi. Di dalam AHP, terdapat hierarki yang terbagi atas level-level. Hierarki adalah suatu ringkasan dari struktur suatu sistem untuk mempelajari interaksi-interaksi fungsional dari komponen-komponen yang ada dan pengaruhnya pada seluruh sistem. Ada dua macam hierarki, antara lain : 1. Hierarki Struktural, sistem yang kompleks disusun ke dalam komponen- komponen pokoknya dalam urutan menurun menurut sifat struktural mereka. Hierarki ini sangat erat kaitannya dengan cara otak menganalisis hal yang kompleks, yaitu dengan memecah-mecah obyek yang ditangkap oleh indera menjadi gugusan yang semakin kecil. Misalnya ukuran, bangunan, warna atau umur. 2. Hierarki Fungsional, sistem yang kompleks disusun ke dalam komponen- komponen pokoknya dalam urutan menurun menurut hubungan esensial mereka. Hierarki ini sangat membantu untuk membawa sistem ke arah tujuan yang diinginkan. Misalnya pemecahan konflik, prestasi yang efisien, atau kebahagiaan yang perlu dipertimbangkan. Dalam menyusun suatu hierarki tidak ada prosedur tetap untuk membuat tujuan, kriteria, dan kegiatan yang harus dimasukkan ke dalam tersebut. Gagasan penyusunan mendaftar semua konsep yang relevan terhadap masalah tanpa memperhatikan hubungan atau urutan, dapat diperoleh melalui studi literature untuk memperkaya ide, atau seringkali dilakukan dengan bekerja sama dengan orang lain. Tujuan utama yang akan dicapai harus diidentifikasi pada puncak hierarki, sub tujuan pada tingkat berikutnya, dan kendala-kendala yang menghalangi usaha para pelaku pada tingkat berikutnya lagi. Hal ini dapat mendominasi level dari pelaku-pelaku itu sendiri, yang kemudian mendominasi level dari tujuan mereka, dibawahnya adalah level kebijakan mereka dan pada tingkat terbawah adalah level dari semua kemungkinan hasil yang ada. Secara umum struktur hierarki dapat digambarkan sebagai berikut :