Pengertian dan Tujuan Supply Chain Management

Variabel-variabel manajerial dimana proses bisnis disatukan dan disusun sepanjang Supply Chain. Adapun tujuan dari ataupun proses Supply Chain ini adalah :  mengembangkan team yang berfokus pada pelanggan sehingga dapat memberikan persetujuan produk dan jasa menguntungkan kedua belah pihak pada pelanggan secara strategik.  membuat kontak hubungan yang secara efisien menangani pertanyaan-pertanyaan dari semua pelanggan.  secara terus-menerus mengumpulkan, menyusun dan meng-update permintaan pelanggan untuk menyesuaikan demand dengan supply.  mengembangkan sistem produksi fleksibel yang tanggap secara cepat pada perubahan kondisi pasar.  mengatur hubungan supplier sehingga quick response dan perbaikan berkesinambungan dapat berjalan lancar.  pengiriman pesanan tepat waktu dan benar 100.  meminimasi waktu siklus ketersediaan retur return to available. Miranda dan Amin Widjaja Tunggal, 2001

2.2. Prinsip Pengukuran Kinerja Supply Chain

Secara historis, pengukuran kinerja berkembang di perusahaan seringkali bersifat fungsional – based yaitu pengukuran dilakukan untuk menampilkan kinerja dari masing- masing departemen. Pengukuran tersebut dirasakan kurang efektif karena adanya kecenderungan bahwa masing-masing departemen hanya berusaha untuk meningkatkan kinerja mereka sendiri-sendiri dan bukan kinerja perusahaan secara keseluruhan, akibatnya akan menimbulkan peluang terjadinya konflik kepentingan diantara masing- masing departemen. Pengukuran kinerja adalah suatu proses untuk mengukur efektivitas dan efisiensi dari suatu aktivitas. Dalam sistem manajemen bisnis modern, pengukuran kinerja bukan hanya sekedar sistem pengukuran dan perhitungan saja, melainkan juga dapat memberikan kontribusi pada peningkatan kinerja. Ide pengukuran kinerja ini pertama kali diawali dari pengukuran operasi manufaktur yang dilakukan oleh F.W. Taylor father of scientific methods pada awal abad ke-20. Beliau melakukan penelitian mengenai studi gerak dan waktu. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang ada dianalisa untuk membuat standar kerja dari pekerja yang ada serta membuat kriteria yang obyektif untuk mengukur dan menetapkan kinerja dan efisiensi pekerja tersebut. Lama kelamaan, pandangan pengukuran kinerja tidak lagi difokuskan pada penelitian kinerja individu melainkan mengarah pada pengukuran kinerja bisnis perusahaan dan perilakunya. Pengukuran Kinerja Supply Chain sangatlah penting karena berdampak pada bagaimana suatu perusahaan dapat menilai apakah rantai persediaaannya telah meningkat atau bahkan mengalami penurunan. Ataupun juga dapat menentukan jalan atau cara ke arah pemeliharaan menuju keberhasilan sasaran hasil peningkatan rantai persediaannya. Dalam pengukurannya, ada beberapa pertimbangan yang harus dilihat antara lain :  Ukuran tidak diorientasikan dan dipusatkan atas menyediakan suatu perspektif memandang ke depan.  Ukuran tidak selalu dihubungkan dengan pentingnya masalah keuangan, namun seperti pelayanan pelangganloyalty dan mutu produk.  Ukuran tidak secara langsung ada keterkaitan dengan efisiensi dan efektivitas operasional. Lapide, 2000 Pengukuran kinerja terhadap Supply Chain haruslah mengandung indikator- indikator. Indikator-indikator tersebut sebaiknya harus berkaitan dengan pertanyaan- pertanyaan seperti berikut :  Aspek-aspek apa saja yang harus diukur ?  Bagaimana mengukur aspek-aspek tersebut ?  Bagaimana menggunakan hasil pengukuran itu untuk menganalisa, memperbaiki dan mengontrol kualitas rantai produktivitas ? Di dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, bukanlah merupakan tugas yang mudah. Banyak indikator-indikator yang harus disiapkan dan perlu penggunaan ukuran- ukuran yang disesuaikan dengan kondisi perusahaan. Ada beberapa sifat yang harus dipenuhi oleh indikator, yaitu :  Universality bersifat umum dan mudah diukur.  Measurability menjamin bahwa data-data yang diperlukan memang dapat diukur.  Consistency menjamin kekonsistenan pengukuran. Pires, Silvio, Aravechia, dan Carlos, 2001