Uji Kuat Tarik Uji Impak

2.5.3 Uji Kuat Tarik

Uji kuat tarik ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan maksimum suatu material bila dikenai beban. Pengujian ini dilakukan dengan menarik spesimen di kedua ujungnya hingga putus. Hasil yang di dapat dari uji tarik adalah beban maksimum yang dapat ditahan dengan kemuluran material. Biasanya hasil pengujian dituliskan dalam bentuk gaya persatuan luas : Dieter,G. E, 1981 Gaya tarik Gambar 2.4 Kuat Tarik Pengujian kuat tarik ini mengacu pada SNI 03-3399-1994, setelah dilakukan pengujian akan diperoleh nilai P maksimumnya, yang kemudian ditentukan nilai kuat tariknya dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : A P F t  2.3 Dimana : F t = Nilai kuat tarik, kgfm 2 P = Beban maksimum, kgf A = Luas penampang, m² Selain tegangan tarik hasil lain yang didapat dan diuji tarik adalah kemuluran material sebelum putus seperti pada persamaan berikut ini Dieter, G. E, 1981. 1 1 2 p p p e   2.4 Dimana : e = Kemuluran p 1 = Panjang sebelum uji tarik, m p 2 = Panjang setelah uji tarik, m Universitas Sumatera Utara Dari tegangan dan kemuluran material di dapat suatu modulus yang biasa disebut modulus young’s: Dieter, G.E,1981 e F E t  2.5 Dimana : E = Modulus Young’s,kgfm² F t = Nilai uji kuat tarik, kgfm 2 e = Kemuluran Modulus young’s merupakan ukuran kekakuan material. Semakin kaku suatu material maka modulus young’s juga juga akan semakin besar. Modulus young’ didapat dari gaya ikatan antar atom, oleh karena itu modulus young’s suatu material tidak dapat berubah tanpa mengubah sifat alami material itu sendiri dan tidak terpengaruh oleh sifat-sifat material. Perry, 1981

2.5.4 Uji Impak

Pengujian impak merupakan suatu pengujian yang mengukur ketahanan bahan terhadap beban kejut. Inilah yang membedakan pengujian impak dengan pengujian tarik dan kekerasan dimana pembebanan dilakukan secara perlahan-lahan. Pengujian impak merupakan suatu upaya untuk mensimulasikan kondisi operasi material yang sering ditemui dalam perlengkapan transportasi atau konstruksi dimana beban tidak selamanya terjadi secara perlahan-lahan melainkan datang secara tiba-tiba, contoh deformasi pada bumper mobil pada saat terjadinya tumbukan kecelakaan. Prinsip dasar pengujian impak ini adalah penyerapan energi potensial dari pendulum beban yang berayun dari suatu ketinggian tertentu dan menumbuk benda uji sehingga benda uji mengalami deformasi. Gambar 2.5 di bawah ini memberikan ilustrasi suatu pengujian impak dengan metode Charpy. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.5 Ilustrasi Skematis Pengujian Impak Dengan Benda Uji Charpy Pada pengujian impak ini banyaknya energi yang diserap oleh bahan untuk terjadinya perpatahan merupakan ukuran ketahanan impak atau ketangguhan bahan tersebut. Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa setelah benda uji patah akibat deformasi, bandul pendulum melanjutkan ayunannya hingga posisi h’. Bila bahan tersebut tangguh yaitu makin mampu menyerap energi lebih besar maka makin rendah posisi h’. Suatu material dikatakan tangguh bila memiliki kemampuan menyerap beban kejut yang besar tanpa terjadinya retak atau terdeformasi dengan mudah. Pada pengujian impak, energi yang diserap oleh benda uji biasanya dinyatakan dalam satuan Joule dan dibaca langsung pada skala dial penunjuk yang telah dikalibrasi yang terdapat pada mesin penguji. Harga impak HI suatu bahan yang diuji dengan metode Charpy menggunakan persamaan sebagai berikut : A E HI  2.6 Dimana : E = Energi yang diserap, J A = Luas penampang, m 2 HI = Harga Impak, Jm 2 Universitas Sumatera Utara Benda uji Charpy memiliki luas penampang lintang bujur sangkar 10 x 10 mm dan memiliki takik notch berbentuk V dengan sudut 45 o , dengan jari-jari dasar 0,25 mm dan kedalaman 2 mm. Benda uji diletakkan pada tumpuan dalam posisi mendatar dan bagian yang bertakik diberi beban impak dari ayunan bandul, sebagaimana telah ditunjukkan oleh Gambar 2.4. Serangkaian uji Charpy pada satu material umumnya dilakukan pada berbagai temperatur sebagai upaya untuk mengetahui temperatur transisi. Takik notch dalam benda uji standar ditujukan sebagai suatu konsentrasi tegangan sehingga perpatahan diharapkan akan terjadi di bagian tersebut. Selain berbentuk V dengan sudut 45 o , takik dapat pula dibuat dengan bentuk lubang kunci key hole . Pengukuran lain yang biasa dilakukan dalam pengujian impak Charpy adalah penelaahan permukaan perpatahan untuk menentukan jenis perpatahan fracografi yang terjadi. Secara umum sebagaimana analisis perpatahan pada benda hasil uji tarik maka perpatahan impak digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu: 1. Perpatahan berserat fibrous fracture , yang melibatkan mekanisme pergeseran bidang-bidang kristal di dalam bahan logam yang ulet ductile . Ditandai dengan permukaan patahan berserat yang berbentuk dimpel yang menyerap cahaya dan berpenampilan buram. 2. Perpatahan granularkristalin, yang dihasilkan oleh mekanisme pembelahan cleavage pada butir-butir dari bahan logam yang rapuh brittle . Ditandai dengan permukaan patahan yang datar yang mampu memberikan daya pantul cahaya yang tinggi mengkilat. 3. Perpatahan campuran berserat dan granular. Merupakan kombinasi dua jenis perpatahan di atas Yuwono, 2009. Universitas Sumatera Utara

2.5.5 Uji Densitas