dalam penelitian ini belum memenuhi persyaratan nilai minimum Modulus Elastisitas menurut SNI 03-6384-2000.
Pada komposisi 30:20:15 terjadi penurunan grafik, hal ini menunjukkan bahwa pada komposisi tersebut kemungkinan karena adanya ketidak homogenan
dalam pengadukan sampel uji dan kurang cermat pengamatan alat ukur sehingga terjadi penurunan grafik dari nilai kuat modulus elastisitasnya.
4.2.3 Pengujian Kuat Tarik
Pengujian kuat tarik mengacu pada SNI 03-2105-2006 untuk menentukan besarnya kekuatan tarik suatu sampel terhadap beban yang diberikan. Pengujian ini
telah dilakukan terhadap semua jenis variasi sampel menggunakan alat penguji yang sama dengan uji kuat lentur dan modulus elastisitas tetapi yang berbeda digunakan
penjepit untuk mencengkram sampel. Hasil pengukuran uji kuat tarik ditampilkan dalam bentuk grafik, seperti pada Gambar 4.4 berikut.
Regangan
T e
ga nga
n kgf
m m²
Gambar 4.4 Grafik Hasil Pengukuran Uji Kuat Tarik Terhadap Papan Gipsum Plafon
Universitas Sumatera Utara
Dari Gambar 4.4 tersebut terlihat perbedaan bentuk yang cukup signifikan antara gipsum murni dengan gipsum yang telah ditambahkan bahan pengisi dan
perekat PVA. Untuk semua variasi gipsum yang telah ditambahkan pengisi dan perekat PVA bentuknya grafiknya tinggi dan tajam. Sementara bentuk grafik pada
gipsum murni terlihat sangat berbeda dan juga kecil. Ini menunjukkan kerapuhan dari gipsum murni dimana hanya mengandalkan ikatan kohesi yang rendah sehingga
begitu diberi beban tarik gipsum tersebut langsung hancur. Hasil pengukuran tersebut juga diperoleh harga tegangan
P
dalam satuan kgf dan harga regangan dalam satuan mmmenit. Harga
P
yang diperoleh tersebut disubstitusi ke persamaan 2.3 untuk mendapatkan nilai kuat tarik dalam satuan
kgfmm
2
yang dikonversikan ke satuan MPa. Dan untuk hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran 3. Dan berdasarkan data pada lampiran 3 tersebut dapat dilihat
hubungan antara nilai kuat tarik dengan variasi sampel gipsum : batang sawit : PVA yang ditampilkan dalam bentuk grafik.
0,15 0,67
0,86 1,23
1,41 1,52
0,00 0,20
0,40 0,60
0,80 1,00
1,20 1,40
1,60
1 2
3 4
5 6
65:0:0 45:5:15
40:10:15 35:15:15
30:20:15 25:25:15
Varias i Sam pe l Gips um : Batang Ke lapa Saw it : PVA
K u
at T
ar ik
M P
a
Gambar 4.5 Grafik Hubungan Antara Nilai Kuat Tarik Dengan Variasi Sampel Gipsum : Batang Sawit : PVA
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Gambar 4.5 tersebut terlihat nilai kuat tarik dari gipsum murni hanya sebesar 0,15 MPa. Dan nilai tersebut berbeda jauh dengan nilai kuat tarik
variasi lainnya yang rata-rata sebesar 1,14 MPa. Ini menunjukkan bahwa penambahan pengisi batang sawit dan perekat PVA efektif dalam meningkatkan sifat mekanik dari
papan gipsum plafon terutama ketahanan terhadap beban tarik. Pada variasi sampel 25:25:15 menunjukkan nilai kuat tarik paling
maksimum sebesar 1,52 MPa, sementara variasi sampel 45:5:15 sebesar 0,67 MPa yang merupakan nilai minimum kedua setelah gipsum murni. Hal ini disebabkan
karena adanya peranan PVA yang berfungsi untuk menghasilkan ikatan antar partikel yang lebih kuat. Kuatnya ikatan antar partikel membuat tegangan tarik semakin besar.
Lihat hasilnya dapat dilihat pada Lampiran C halaman L-3. Pada variasi 25:25:15 terlihat komposisi dari serbuk batang sawit jauh lebih
besar dibandingkan dengan yang lainnya, karena serbuk batang sawit yang merupakan kayu yang mengandung serat selulosa. Dimana menurut McKinney
1995 bahwa sifat khusus selulosa merupakan hasil dari kumpulan rantai panjangnya untuk membentuk serat lebih besar. Serat tersebut memiliki gaya antar molekul yang
kuat sehingga menghasilkan ikatan yang kuat dan struktur yang berulang. Sehingga jelas bahwa batang sawit memiliki sifat yang dapat meningkatkan
tegangan tarik, dan adanya sifat adhesif yang dimiliki PVA membuat ikatan dalam campuran tersebut mampu menjadikan tegangan tarik semakin besar.
4.2.4 Pengujian Impak