Pengujian Modulus Elastisitas Hasil Karakterisasi Papan Gipsum Plafon

4.2.2 Pengujian Modulus Elastisitas

Pengujian Modulus elastisitas lentur mengacu pada SNI 03-2105-2006 dan telah dilakukan terhadap semua jenis variasi sampel. Pengujian ini merupakan lanjutan dari pengujian kuat lentur, dimana setelah diperoleh nilai load P 1 untuk uji kuat lentur, pengujian tetap dilanjutkan dengan memberikan beban terhadap sampel hingga patah dan didapat nilai load P 2 . Hasil pengukuran dalam bentuk grafik merupakan satu kesatuan dengan pengukuran kuat lentur yang ditampilkan pada Gambar 4.1. Sementara hasil dalam bentuk digital yang menampilkan harga Load P 2 dalam satuan kgf dicatat secara manual. Dan berdasarkan data harga P 2 yang diperoleh dari tiap-tiap sampel selanjutnya disubstitusi ke persamaan 2.2 sehingga diperoleh nilai Modulus Elastisitas dalam satuan kgfmm 2 yang dikonversikan ke satuan MPa. Berikut telihat gambar yang menyajikan hubungan antara nilai kuat lentur dan Modulus Elastisitas dalam satuan MPa dengan variasi komposisi sampel yang dinyatakan dalam bentuk grafik. 18,51 9,88 16,35 18,39 9,99 24,07 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 1 2 3 4 5 6 65:0:0 45 : 5 : 15 40 : 10 : 15 35 : 15 : 15 30 : 20 : 15 25 : 25 : 15 Variasi Sam pel Gipsum : Batang Saw it : PVA M o d u lu s E la st is it as L en tu r M P a Gambar 4.3 Grafik Hubungan Antara Nilai Modulus Elastisitas Terhadap Variasi Sampel Gipsum : Batang Sawit : PVA Universitas Sumatera Utara Dari Gambar 4.3 terlihat nilai Modulus Elastisitas maksimum terdapat pada variasi 25:25:15 sebesar 24,07 MPa dan nilai Modulus Elastisitas minimum terdapat pada variasi 45:5:15 sebesar 9,88 MPa. Pada variasi sampel 25:25:15 grafik menunjukkan tingginya nilai kuat lentur suatu sampel, sehingga dibutuhkan gaya yang cukup besar pula sampai sampel menjadi patah. Besarnya gaya yang dibutuhkan menghasilkan nilai Modulus Elastisitas yang besar. Nilai Modulus Elastisitas pada variasi sampel 25:25:15 menunjukkan hasil yang maksimum dibandingkan dengan variasi yang lainnya. Lihat hasilnya pada Lampiran B halaman L-2. Sementara diketahui pada variasi tersebut komposisi dari gipsum paling minimum sedangkan serbuk batang sawit paling maksimum diantara variasi sampel lainnya. Hal ini menurut Rosmaida 2009 dikarenakan adanya gaya kohesif pada gipsum yang rendah dan didukung sedikitnya gipsum ditambahkan ke dalam campuran membuat tingkat kekakuan menjadi semakin kecil. Dan adanya gaya adhesif yang cukup kuat dari PVA menyebabkan ikatan antara serbuk batang sawit dengan gipsum menjadi lebih baik. Ikatan yang cukup baik di antara campuran tersebut menyebabkan kekuatan kelenturan semakin meningkat. Dibandingkan dengan gipsum murni yang memiliki gaya kohesif yang rendah tentu menghasilkan material yang kaku dan tingkat kelenturan rendah, menyebabkan sampel menjadi lebih mudah patah apabila diberikan beban yang sama. Jadi jelas bahwa terjadinya peningkatan kekuatan lentur suatu sampel akan memperlambat terjadinya kepatahan pada papan gipsum plafon. Menurut SNI 03-6384-2000 tentang spesifikasi papan gipsum untuk persyaratan papan gipsum dengan ketebalan + 6,4 mm harus mempunyai beban hancur yang tidak kurang dari 89 MPa. Sementara hasil maksimum dari semua pengujian hanya sebesar 24,07 MPa, maka untuk hasil pengujian Modulus Elastisitas Universitas Sumatera Utara dalam penelitian ini belum memenuhi persyaratan nilai minimum Modulus Elastisitas menurut SNI 03-6384-2000. Pada komposisi 30:20:15 terjadi penurunan grafik, hal ini menunjukkan bahwa pada komposisi tersebut kemungkinan karena adanya ketidak homogenan dalam pengadukan sampel uji dan kurang cermat pengamatan alat ukur sehingga terjadi penurunan grafik dari nilai kuat modulus elastisitasnya.

4.2.3 Pengujian Kuat Tarik