dilakukan adalah membatasi peredaran video porno dan penggunaan internet, pembimbingan terhadap anak dalam keluarga, menuntaskan kemiskinan,
mengatasi pengangguran, memperbaiki moral, dan menguatkan super ego. 3.
Kebijakan yang akan datang yang dilakukan untuk menanggulangi perbuatan cabul terhadap anak adalah melalui perumusan kebijakan penal dan non penal.
Upaya penal yang dilakukan adalah memaksimalkan kinerja aparat penegak hukum polisi, jaksa, hakim dan pegawai lembaga pemasyarakatan,
pemahaman aparat penegak hukum akan aturan yang ada, objektivitas, kejujuran, dan kesigapan aparat penegak hukum dalam menegakkan keadillan,
serta proses rekrutmen aparat penegak hukum yang bersih dan adil, proses persidangan kasus tindak pidana perbuatan cabul yang lebih singkat,
pembentukan badan pengawasan kinerja penegak hukum, memaksimalkan fungsi lembaga pemasyarakatan lapas, dan melakukan penemuan hukum
rechtsvinding oleh hakim. Kebijakan non penal ke depan antara lain penyuluhan kepada orang tua, penyuluhan ke sekolah, pendalaman agama,
razia berkesinambungan, bekerja sama dengan instansi terkait untuk menindak pengusaha yang membuat tempat usaha yang memungkinkan dilakukannya
perbuatan cabul.
B. Saran
Universitas Sumatera Utara
Berdasarakan pembahasan di atas, maka dapat diajukan saran sebagai berikut: 1.
Dirumuskannya sanksi pidana yang lebih konkret bagi pengusaha warnet yang memiliki sekat-sekat tertutup agar tidak memberikan kesempatan bagi para
pengguna warnet untuk melakukan perbuatan cabul. Selain itu sanksi pidana juga perlu dirumuskan lebih konkret lagi bagi pengusaha tempat hiburan
seperti panti pijat, oukup, serta usaha penginapan lainnya yang mengizinkan anak di bawah umur masuk ataupun dibawa masuk oleh orang lain sehingga
mendukung kemungkinan terjadinya perbuatan cabul terhadap anak, serta merumuskan sanksi pidana bagi pengusaha yang mengetahui dan
membiarkan perbuatan cabul terhadap anak terjadi di tempat usahanya. 2.
Dibutuhkan keseriusan aparat penegak hukum, dalam hal ini Kepolisian Republik Indonesia, khususnya Polresta Medan untuk menangani kasus-
kasus tindak pidana perbuatan cabul terhadap anak dan diproses dengan adil sesuai dengan ketentuan yang ada. Rekrutmen aparat penegak hukum yang
murni dan jujur suapaya menghaslikan aparat yang bertanggung jawab, cerdasa dan berhati nurani. Budaya lobi-melobi Jaksa dan Hakim dalam
persidangan harus diberantas sampai ke akar-akarnya agar tidak memberikan peluang atau kesempatan bagi pelaku untuk bernegosiasi dengan Jaksa atau
Hakim yang menangani perkara. Diperlukan penyuluhan-penyuluhan intensif mengenai bahaya tindak pidana perbuatan cabul, baik kepada orang tua,
sekolah-sekolah, maupun rumah-rumah ibadah di Kota Medan fungsi
Universitas Sumatera Utara
Binmas Polresta Medan. Mengadakan razia ke tempat-tempat yang memungkinkan terjadinya tindak pidana perbuatan cabul seperti warnet,
karaoke, pemandian, tempat hiburan lain secara intensif dan berkesinambungan fungsi Binmas Polresta Medan
3. Pendidikan seks sejak dini kepada anak, baik melalui orang tua maupun di
sekolah. Mengatasi pengangguran dan kemiskinan di Kota Medan. Pembatasan penggunaan internet di kalangan remaja sangat penting untuk
dilakukan dengan cara mengawasi aktivitas anak yang sedang bermain internet atau menonton TV, sehingga tidak ada kesempatan bagi anak untuk
menonton ideo porno tersebut. Memperbaiki moral bangsa dan memperkuat super ego yang dapat dilakukan dengan pendalaman agama dan
menyeimbangkannya dengan hati nurani.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
A. Literatur