berdasarkan UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Fakta yang timbul di persidangan adalah bahwa terdakwa benar telah melakukan sebagaimana dalam
dakwaan penuntut umum sehingga Hakim PN Medan memutus perkara tersebut dengan nomor putusan NO.787PID.B2006PN.Mdn dengan menghukum pelaku
selama 3 tiga tahun dan denda Rp. 60.000.000 enam puluh juta rupiah dengan ketentuan jika denda tidak dibayar harus diganti dengan pidana kurungan selama 1
satu bulan.
b. Pelaku Dewasa
Pelaku orang dewasa dapat disebabkan oleh faktor-faktor berikut ini:
1 Faktor Internal
a Adanya kelainan pada diri si pelaku, artinya bahwa pelaku memiliki sebuah
kelainan seksual yang gemar melakukan hubungan seksual atau mencabuli anak kecil atau sering kita sebut dengan pedofilia. Pedofilia merupakan
suatu pelanggaran seksual yang sangat serius yang biasanya dilakukan oleh kaum menengah ke atas. Kaum pedofilis orang yang melakukan pedofilia
ini melakukan pedofilia menurut Guttmacher dapat disebabkan oleh tiga hal, yaitu:
a Memasuki masa second child dan karena itu merasakan kepuasan jika
melakukan hubungan seksual dengan anak-anak. Second child disini dapat diartikan bahwa si pelaku mengalami pubertas ke dua yang
menyebabkan pelaku cenderung lebih menyukai dan mendapatkan kepuasan jika melakukan hubungan seksual dengan anak-anak.
Universitas Sumatera Utara
b Kehilangan teman hidup dan tidak berhasrat untuk kawin lagi sehingga
anak-anak menjadi pelampiasan seksualnya. c
Kepuasan yang diperoleh dari kesadisan dan kebrutalan terhadap anak- anak yang berinteraksi seksual dengan anak-anak dengan kekerasan.
Kebanyakan dari para pedofilis ini adalah penderita-penderita psikosis.
80
Hal yang keempat bisa jadi disebakan karena pelaku pernah juga menjadi korban pelecehan seksual pada masa kecil sehingga menyebabkan prilaku
seks menyimpang dalam diri si pelaku.
81
b Moral Pelaku, hal ini sangat erat kaitannya dengan sikap batin si pelaku.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa manusia memiliki das es, das ich, dan super ego. Das es merupakan temoat berkumpulnya segala
keinginan dan kebutuhan yang mendorong das ich dalam pemenuhannya, namun semua tergantung super ego bagaimana cara atau tindakan mana
yang dipilih untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Pelaku perbuatan cabul juga merupakan manusia yang memiliki hasrat seksual yang membutuhkan
pemenuhannya, namun yang menjadi permasalahannya adalah si pelaku tidak mempedulikan dampak yang akan diterima oleh korban dan
bagaimana pandangan masyarakat terhadap tindakan tersebut. Pelaku tidak
80
G.W. Bawengan, Op. Cit., hlm. 158
81
Wawancara dengan Brigadir S.P.W. Tarigan, anggota Kepolisian Sektor Medan Baru yang pernah
bertugas di Polresta Medan dalam menangani kasus tindak pidana percabulan terhadap anak. Pada
tanggal 29 Juni 2011
Universitas Sumatera Utara
memiliki moral, artinya pelaku tidak mempertimbangkan tindakan mana yang baik dan tindakan mana yang buruk dan bagaimana dampak ke
depannya sehingga pelaku tetap saja melakukan perbuatan cabul terhadap anak sekalipun pelaku tahu bahwa perbuatan itu adalah salah karena tidak
memiliki pertimbangan moral tersebut. c
Benci atau dendam pada keluarga korban, jadi ingin mempermalukan keluarga. Kasus ini dapat bermula pada perseteruan antara pelaku dengan
ayah korban, dan pelaku tidak dapat membalaskan dendamnya terhadap ayah korban sehingga pelaku menjadikan korban sebagai tumbal untuk
menghancurkan hati ayah korban, tetapi kejadian seperti ini hanya sebagian kecil saja, yang pernah terjadi di lingkungan Polresta Medan adalah di
kalangan penguasaha.
82
2 Faktor Eksternal
a Video Porno
Film porno merupakan salah satu pemicu terjadinya perbuatan cabul terhadap anak. Para pelaku sebelumnya menonton film porno yang
menyebabkan hasrat seksualnya memuncak dan tidak memiliki istri sebagai tempat pelampiasan nafsunya, sehingga dapat menyebabkan anak
menjadi korban pemuasan hasrat seksual pelaku. Berbeda dengan pelaku anak seperti yang dijelaskan di atas, biasanya pelaku menonton video
82
Wawancara dengan Brigadir S.P.W. Tarigan, anggota Kepolisian Sektor Medan Baru yang pernah
bertugas di Polresta Medan dalam menangani kasus tindak pidana percabulan terhadap anak. Pada
tanggal 29 Juni 2011
Universitas Sumatera Utara
porno ini di warung kopi bersama dengan sesama pengunjung warung tersebut atau pelaku menonton video tersebut sendirian di warnet. Bisa
juga pelaku dengan sengaja mempertunjukkannya kepada korban dan sekaligus melakukan percabulan terhadap korban atau dengan ajakan dan
bujukan kepada korban untuk menonton video porno bersama pelaku, baik dilakukan di tempat tertutup seperti warnet, bahkan ada yang sampai
dibawa ke penginapan, dan disanalah pelaku melakukan aksinya.
83
Beberapa korban sempat juga melakukan penolakan terhadap ajakan pelaku, namun pelaku mengiming-imingi korban dengan ungkapan “jika
kamu tidak mau tidur denganku, berarti kamu tidak cinta aku”, dan dengan ungkapan tersebut korban yang masih remaja tersebut terhanyut ke dalam
rayuan pelaku yang akhirnya berujung dengan tercorengnya kehormatan korban.
84
Biasanya, jika korban sudah memulai perbuatan tersebut dengan kekasihnya, maka besar kemungkinan korban akan diajak berulang kali
dan akhirnya korban juga semakin sering berbohong kepada orang tuanya jika keluar rumah, dengan alasan kursus dan korban juga sering bolos
sekolah jika diajak oleh kekasihnya, Kejadian ini akan terbongkar setelah anak merasa bingung dan ketakutan yang ditandai dengan perubahan
tingkah lakunya, misalnya anak yang selama ini periang berubah menjadi
83
Wawancara dengan Bripka Betti Suriati Penyidik Pembantu pada Unit Perlindungan Perempuan
dan AnakUnit PPA Polresta Medan, tanggal 24 Juni 2011 di Unit PPA Polresta Medan.
84
Wawancara dengan Iptu Parulian Lubis, Perwira Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Panit
PPA Polresta Medan, tanggal 26 juni 2011 di Polresta Medan.
Universitas Sumatera Utara
pendiam dan murung atau sering mengurung diri di kamar yang tentu saja mengundang pertanyaan dalam benak orang tuanya, sehingga akhirnya
orang tuanya melakukan pendekatan dan menanyakan masalah apa yang sedang dihadapi oleh si anak. Bahkan ada juga kejadian yang terbongkar
karena si anak telah hamil. b
Lingkungan Lingkungan memberikan pengaruh bagi perbuatan cabul terhadap anak.
Selain akibat bergaul dengan orang-orang yang memiliki kecenderungan negatif, lingkungan yang sepi juga dapat menciptakan kesempatan bagi
pelaku untuk melakukan perbuatan cabul terhadap anak, khususnya anak yang masih balita.
c Pengangguran dan Kemiskinan, tidak memiliki pekerjaan atau
menganggur menyebabkan pelaku hampir tidak memiliki kesibukan untuk menghabiskan waktu luang, sehingga seringkali dapat menyebabkan
timbulnya pengaruh-pengaruh negatif dalam diri si pelaku untuk melakukan hal-hal yang negatif, seperti menonton video porno dan
menghayalkan hal-hal yang dapat mengundang birahi sehingga dapat menyebabkan pelaku berniat untuk melakukan percabulan terhadap anak,
baik anak yang masih balita, maupun anak yang dijadikan sebagai kekasih pelaku. Selain itu, hal ini juga dapat mendorong pelaku untuk melalukan
tindakan kriminal lain seperti pemerkosaan, pencurian, perampokan, pembunuhan dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
Contoh lain perbuatan cabul terhadap anak dengan pelaku dewasa dilakukan oleh Robby Darwis 19 Tahun yang mencabuli korban yang berusia 13 Tahun
sampai 7 tujuh kali. Pebuatan ini dilakukan oleh pelaku dengan motif berpacaran dengan korban, sehingga korban dengan mudah diajak oleh pelaku berdua di kamar
tidur pelaku dan mencabuli korban di tempat tersebut dengan mengiming-imingi korban bahwa korban akan dijadikan sebagai istrinya. Penuntut Umum menuntut
pelaku berdasarkan Pasal 82 UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Kasus tersebut diputus di Pengadilan Negeri Medan dengan Putusan No.
4368Pid.B2007PN.Mdn dengan hukuman penjara selama 8 delapan tahun, dan denda sebesar Rp. 60.000.000 enam puluh juta rupiah dengan ketentuan apabila
denda tersebut tidak dibayar, maka diganti dengan kurungan 1 satu bulan. Selain faktor-faktor di atas, pengalaman seksual yang menyenangkan di masa
kecil dapat juga menjadi faktor penyebab yang ada dalam diri pelaku, baik pelaku anak maupun pelaku dewasa. Artinya, si pelaku merupakan korban tindak pidana
percabulan juga pada masa kecilnya dan pengalaman yang dia alami tersebut merupakan pengalaman yang menyenangkan bagi dirinya sehingga pelaku
mengulangi perbuatan tersebut terhadap anak kecil.
85
John W. Santrock menyebutkan bahwa penggunaan alkohol dan obat-obatan, maupun prestasi akademik yang rendah, berkaitan dengan inisiatif untuk melakukan
hubungan seksual di kalangan remaja.
86
85
Wawancara dengan Raras Sutatminingsih, M.Si., Psikolog, pada tanggal 3 Juli 2011
86
John. W. Santrock, Remaja Edisi Kesebelas Jilid 1, Jakarta: Erlangga, 2007, hlm. 261
Universitas Sumatera Utara
c. Peranan Korban