yang akan dihadapinya.
138
Penundaan sidang yang sampai berminggu-minggu akan menimbulkan celah bagi keluarga tersangka untuk melobi aparat penegak hukum atas
kasus yang tengah dihadapinya, sehingga seringkali terjadi kasus suap-menyuap terhadap aparat penegak hukum. Jika memungkinkan, sebaiknya persidangan
diselesaikan dalam satu 1 hari saja. Demikian juga proses persidangan pelaku anak agar dilaksanakan ssesuai dengan ketentuan undang-undang untuk melindungi
kepentingan anak sebagai pelaku tersebut.
4. Pembentukan Badan Pengawas Kinerja Penegak Hukum
Untuk menanggulangi tindak pidana perbuatan cabul terhadap anak dbutuhkan juga pembentukan badan khusus yang mandiri dan bebas intervensi pihak
ketiga untuk mengawasi kinerja setiap komponen penegak hukum, baik di kepolisian, kejaksaan, dan kehakiman, dan lembaga pemasyarakatan dalam melaksanakan
tugasnya. Badan ini memiliki beberapa komisi yang khusus mengawasi setiap komponen tersebut dan orang-orang yang bekerja di dalamnya pun merupakan orang
pilihan yang benar-benar bervisi untuk menegakkan hukum dan memberi sehingga kinerja dari aparat penegak hukum benar-benar dapat memberi rasa keadilan bagi
masyarakat.
139
Hal ini sangat diperlukan supaya aparat penegak hukum menjalankan tugasnya dengan benar.
5. Memaksimalkan Fungsi Lembaga Pemasyarakatan Lapas
138
Ibid. Pernah melihat langsung saat mengawasi sidang di Pengadilan Negeri Medan, dimana Jaksa dan Hakim sedang bertransaksi dengan keluarga terdakwa
139
Ibid
Universitas Sumatera Utara
a Pegawai Lapas memiliki peranan penting dalam memaksimalkan fungsi
lembaga pemasyarakatan sebagai sarana pembinaan narapidana. Pegawai Lapas merupakan penentu berhasil atau tidaknya pembinaan di dalam Lapas.
Pegawai Lapas seharunya memberikan pembinaan terhadap seluruh narapidana, khususnya pelaku perbuatan cabul, terlebih bila pada diri si
pelaku telah ada penyimpangan seksual. Tidak dapat dipungkiri, peredaran narkoba di dalam Lapas dewasa ini tidak terlepas dari peranan pegawai
Lapas sehingga barang haram tersebut memiliki celah untuk masuk ke dalam Lapas. Dibutuhkan ketegasan, profesionalisme, dan integritas pegawai Lapas
dalam menjalankan fungsinya dalam pembinaan narapidana. b
Pemisahan ruangan narapidana di dalam Lapas berdasarkan jenis tindak pidana yang dilakukannya. Hal ini dimaksudkan agar dalam pembinaannya
dapat dilakukan lebih fokus dan tepat sasaran. Selain itu, hal ini dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya kriminogen baru. Contohnya jika pelaku
perbuatan cabul disatukan dengan pencuri, maka besar kemungkinan pelaku perbuatan cabul akan belajar bagaimana cara mencuri dan pencuri
mendapatkan pengalaman dari pelaku perbuatan cabul terhadap anak bagaimana kesenangannya melakukan perbuatan cabul terhadap anak.
c Perlakuan yang baik terhadap narapidana, narapidana merupakan orang-orang
yang membutuhkan pembinaan karena telah melakukan tindak pidana sehingga mereka harus menghabiskan waktu hukuman mereka di dalam
Lapas. Para narapidana haruslah diberi pendidikan dan keterampilan serta
Universitas Sumatera Utara
pendalaman agama, supaya begitu keluar dari penjara, para narapidana sudah memiliki bekal untuk hidup di tengah-tengah masayarakat dan tidak merasa
minder, minimal memiliki rasa percaya diri dan pikiran yang positif, dengan demikian dapat terwujud tujuan pembinaan di dalam Lapas.
B. Kebijakan Non Penal Non Penal Policy