Sumber Daya Manusia Penegak Hukum Proses Persidangan

2. Sumber Daya Manusia Penegak Hukum

Pemahaman aparat penegak hukum akan aturan yang ada sangat dibutuhkan untuk dapat mengaplikasikannya dalam penegakan keadilan. Segenap aparat penegak hukum seharusnya benar-benar memahami apa yang dirumuskan dalam peraturan perundang-undangan agar dapat mendukung penerapan peraturan yang telah ada, jika aparat tidak mengerti akan aturan yang ada, maka akan sulit bagi aparat penegak hukum untuk menegakkan hukum. Selain pemahaman, sangat dituntut juga objektivitas, kejujuran, dan kesigapan aparat penegak hukum dalam menegakkan keadillan. Harus dapat menjawab pertanyaan para pencari keadilan atas persoalan hukum yang tengah terjadi kepada dirinya. Peningkatan sumber daya manusia para penegak hukum dapat dimulai dari proses rekrutmen yang bersih dan adil, bukan hanya dinilai dari kecerdasan saja tetapi harus menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan bekerja berdasarkan hati nuraninya, sehingga para pribadi yang menjadi penegak hukum dapat menjalankan fungsinya dengan baik sesuai dengan nuraninya dan dapat mewujudkan sebagaimana yang tertulis dalam sila ke lima Pancasila “keadilan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia”.

3. Proses Persidangan

Proses persidangan kasus tindak pidana perbuatan cabul, khusus untuk pelaku dewasa dilakukan dalam waktu singkat, maksudnya di sini persidangan jangan ditunda-tunda agar aparat penegak hukum tidak memilki peluang dan kesempatan untuk bernegosiasi secara gelap dengan keluarga pelaku untuk meringankan hukuman Universitas Sumatera Utara yang akan dihadapinya. 138 Penundaan sidang yang sampai berminggu-minggu akan menimbulkan celah bagi keluarga tersangka untuk melobi aparat penegak hukum atas kasus yang tengah dihadapinya, sehingga seringkali terjadi kasus suap-menyuap terhadap aparat penegak hukum. Jika memungkinkan, sebaiknya persidangan diselesaikan dalam satu 1 hari saja. Demikian juga proses persidangan pelaku anak agar dilaksanakan ssesuai dengan ketentuan undang-undang untuk melindungi kepentingan anak sebagai pelaku tersebut.

4. Pembentukan Badan Pengawas Kinerja Penegak Hukum