Peraturan Perundang-undangan Kebijakan Penal Penal Policy

a. Sebagai bagian dari kebijakan sosial, pembaharuan hukum pidana pada hakikatnya merupakan bagian dari upaya untuk mengatasi masalah- masalah sosial termasuk masalah kemanusiaan dalam rangka mencapaimenjunjung tujuan nasional kesejahteraan masyarakat dan sebagainya b. Sebagai bagian dari kebjikan kriminal, pembaharuan hukum pidana pada hakikatnya merupakan bagian dari upaya perlindungan masyarakat khususnya upaya penanggulangan kejahatan; c. Sebagai bagian dari kebijakan penegakan hukum, pembaruan hukum pidana pada hakikatnya merupakan bagian dari upaya memperbaharui substansi hukum legal substance dalam rangka lebih mengefektifkan penegakan hukum. 2. Dilihat dari sudut pendekatan nilai, pembaruan hukum pada hakikatnya merupakan upaya untuk peninjauan dan penilaian kembali reorientasi dan re- evaluasi nilai sosio politik, sosiofilosofis, dan sosio kultural yang melandasi dan memberi isi hukum pidana normatif dan substantif hukum pidana yang dicita-citakan. Penentuan kebijakan ke depan dalam menanggulangi tindak pidana perbuatan cabul, antara lain:

1. Peraturan Perundang-undangan

Indonesia merupakan sebuah negara yang sangat terpaku pada sistem hukum seperti yang dianut oleh negara-negara Eropa Kontinental, yaitu civil law system. 132 Salah satu karakteristik utama dari civil law ialah penggunaan aturan-aturan yang tertulis dan terbukukan terkodifikasi sebagai sumber hukumnya. Kesalahankelemahan kebijakan legislatif merupakan kesalahan strategis yang dapat menjadi penghambat upaya pencegahan dan penanggulangan kejahatan pada tahap 132 Satjipto Rahardjo, Biarkan Hukum Mengalir, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2008,, Hlm. 64-65 Universitas Sumatera Utara aplikasi dan eksekusi. 133 Perumusan Peraturan Perundang-undangan yang jelas dan tegas mengenai tindak pidana perbuatan cabul terhadap anak sangat penting untuk dilakukan karena undang-undang sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi penegakan hukum harus merumuskan aturan yang jelas dan tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda dalam masayarakat. Adanya tahap formulasi, maka upaya pencegahan dan penanggulangan kejahatan bukan hanya tugas dari aparat penegak hukum, tetapi juga tugas aparat pembuat hukum aparat legislatif. 134 Perumusan peraturan perundang-undangan yang terlalu banyak akan menimbulkan peluang bagi aparat penegak hukum untuk bermain-main dengan aturan hukum, terutama ketentuan pidananya. 135 Contohnya KUHP dengan UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, KUHP merumuskan hukuman yang lebih ringan daripada ketentuan pidana yang ada dalam UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Hal ini sering dimanfaatkan oleh aparat penegak hukum untuk bernegosiasi dengan tersangka dan berakhir dengan penyuapan oleh pelaku terhadap aparat untuk meringankan ancaman yang diancamkan kepadanya atau mungkin penegak hukum menjadi tidak jeli dalam megancam ancaman pidananya, seperti kasus yang terjadi pada tahun 2007 lalu mengenai vonis bebas hakim terhadap Pemimpin Redaksi Majalah Playboy, Erwin Arnada, karena dianggap dakwaan Penuntut Umum terlalu lemah dengan dakwaan yang diancam pidana yang ada di 133 Ibid. 134 Barda Nawawi Arief, Buku III, Loc. Cit. hlm. 16 135 Wawancara dengan Brigadir S.P.W. Tarigan, anggota Kepolisian Sektor Medan Baru yang pernah bertugas di Polresta Medan dalam menangani kasus tindak pidana percabulan terhadap anak. Pada tanggal 29 Juni 2011 Universitas Sumatera Utara dalam KUHP, bukan dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers yang tentunya secara rinci dan jelas mengatur tentang perkara tersebut. 136 Misalnya, setelah adanya pemeriksaan oleh kepolisian, pelaku diancam dengan ketentua pidana yang ada di dalam UU No. 23 Tahun 2002, namun setelah negosiasi dengan pelaku, maka penyidik dapat mengganti ancaman hukumannya dengan KUHP yang lebih ringan walaupun sebenarnya penyidik mengetahui tentang adanya asas lex specialis derigat lex generalis. Hal ini tidak akan terjadi apabila ketentuan yang mengatur tentang perbuatan cabul tersebut dirumuskan secara rinci di dalam satu ketentuan undang-undang saja, sehingga mau tidak mau, dalam keadaan bagaimanapun, penyidik harus tetap menjerat dengan ancaman pidana yang sama. 137 Selain itu sangat perlu juga untuk merumuskan ketentuan pidana yang lebih jelas dan tegas untuk menghukum para pengusaha yan menyediakan tempat sehingga mendukung terjadinya perbuatan cabul terhadap anak, seperti warnet gambar terlampir, penginapan, maupun tempat-tempat hiburan lain yang sifatnya tertutup, seperti panti pijat, oukup dan lain sebagainya. Tempat-tempat hiburan seperti disebutkan di atas adalah tempat yang paling sering dikunjungi oleh para remaja sehingga dapat dengan mudah menjerumuskan mereka ke dalam hal-hal yang negatif jika pengelolaan tempat tersebut tidak benar sehingga dibutuhkan keseriusan penegak hukum dalam mengatasi tumbuh kembangnya tempat-tempat hiburan tersebut. 136 Azhar PungkhasadiHengki WiramadaSup, Pemred Playboy Divonis Bebas, http:www.indosiar.comfokus60329pemred-playboy-divonis-bebas , diakses pada tangal 3 Juli 2011. 137 Wawancara dengan Brigadir S.P.W. Tarigan, anggota Kepolisian Sektor Medan Baru yang pernah bertugas di Polresta Medan dalam menangani kasus tindak pidana percabulan terhadap anak. Pada tanggal 29 Juni 2011 Universitas Sumatera Utara

2. Sumber Daya Manusia Penegak Hukum