beberapa kejanggalan mulai terungkap dalam rumah tangga mereka. Semakin menyelidiki kehidupan Mao, semakin Kosuke sadar bahwa dia tidak mengetahui
banyak hal tentang Mao. Perlahan-lahan sikap Mao yang ceria mulai berubah dan Mao menjadi
tertutup. Sampai akhirnya Mao mulai melemah karena kehilangan satu persatu nyawanya dan akhinya Mao pergi meninggalkan Kosuke. Kosuke yang
mengetahui rahasia tentang Mao benar-benar terkejut dan tidak percaya. Kosuke menghubungi semua keluarga Mao dan teman-temannya namun, tak ada satupun
dari mereka yang mengenal Watarai Mao. Seakan-akan Mao tidak pernah ada di dunia ini, hanya Kosuke yang mengingat akan keberadaan Mao selama ini.
Meskipun Mao sudah pergi Kosuke tetap mencari dan menunggu Mao yang akan datang kembali kepadanya meski dengan cara yang menyakitkan.
3.2 Nilai Kesetiaan dan Kasih Sayang antara Kosuke dan Mao yang terdapat dalam novel “Hidamari no Kanojo”
3.2.1 Nilai Kesetiaan dan Kasih Sayang sebelum menjalani hubungan percintaan.
1. Cuplikan cerita halaman 17:
[…“Wow” Telingaku menangkap seruan kagum Mao sementara aku sendiri masih berdiam
diri. Tatapannya yang berbinar-binar seperti anak kecil bukan tertuju padaku, melainkan pada sepiring daging steik di meja.
Ini baru namanya Mao. Bahkan ketika ia dimarahi guru sekalipun, jika seekor kupu-kupu melintas di depan matanya, perhatiannya akan segera
Universitas Sumatera Utara
teralihkan. Sifatnya yang kelewat jujur inilah yang membuatku tak pernah membencinya, meskipun ia sering membuatku jengkel...]
Analisis :
Pada cuplikan teks di atas, terdapat indeksikal nilai pragmatik tentang kasih sayang. Hal ini terlihat dari kalimat “Sifatnya yang kelewat jujur inilah yang
membuatku tak pernah membencinya, meskipun ia sering membuatku jengkel.” Kosuke yang tidak pernah marah ataupun benci akan apapun yang dilakukan oleh
Mao. Saat steik sudah dihidangkan, mata Mao tertuju pada Steik tersebut dengan senyum lebar dan rasa kagum yang terlihat dari wajahnya, sama halnya seperti
Mao ketika dimarahi oleh guru, Mao tidak mendengarkan apa kata sang guru namun Mao fokus pada kupu-kupu yang lewat di depan matanya. Seharusnya kita
sebagai murid yang baik mendengarkan guru jika dimarahi, namun beda hal nya dengan Mao yang terlalu jujur dengan apa yang terlintas di depan matanya. Sikap
Mao yang seperti anak kecil dan jujur pada hal apapun tersebut tidak menjadikan Kosuke menaruh perasaan benci ataupun merasa aneh kepada Mao.
Berdasarkan ajaran konfusianisme terdapat nilai “Ren” yaitu cinta kasih
kasih sayang, Saputra:2002 yang merupakan sifat mulia pribadi seseorang terhadap moralitas, cinta terhadap sesama, perikemanusiaan, hati nurani, keadilan,
halus budipekerti, dan kasih sayang. Konfusius mengajarkan bahwa Ren merupakan pusat atau dasar etika moral tertinggi manusia selama hidup di dunia.
Jika dilihat dari kata Kasih menurut kamus lengkap bahasa Indonesia modern KLBIM : 166 kasih adalah perasaan sayang, cinta, suka dsb.; belas
kasihan; mengasihi; merasa iba hati. Maka cuplikan teks di atas menunjukkan bahwa kasih sayang yang terdapat di Jepang menurut Konfusius hampir sama
Universitas Sumatera Utara
dengan pengertian kasih sayang yang ada di Indonesia yaitu nilai kasih sayang yang ditunjukkan oleh Kosuke terhadap Mao saat melihat perilaku Mao yang
kelewat jujur dan membuat jengkel, namun Kosuke tetap tidak bisa membencinya. Nilai pragmatik yang pembaca dapat jadikan acuan dalam novel ini adalah bahwa
kita tidak boleh membenci seseorang hanya dengan sikapnya yang aneh, terlalu jujur akan sesuatu hal ataupun hal yang membuat kita jengkel dan marah, karena
setiap orang pasti akan berubah baik itu menjadi lebih bagus ataupun lebih buruk. Kita harus menerima seseorang apa adanya dan kita harus menyayangi seseorang
dengan tulus. Berdasarkan analisis di atas, terdapat kesamaan antara pengertian kasih
sayang di Jepang dan pengertian kasih sayang di Indonesia. Jadi, cuplikan teks di atas tidak hanya masuk dalam kategori kasih sayang yang ada di Indonesia namun
juga masuk dalam kategori kasih sayang yang ada di Jepang.
2. Cuplikan cerita halaman 36-37