yang tunjukkan dari sikap perhatian Kosuke terhadap Mao, menghargai pendapat Mao dan merasa bahwa Mao adalah hal yang terpenting bagi Kosuke. Nilai
pragmatik yang pembaca dapat jadikan acuan dalam novel ini adalah bahwa kita tidak boleh bersikap dingin ataupun menjauhi seseorang, karena seiring
berjalannya waktu kita mungkin akan menyukai orang tersebut. Berdasarkan analisis di atas, terdapat kesamaan antara pengertian kasih
sayang di Jepang dan pengertian kasih sayang di Indonesia. Jadi, cuplikan teks di atas tidak hanya masuk dalam kategori kasih sayang yang ada di Indonesia namun
juga masuk dalam kategori kasih sayang yang ada di Jepang.
2. Cuplikan cerita halaman 60-67
[… “Ayah jahat Apa kekurangan dia? Atau ayah marah karena aku mendadak mengajaknya kemari?”
“Mao, ayah bukannya bilang Okuda-kun itu tidak baik. Hanya saja coba pertimbangkan lagi. Apalagi kalian berdua masih muda…”
“Kami kesini bukan untuk meminta izin karena ingin segera menikah. Dan kunjungan tiba-tiba hari ini juga bukan berarti ide untuk mulai berpacaran itu
baru saja timbul. Saya dan Mao saat ini sedang menjalin hubungan serius dan berharap semoga bisa terus demikian. Apakah anda berkenan memberi restu?”
“Retrograde amnesia. Atau kehilangan ingatan. Begitulah kondisi Mao.” “Ayah,” potong istrinya, “dokter bilang baru ‘kemungkinan besar’. Aku yakin
penyakit Mao berbeda, mungkin sesuatu yang lebih ringan…”
Universitas Sumatera Utara
Telingaku seperti diselimuti lapisan tipis. Pembicaraan mereka berdua terdengar begitu jauh. “Kosuke, jangan percaya seratus persen pada perkataan
Ayah. Aku tidak sakit kok,” bisik Mao. “Kosuke…” Tatapan Mao yang menunggu reaksiku begitu memelas, yang
bahkan tidak pernah kulihat saat dia diganggu di SMP. Tekadku sudah bulat. Aku tidak tahan lagi melihat kegundahan diwajah
Mao. Yang ingin segera kulakukan adalah menghapus rasa gundah itu dan mengembalikan senyumannya.
Benar. Aku mencintai Mao. Sederhana saja. Yang kucintai bukan riwayat hidup atau nama Mao, melaikan sifatnya yang angin-anginan tetapi selalu siap
membantu siapa saja, juga kebodohan sekaligus kebaikan hatinya. Seperti itulah Mao yang kucintai. “ Sejujurnya, saya memang terkejut mendengarnya,” kataku
diikuti tatapan ketiga orang itu. Dengan suara agak naik, aku melanjutkan, “Tidak bisa dibayangkan bagaimana dia bisa sampai kehilangan ingatan. Tetapi
hal itu tidak membuat saya takut atau sampai mengubah perasaan. Seperti yang Bapak katakana, bagi saya Mao adalah Mao.
Aku mendengar tarikan napas lega Mao. Ingin rasanya ku genggam tangannya, teta
pi aku segan melakukannya di depan orangtuanya. “Ayah dan Ibu sudah mengerti? Tidak ada yang perlu dicemaskan.”
“Tapi, Mao,” katanya dengan suara rendah,”kita tidak bisa merepotkan orang lain.”
“Apa maksud ayah? Jangan bicara seakan-akan aku ini cuma properti Ayah”
Universitas Sumatera Utara
“Ayah tidak bermaksud begitu “Jadi, negosiasi ini gagal.” Medadak Mao bangkit dan menarik lenganku. “Aku akan tetap bersama Kosuke, tak peduli siapa
yang menentang. Biar kuantar dia ke stasiun. Sampai jumpa”…]
Analisis :
Pada cuplikan teks di atas, terdapat indeksikal nilai pragmatik tentang kesetiaan. Hal ini terlihat dari sikap
Kosuke yang mengatakan “Tetapi hal itu tidak membuat saya takut atau sampai mengubah perasaan.
” Kosuke tetap menerima Mao walaupun mengetahui tentang keadaan Mao yang sebenarnya.
Orangtua Mao yang menentang hubungan mereka karena Mao memiliki penyakit hilang ingatan, tidak ingin orang lain repot untuk mengurus Mao. Ayah Mao
merasa bahwa anaknya belum bisa mandiri. Namun, Mao mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja dan hanya ingin memulai hubungan serius dengan
seseorang yang dicintainya. Kosuke pun menyadari bahwa hal tersebut tidak membuat cintanya akan hilang, ataupun mempengaruhi hubungan mereka.
Kosuke dan Mao tetap memutuskan untuk bersama walaupun kedua orangtua Mao tidak merestui. Mereka berpikir bahwa seiring berjalannya waktu orangtua
Mao akan menerima hubungan mereka. Ini sesuai dengan ajaran konfusianisme Saputra:2002 tentang
“Zhong” Setia artinya perilaku yang tepat, berlandaskan suara hati nurani dengan
mewujudkan dalam segala tindakan. Zhong bertindak sesuai dengan cinta dan kebaikan, tanpa pamrih dan dengan tulus. Sikap moral manusia yang setia
ditunjukkan saat Kosuke menerima keadaan Mao yang sakit dan Mao juga tetap ingin bersama dengan Kosuke walaupun orangtuanya menentang.
Universitas Sumatera Utara
Cuplikan teks di atas juga memiliki indeksikal nilai kasih sayang. Tampak dari sikap Kosuke yang sedih melihat rasa gundah di diri Mao. Kosuke yang tidak
ingin Mao bertengkar dengan Orangtuanya tetap mempertahankan hubungan mereka dan membela Mao di depan orangtuanya. Hal ini sesuai dengan ajaran
Konfusianisme Saputra:2002 tentang
“Ren”cinta kasih yang merupakan sifat
mulia pribadi
seseorang terhadap moralitas,
cinta terhadap
sesama, perikemanusiaan, hati nurani, keadilan, halus budipekerti, dan kasih sayang.
Jika dilihat dari kata Kasih menurut kamus lengkap bahasa Indonesia modern KLBIM : 166 kasih adalah perasaan sayang, cinta, suka dsb.; belas
kasihan; mengasihi; merasa iba hati. Maka cuplikan teks di atas menunjukkan bahwa kasih sayang yang terdapat di Jepang menurut Konfusius hampir sama
dengan pengertian kasih sayang yang ada di Indonesia yaitu nilai kasih sayang yang ditunjukkan oleh sikap Kosuke yang tidak ingin melihat Mao bersedih dan
gundah hanya karena kedua orangtuanya tidak merestui hubungan mereka. Nilai pragmatik yang pembaca dapat jadikan acuan dalam novel ini adalah bahwa kita
tidak boleh takut jika hubungan percintaan kita ditentang, kita harus yakin pada pasangan kita masing-masing dan saling membela pasangan kita.
Berdasarkan analisis di atas, terdapat kesamaan antara pengertian kasih sayang di Jepang dan pengertian kasih sayang di Indonesia. Jadi, cuplikan teks di
atas tidak hanya masuk dalam kategori kasih sayang yang ada di Indonesia namun juga masuk dalam kategori kasih sayang yang ada di Jepang.
Universitas Sumatera Utara
3. Cuplikan cerita halaman 78