yang  pembaca  dapat  jadikan  acuan  dalam  novel  ini  adalah  bahwa  saat  kita kehilangan orang  yang kita  cintai  sangat  sulit  melupakannya. Hal itu  tidak  salah
karena  rasa  cinta  kita  yang  besar  dan  belum  menerima  kenyataan  bahwa  orang yang  kita  cintai  sudah  tidak  ada  lagi,  kita  terus  mencarinya  karena  tidak  ingin
berpisah. Namun kita tidak boleh merasakan sedih yang berlarut sampai membuat kita depresi dan akhirnya tidak menerima kenyataan.
Berdasarkan  analisis  di  atas,  terdapat  kesamaan  antara  pengertian kesetiaan di Jepang  dan pengertian kesetiaan  di Indonesia.  Jadi,  cuplikan teks  di
atas  tidak  hanya  masuk  dalam  kategori  kesetiaan  yang  ada  di  Indonesia  namun juga masuk dalam kategori kesetiaan  yang ada di Jepang.
7.  Cuplikan cerita halaman 207
[…Sempat  terlintas  ide  untuk  membuang  semua  barang-barang  yang  berkaitan dengan mao karena aku tidak yakin apakah bisa terus bertahan dalam kesepian
ini. Tetapi akhirnya aku tidak bisa melakukannya. Tak  peduli  walau  semua  orang  telah  melupakan  Mao,  aku  harus  tetap
mengingatnya.  Aku  tak  bisa  menyingkirkan  bukti  bahwa  dia  pernah  hidup  di dunia ini. Andai aku sampai melupakan Mao, itu sama saja dengan mengakui dia
tidak  pernah  ada.    Itu  jauh  lebih  menyedihkan  dari  pada  disiksa  perasaan kehilangan.]
Analisis :
Pada cuplikan teks di atas, terdapat indeksikal nilai pragmatik tentang nilai kasih  sayang.  Hal  ini  terlihat  jelas  pada  sikap  Kosuke  yang  mengatakan  ”aku
Universitas Sumatera Utara
harus tetap mengingatnya.”. Kosuke masih mencintai Mao walaupun Mao sudah pergi  dari  sisinya.    Kosuke  tidak  bisa  membuang  barang  milik  Mao  karena  hal
tersebut  mungkin  akan  membuatnya  cepat  melupakan  Mao  nantinya.  Kosuke tidak  ingin  melupakan  Mao.  Ini  sesuai  dengan  ajaran  Konfusianisme
Saputra:2002    tentang  etika  moral  manusia  yaitu “Ren”  Cinta  kasih,  yang
merupakan  sifat  mulia  pribadi  seseorang  terhadap  moralitas,  cinta  terhadap sesama,  perikemanusiaan,  hati  nurani,  keadilan,  halus  budipekerti,  dan  kasih
sayang. Cuplikan  teks  di  atas  juga  memiliki  indeksikal  nilai    Kesetian.  Hal  ini
terlihat jelas saat Kosuke tidak bisa melupakan Mao walaupun semua orang sudah melupakannya.  Kosuke  merasa  bahwa  dia  akan  lebih  sengsara  jika  melupakan
Mao  dari  pada  sengasara  karena  kesepian.  Berdasarkan  ajaran  konfusianisme Saputra:2002  yaitu  tentang
“Zhong”Setia  adalah  Sikap  manusia  yang memiliki  solidaritas kepada  sesama,  memegang janji, lebih  mementingkan orang
lain dari pada diri sendiri dan rela berkorban demi orang yang kita cintai. Jika  dilihat  dari  arti  kata  Setia  menurut  kamus  lengkap  bahasa  Indonesia
modern  KLBIM  :  436  setia  adalah  tetap  dan  teguh  hati  dalam  persahabatan, perhambaan,  perkawinan  dsb.;  patuh,  taat;  tulus  tanpa  pamrih;  berpegang  teguh
pada  pendirian,  janji;  setia  kawan,  perasaan  bersatu.  Maka  cuplikan  teks  di  atas menunjukkan bahwa kesetiaan yang terdapat di Jepang menurut Konfusius hampir
sama dengan pengertian kesetiaan yang ada di Indonesia yaitu nilai kesetiaan yang ditunjukkan  oleh  Kosuke  yang tidak ingin  melupakn  Mao.  Nilai pragmatik yang
pembaca dapat jadikan acuan dalam  novel ini adalah  bahwa kita  sebaiknya tidak boleh  melupakan  orang  yang  pernah  mengisi  hari-hari  kita,  setiap  orang  pasti
Universitas Sumatera Utara
tidak  ingin  dilupakan  oleh  orang  yang  dicintainya.  Oleh  karena  itu  walaupun harus  menerima  kenyataan  kita  tidak  bisa  bersama  orang  yang  kita  cintai  lagi,
namun sebaiknya jangan mudah untuk melupakan orang tersebut. Berdasarkan  analisis  di  atas,  terdapat  kesamaan  antara  pengertian
kesetiaan di Jepang  dan pengertian kesetiaan  di Indonesia.  Jadi,  cuplikan teks  di atas  tidak  hanya  masuk  dalam  kategori  kesetiaan  yang  ada  di  Indonesia  namun
juga masuk dalam kategori kesetiaan  yang ada di Jepang.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka kesimpulan dari hasil analisis novel “Hidamari no Kanojo” adalah sebagai berikut :
1. Novel  “Hidamari  no  Kanojo”  karya  Koshigaya  Osamu  menceritakan
tentang kesetiaan dan kasih sayang antara dua tokoh utama Okuda Kosuke dan Watarai Mao. Terdapat beberapa setting dalam novel ini yaitu Tokyo
sebagai  tempat  sebuah  perusahaan    dimana  mereka  bertemu  kembali setelah  10  tahun  berpisah.  Selain  itu  ada  apartemen  di  daerah  Saitama
sebagai  rumah  mereka  setelah  menikah.  Taman  Ichiyou  yang  sering dijadikan  tempat  mereka  berkencan.  Novel  ini  juga  memiliki  latar  waktu
yaitu zaman modern Jepang dewasa ini dimana Kosuke dan Mao kembali bertemu  setelah  10  tahun  dan  menjalani  hubungan  percintaan  sampai
akhirnya menikah. 2.
Ditemukan  beberapa nilai  pragmatik di dalam  cerita novel “Hidamari  no Kanojo”  karya  Koshigaya  Osamu  yaitu  nilai  kesetiaan  dan  nilai  kasih
sayang yang bersumber dari ajaran konfusianisme. 3.
Nilai  pragmatik  kesetiaan  dan  kasih  sayang  merupakan  bagian  dari  nilai ajaran  Konfusius yang ada di Jepang.  Konfusius lebih  mengajarkan  sikap
moral  terhadap  sesama  manusia.  Dimana  kesetian  diperlukan  untuk mecapai  moral  manusia  yang  lebih  baik.  Mampu  bertenggang  rasa  dan
Universitas Sumatera Utara