Kemitraan Usaha Ayam Ras Pedaging dan Pendapatan Peternak

usaha menengah dan besar sangat dominan dan cenderung mengeksploitasi yang kecil.

2.6 Kemitraan Usaha Ayam Ras Pedaging dan Pendapatan Peternak

Burhanudin 2005 menyatakan tujuan dilakukannya kemitraan ayam ras antara lain untuk memperkecil resiko usaha terutama peternak rakyat sebagai mitra usaha plasma karena dijaminnya sarana produksi, pemasaran hasil dan jaminan pendapatan oleh perusahaan peternakan selaku mitra usaha inti. Rasyaf 1995 menyatakan pendapatan usaha ayam ras pedaging diperoleh dari hasil penjualan ayam ras pedaging saat panen yang merupakan penerimaan dikurangi biaya produksinya. Penerimaan total dalam suatu usaha peternakan ayam ras pedaging terdiri dari hasil produksi utama berupa penjualan ayam ras pedaging, baik hidup maupun dalam bentuk karkas dan hasil penjualan tinja atau litter yang laku dijual. Pengeluaran atau biaya total usaha tani didefinisikan sebagai nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga petani Soekartawi dkk, 1990. Biaya usaha tani diklasifikasikan menjadi biaya tetap dan biaya tidak tetap Soekartawi, 1995. Biaya tetap adalah biaya pada pengertian short run yaitu biaya yang tidak berubah walaupun jumlah produksi berubah atau tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi. Makin besar usaha maka biaya tetap per satuan usaha semakin kecil Prawirokusumo, 1990. Biaya tetap pada usaha ayam broiler misalnya gaji pegawai bulanan, penyusutan kandang dan peralatan, bunga atas modal, pajak bumi dan bangunan Rasyaf, 1995. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber Biaya variabel adalah biaya yang selalu berubah tergantung besar-kecilnya produksi. Pada usaha ayam ras pedaging, meliputi biaya pakan, obat-obatan, bibit, biaya litter, bahan bakar dan lain-lain Prawirokusumo, 1990. Biaya pakan dapat mencapai 60 - 70 dari total biaya produksi, biaya pembelian bibit mencapai 24 dari total biaya produksi. Total biaya variabel dalam usaha peternakan ayam pedaging dapat mencapai 90 - 95 dari total biaya produksi Rasyaf, 1995. Semakin besar skala usahatani maka semakin kecil biaya tetap per unit output sehingga semakin besar pendapatan yang diperoleh Prawirokusumo, 1990. Namun pada umumnya menurut Moerad2000 sebagian besar pertanian diselenggarakan oleh petani kecil yang sulit berkembang secara sendiri-sendiri. Kondisi ini memberi dampak pada sulitnya menerapkan efisiensi di setiap kegiatan agribisnis, pada gilirannya biaya produksi tinggi, produktivitasnya rendah, daya saing rendah dan pendapatan kecil. Dengan demikian petani kecil perlu mitra usaha guna memperoleh pendapatan yang lebih layak dari usaha taninya. Selanjutnya Hafsah 1999 menyatakan bahwa manfaat usahatani dengan pola kemitraan adalah a meningkatkan produktivitas dan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, b terjaminnya kualitas, kuantitas dan kontinyuitas produk, c berkurangnya resiko usaha, d memberikan dampak sosial yang cukup tinggi karena terhindar dari kecemburuan sosial yang bisa menjadi gejolak sosial akibat ketimpangan pendapatan, dan e adanya peningkatan pendapatan yang diikuti tingkat kesejahteraan dan pemerataan yang lebih baik maka pada gilirannya mampu meningkatkan ketahanan ekonomi nasional. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber

2.7 Kerangka Pemikiran