menikmati pertumbuhan produksi gula tersebut. Keuntungan produksi lebih banyak dinikmati oleh pabrik gula, meskipun pabrik gula tetap tidak bisa
menyentuh pengembangan sistem dari program TRI. 2. Pada kasus PIR nanas. Pendapatan yang diperoleh petani tidaklah
menggembirakan dibanding dengan masa sebelum adanya PIR nanas. 3. Kasus PIR susu di Jawa Tengah, pada, kenyataannya inti menyalurkan bibit
sapi perah bermutu jelek dan menetapkan harga jual susu yang lebih rendah bila dibanding dengan harga di KUD Pengalengan dan KUD lainnya,
sehingga upaya peningkatan kesejahteraan peternak melalui PIR. Susu ini tidak terwujud.
4. Kasus PIR lokal teh di Tasikmalaya, dilaporkan rendahnya harga beli pucuk teh dari perusahaan inti menjadi penyebab suramnya pelaksanaan PIR lokal
teh di Tasikmalaya. Petani dengan berbagai cara, menjual pucuk-pucuk teh tidak kepada inti melainkan ke penampung-penampung teh, karena harga
tawar penampung lebih tinggi dibanding dengan harga yang ditentukan inti. Hasil penetapan harga input dan output secara sepihak oleh inti serta skala
pemeliharaan broiler merupakan hal penting yang menjadi sumber ketidakpuasan peternak plasma. Keadaan ini mengakibatkan peternak hanya memperoleh
keuntungan marginal atas kebaikan intiRusastra. et al, 2006.
2.2 Tinjauan Teoritis Tentang Konsep Kemitraan
Kemitraan adalah istilah lain dari contract farming. Menurut Bachriadi 1995 suatu versi contract farming yang dikembangkan Commonwealth
Development Corporation CDC adalah Nucleus Estate and Smallhorlder System
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
NES-System. NES-System ini kemudian diterapkan pada berbagai proyek pembangunan perkebunan. Uji cobanya dilaksanakan di Malaysia melalui proyek
Federal Land Development Authority FELDA. Pemerintah Indonesia
menerapkan sistem NES dan pola-pola hubungan produksi yang terkandung didalamnya dalam berbagai proyek Perusahaan Inti Rakyat PIR dan beberapa
proyek intiensifikasekstensifikasi pertanian lainnya dengan beragam istilah. Dalam proyek-proyek PIR muncul beberapa istilah dan konsepsi seperti PIR-Bun,
PIR-TRans, PIR-Lokal, PIR-Unggas, PIR-Susu dan sebagainya. Dalam proyek- proyek intensifikasi pertanian dikenal beragam istilah, sesuai dengan
komoditasnya, seperti Tambak Inti Rakyat, Tebu Rakyat Intensifikasi, Intensifikasi Tembakau Rakyat, Intensifikasi Karet Rakyat, dan sebagainya.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1997, kemitraan adalah kerjasama usaha antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah dan atau Usaha
Besar disertai pembinaan oleh Usaha Menengah dan atau Usaha Besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling
menguntungkan. Sedangkan kemitraan usaha pertanian menurut SK Mentan No. 940KptsOT.210 101997 adalah kerjasama usaha antara Perusahaan Mitra
dengan kelompok mitra di bidang usaha Pertanian. Kemitraan di bidang usaha ayam-ayam ras menurut SK Mentan No.472SK.TN.33061996 adalah usaha
budidaya ayam ras antara peternak rakyat dengan perusahaan peternakan atau perusahaan di bidang peternakan. Tujuan dilakukannya pola kemitraan antara lain
memperkecil resiko usaha terutama peternak rakyat sebagai mitra usaha plasma
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
karena terjaminnya sarana, produksi peternakan dan pemasaran oleh perusahaan peternakan selaku mitra usaha inti.
Rusastra, et al 2006 menyatakan ada enam dasar etika berbisnis pada kemitraan usaha yaitu a karakter, integritas dan kejujuran, b kepercayaan, c
komunikasi yang terbuka, d adil, e keinginan pribadi pihak yang bermitra, dan f keseimbangan insentif dan resiko.
Filosofi hakiki dari kemitraan adalah kebersamaan dan pemerataan. Melalui kemitraan antara perusahaan besar dengan perusahaan kecil dapat
meningkatkan produktivitas, meningkatkan pangsa pasar, meningkatkan keuntungan, sama-sama menanggung resiko, menjamin pasokan bahan baku dan
menjamin distribusi pemasaran Rusastra,et al,2006. Namun demikian menurut Kuncoro 2000 kemitraan tidaklah selalu
menguntungkan pengusaha kecil. Pada kemitraan pola bapak angkat-anak angkat, mitra usaha plasma atau pihak anak- angkat yaitu produsen-produsen kecil di
daerah pedesaan tetap menjadi obyek penindasan. Nilai tambah akan terus mengalir dalam jumlah yang semakin besar dan produsen-produsen kecil ke bapak
angkat. Soekartawi 1995 mengemukakan dis-equilibrium market merupakan
salah satu faktor yang menyebabkan tidak tercapainya kondisi optimal para, pelaku kemitraan. Hal ini sebagai penyebab tidak berjalannya mekanisme pasar
secara baik. Pasar monopoli, penimbunan barang untuk tujuan spekulasi adalah contoh tidak seimbangnya pasar.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
2.3 Model-model Kemitraan di Usaha Pertanian