Struktur Modal Faktor-faktor yang mempengaruhi Nilai Perusahaan

Market-to-book ratio menunjukkan seberapa besar suatu perusahaan mampu menciptakan nilai relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. Untuk perusahaan-perusahaan yang berjalan dengan baik, umumnya ratio ini mencapai diatas satu, yang menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Semakin tinggi rasio tersebut berarti perusahaan semakin berhasil menciptakan nilai bagi pemegang saham. Berdasarkan hal tersebut, maka nilai perusahaan dapat diukur dengan rasio nilai pasar saham perusahaan dengan nilai buku saham perusahaan atau market-to-book ratio.

2.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Nilai Perusahaan

Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan, diantaranya adalah struktur modal, profitability, capital expenditure, dan firm size Chen,2002.

2.2.2.1. Struktur Modal

Menurut Brigham dan Houston 2004 srtuktur modal adalah kombinasi hutang dan ekuitas dalam struktur keuangan jangka panjang perusahaan. Weston dan Copeland 1992 : 3 struktur modal adalah pembiayaan permanen perusahaan, meliputi hutang jangka panjang, saham preferen dan juga saham biasa. Ross 2003 dalam Andy dan Yusin 2007 menyatakan bahwa hutang jangka pendek tidak dimasukkan karena dapat berubah-ubah secara konstan. Perusahaan dalam menjalankan usahanya akan selalu memerlukan modal. Berapa besar modal yang diperlukan sangat tergantung pada seberapa besar kecilnya usaha yang dijalankan. Pada dasarnya modal yang dimiliki perusahaan seperti yang terlihat disisi passiva neraca perusahaan yang dapat dibedakan menjadi dua Bambang Riyanto, 1994 : 13, yaitu : 1. Modal asing, adalah modal yang berasal dari kreditur, yang merupakan hutang bagi perusahaan yang bersangkutan. 2. Modal sendiri, adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri. Dalam studi-studi empiris leverage didefinisikan sebagai sebuah ukuran yang menunjukkan sebarapa besar tingkat penggunaan hutang dalam membiayai aktiva perusahaan. Berdasarkan definisi yang dikemukakan diatas, menurut Gitman 1997 struktur modal dapat dinyatakan dalam persamaan : Debt to Equity Ratio = Equity s r Stockholde Debt term Long Selain persamaan diatas, struktur modal juga dapat dihitung dengan menggunakan persamaan long-term debt ratio Ross, 2003 : 66 : Long Term Debt Rasio = Equity Total Debt Term Long Debt Term Long + Berikut ini adalah beberapa teori mengenai struktur modal, antara lain : 1. Pecking Order Theory Teori ini dikenalkan pertama kali oleh Donalson pada tahun 1961, sedangkan penamaan Pecking Order Theory dilakukan oleh Myers 1984 Husnan, 1996 : 324. Secara singkat teori ini menyatakan bahwa : a. Perusahaan menyukai internal financing pendanaan dari hasil laba ditahan. b. Apabila pendanaan dari luar external financing diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu, yaitu dimulai dengan menerbitkan obligasi, kemudian diikuti oleh sekuritas yang berkarakteristik opsi seperti obligasi konversi, baru akhirnya apabila masih belum mencukupi saham baru diterbitkan. Sesuai dengan teori ini, tidak ada satu target debt to equity ratio, karena ada dua jenis modal sendiri yaitu internal dan eksternal. Modal sendiri berasal dari dalam perusahaan lebih disukai daripada modal sendiri yang berasal dari luar perusahaan. Menurut Myers 1996 perusahaan lebih menyukai pendanaan dari modal internal, yakni dana yang berasal dari aliran kas, laba ditahan dan depresiasi. Urutan penggunaan sumber pendanaan dengan mengacu pada Pecking Order Theory adalah dana internal, hutang, dan equity modal sendiri Kaaro, 2003:53. Dana internal lebih disukai dari dana eksternal karena dana interna memungkinkan perusahaan untuk tidak perlu “membuka diri lagi” dari sorotan dan “publisitas publik” sebagai akibat penerbitan saham baru. Dana eksternal lebih disukai dalam bentuk hutang daripada modal sendiri karena biaya emisi obligasi lebih murah daripada penerbitan saham baru, dan manajer khawatir kalau penerbitan saham baru akan ditafsirkan sebagai kabar buruk oleh para pemodal dan membuat harga saham akan turun. Hal ini disebabkan oleh kemungkinan adanya informasi asimetrik antara pihak manajemen dan pihak pemodal. 2. Trade Off – Model Model Trade Off Theory menggambarkan bahwa struktur modal yang optimal dapat ditentukan dengan menyeimbangkan keuntungan atas penggunaan hutang tax shield benefit of leverage dengan coat of financial distress dan agency problem . Implikasi trade-off theory adalah perusahaan yang resiko bisnis tinggi lebih baik menggunakan hutang yang sedikit dan perusahaan yang terkena pajak tinggi memperoleh penghematan pajak lebih tinggi bila menggunakan hutang. Menurut Hartono 2003, trade-off theory memberikan kontribusi penting, yaitu : a. Perusahaan yang memiliki aktiva tinggi variabilitas keuntungan akan memiliki probabilitas financial distress yang besar, dan seharusnya perusahaan menggunakan sedikit hutang. b. Perusahaan yang membayar pajak tinggi sebaiknya lebih banyak menggunakan hutang dibandingkan dengan perusahaan yang membayar pajak rendah. Esensi trade-off theory dalam struktur modal adalah menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat dari penggunaan hutang. Sejauh manfaat yang diterima lebih besar, maka tambahan hutang masih diperbolehkan. Apabila pengorbanan akibat penggunaan hutang sudah lebih besar, maka tambahan hutang sudah tidak diperbolehkan. 3. Signaling – Model Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston 1999 : 36 adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi para investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara-cara lain, termasuk penggunaan hutang yang melebihi target struktur modal yang normal. Perusahaan dengan prospek yang kurang menguntungkan akan cenderung menjual sahamnya. Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan umumnya merupakan suatu isyarat signal bahwa manajemen memandang prospek perusahaan tersebut suram. Apabila suatu perusahaan menawarkan penjualan saham baru, lebih sering dari biasanya, maka harga saham akan menurun, karena menerbitkan saham baru berarti memberikan isyarat negatif yang kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek perusahaan cerah.

2.2.2.2. Profitability

Dokumen yang terkait

Pengaruh Firm Size, Growth Opportunity, Liquidity, Dan Profitability Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bei

1 55 90

Pengaruh Profitability, Firm Size, Business Risk dan Asset Tangibility Terhadap Struktur Modal Pada Sektor Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2008

1 71 94

Pengaruh Size Of Firm, Growth Of Firm dan Profitability Terhadap Struktur Modal (Pada Bidang Manufaktur 2010-2012 di BEI).

0 3 14

PENGARUH FIRM SIZE, GROWTH OPPORTUNITY, LIQUIDITY, DAN PROFITABILITY TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN

0 2 64

PENGARUH FIRM SIZE, GROWTH OPPORTUNITY, LIQUIDITY dan PROFITABILITY TERHADAP STRUKTUR Pengaruh Firm Size, Growth Opportunity, Liquidity dan Profitability Terhadap Struktur Modal Perusahaan ( Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur "Food and Beverages" di

0 2 14

PENGARUH FIRM SIZE, TANGIBILITY OF ASSET, DAN PROFITABILITY TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN CONSUMERGOOD DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 103

ANALISIS PENGARUH STRUKTUR MODAL, PROFITABILITY, CAPITAL EXPENDITURE, FIRM SIZE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN KIMIA DAN FARMASI DI BEI SKRIPSI

0 0 17

PENGARUH FIRM SIZE, TANGIBILITY OF ASSET, DAN PROFITABILITY TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN CONSUMERGOOD DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

0 0 22

PENGARUH STRUKTUR MODAL, STRUKTUR KEPEMILIKAN, UKURAN PERUSAHAAN, UMUR PERUSAHAAN, DAN CAPITAL EXPENDITURE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI JAKARTA ISLAMIC INDEX SKRIPSI

0 0 28

PENGARUH STRUKTUR MODAL TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN SIZE, PROFITABILITY DAN GROWTH OPPORTUNITY SEBAGAI MODERASI

0 0 16