4.1.2. Visi dan Misi BEI • Visi BEI
Menjadi Bursa Efek yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia. • Misi BEI
1. Pilar ekonomi Indonesia. 2. Market Oriented.
3. Transformasi perusahaan. 4. Institutional Building.
5. Delivery best quality product services
4.2. Perkembangan Industri Kimia dan Farmasi Indonesia
4.2.1 Perkembangan Industri Kimia Indonesia
Pada tahun 2010 ini hingga tahun 2014 industri kimia nasional diharapkan dapat menyumbang pertumbuhan industri antara 4,5 sampai 9. Dengan berangsur-
angsur membaikknya kondisi ekonomi Indonesia akibat krisis ekonomi yang dimulai pada tahun 1997 lalu, dan krisis ekonomi global yang disebabkan imbas dari krisis
ekonomi Amerika Serikat pada tahun 2008. Kapasitas produksi industri kimia dalam negeri pada tahun 2007 mencapai
37,67 juta ton, dan pada tahun 2008 jumlah ini menigkat menjadi 38,24 juta ton. Sedangkan ekspor bahan kimia pada tahun 2007 sekitar 5,2 juta ton, dan pada tahun
2008 sebesar 5,36 juta ton. Sementara itu kebutuhan yang diimpor pada tahun 2007 sebesar 3,7 juta ton, dan pada tahun 2008 sebesar 3,8 juta ton.
Menurut Menteri Perindustrian MS Hidayat perkembangan industri kimia nasional masih terbuka lebar akibat dari membaikknya keadaan ekonomi Indonesia.
Strategi yang diambil untuk pngembangan industri kimia adalah dengan membuat system cluster, integrasi industri hulu dan hilir dalam satu cluster industri serta
peningkatan kerjasama dan investasi. Selain itu juga direncanakan program revitalisasi pabrik kimia yang sudah tua dan ketinggalan dari segi teknologi.
Menteri Perindustrian MS Hidayat menetapkan ada sembilan cluster industri unggulan. Namun masih ada beberapa kendala, kendala utama yang dihadapi yaitu
beberapa komponen industri seperti Nafta masih impor. Untuk mengantisipasi hal tersebut dan menekan impor bahan baku, Menperin akan membuat industrinya di
Indonesia. Hal tersebut dilakukan dengan menghasilkan Nafta dari refinery di
Cilegon, Tuban, dan Bontang yang diperkirakan masing-masing dapat memproduksi 300 ribu barel per hari.
Masalah yang timbul selanjutnya adalah mencari investor untuk pembangunan refinery tersebut. Untuk membangun refinery tersebut masing-masing membutuhkan
investasi sebesar US 4 milyar sampai US 5 milyar. Meski sudah ada beberapa investor dari Petrokimia namun belum mencukupi dana yang dibutuhkan.
Selain itu juga masih ada kendala untuk membangun refinery yaitu mencari crude oil
di dalam negeri yang tidak dimungkinkan, karena pertamina juga masih mengimpor crude oil dari kerja sama dengan Iran, Nigeria, dan Negara G8 lainnya.
4.2.2 Perkembangan Industri Farmasi Indonesia
Industri farmasi Indonesia relatif masih muda dibandingkan dengan industri farmasi di negara-negara maju. Pada masa penjajahan Belanda sampai perang
kemerdekaan jumlah pabrik farmasi di Indonesia masih sangat sedikit yaitu Pabrik Kina dan Institut Pasteur produsen serum dan vaksin di Bandung serta Pabrik Obat
Manggarai di Jakarta. Demikian pula sarana distribusi farmasi dan apotik masih sangat terbatas. Pada tahun 1937 terdapat 76 apotik yang sebagian besar berlokasi di
Jawa dan hanya beberapa apotik yang berada di kota-kota besar Sumatera. Fungsi apotik pada periode itu disamping melakukan peracikan dan penyerahan obat juga
melakukan produksi dan distribusi obat. Keadaan ini tidak banyak mengalami perubahan sampai awal kemerdekaan.