2.2.3.2. Hubungan Profitability dan Nilai Perusahaan
Gitman 2004 menyatakan bahwa tujuan perusahaan adalah bukan memaksimumkan profit namun memaksimumkan kekayaan bagi par a pemegang
saham yang dicerminkan dari peningkatan harga sahamnya. Rappaport 1986 menyatakan bahwa profitabilitas merupakan value driver yang penting dan
menentukan dalam penciptaan nilai perusahaan. Peningkatan profitabilitas dapat dicapai melalui skala ekonomi, penurunan biaya terkait dengan supplier dan
saluran distribusi, dan mengeliminasi biaya overhead yang tidak memberikan nilai tambah. Harris dan Nissim 2004 melakukan penelitian untuk mengetahui
hubungan stock return dalam jangka panjang dengan earning profit yang dihasilkan dari penambahan capital expenditure menunjukkan hasil bahwa
perusahaan mengalami pertumbuhan stock return baik melalui peningkatan profitabilitas dari modal yang ada saat ini atau dari penambahan capital
expenditure . Dalam penelitian tersebut Harris dan Nissim juga menemukan pula
bahwa profitabilitas memiliki hubungan positif dengan return saham. Semakin tinggi kemampuan perusahaan memperoleh laba maka investor
semakin tertarik pada perusahaan tersebut, karena perusahaan yang mempunyai kemampuan tinggi dalam memperoleh laba dianggap memiliki resiko yang lebih
rendah dan investor juga akan memperoleh return yang lebih besar. Dengan semakin diminatinya perusahaan tersebut, maka harga saham akan meningkat
yang akhirnya akan menaikkan nilai perusahaan. Dengan demikian profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan Soliha dan Taswan, 2002.
2.2.3.3. Hubungan Capital Expenditure dan Nilai Perusahaan
Untuk melakukan aktivitas sehari-hari dibutuhkan investasi barang modal capital investment atau capital expenditure. Berupa asset nyata seperti pabrik,
mesin, peralatan, persediaan dan asset berwujud lainnya untuk menghasilkan setiap unit penjualan dalam jangka panjang Elamsry, 2004. Perusahaan yang
bergantung pada investasi asset berwujud saja kurang mampu mendapatkan superior return
yang andal dalam jangka panjang. Hal ini karena investasi berupa asset nyata dapat dengan mudah direplikasi oleh pesaing. Berbeda dengan
perusahaan yang menginvestasikan assetnya dalam bentuk intangible yang memberikan manfaat jangka panjang seperti penelitian dan pengembangan RD
dan pengembangan citramerk. Chauvin dan Hirschey 1994 mengungkapkan pengaruh asset intangible seperti goodwill yang diukur dengan aktivitas RD,
promosi dan intangible asset lainnya terhadap profit dan nilai perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa goodwill tidak mampu menjelaskan profit, namun
berhubungan positif dengan nilai perusahaan. Semakin tinggi tingkat capital expenditure maka semakin baik kinerja
perusahaan McConnel dan Muscarelle, 1985. Hal tersebut terjadi karena keputusan pembelanjaan yang diambil oleh manajer sudah benar dalam
menginvestasikan modal yang dimiliki perusahaan. Dengan semakin baiknya kinerja perusahaan maka semakin tinggi pula nilai perusahaan.
2.2.3.4. Hubungan Firm Size dan Nilai Perusahaan