Perkembangan Industri Kimia Indonesia

Cilegon, Tuban, dan Bontang yang diperkirakan masing-masing dapat memproduksi 300 ribu barel per hari. Masalah yang timbul selanjutnya adalah mencari investor untuk pembangunan refinery tersebut. Untuk membangun refinery tersebut masing-masing membutuhkan investasi sebesar US 4 milyar sampai US 5 milyar. Meski sudah ada beberapa investor dari Petrokimia namun belum mencukupi dana yang dibutuhkan. Selain itu juga masih ada kendala untuk membangun refinery yaitu mencari crude oil di dalam negeri yang tidak dimungkinkan, karena pertamina juga masih mengimpor crude oil dari kerja sama dengan Iran, Nigeria, dan Negara G8 lainnya.

4.2.2 Perkembangan Industri Farmasi Indonesia

Industri farmasi Indonesia relatif masih muda dibandingkan dengan industri farmasi di negara-negara maju. Pada masa penjajahan Belanda sampai perang kemerdekaan jumlah pabrik farmasi di Indonesia masih sangat sedikit yaitu Pabrik Kina dan Institut Pasteur produsen serum dan vaksin di Bandung serta Pabrik Obat Manggarai di Jakarta. Demikian pula sarana distribusi farmasi dan apotik masih sangat terbatas. Pada tahun 1937 terdapat 76 apotik yang sebagian besar berlokasi di Jawa dan hanya beberapa apotik yang berada di kota-kota besar Sumatera. Fungsi apotik pada periode itu disamping melakukan peracikan dan penyerahan obat juga melakukan produksi dan distribusi obat. Keadaan ini tidak banyak mengalami perubahan sampai awal kemerdekaan. Pada tahun 1955 jumlah pabrik farmasi di Indonesia tercatat 7 pabrik dan 131 apotik. Tahun 1958 meningkat menjadi 18 pabrik farmasi dan 146 pabrik farmasi. Pada periode antara tahun 1958 dan 1967 jumlah produsen farmasi meningkat menjadi 109 pabrik dan apotik sebanyak 585 Sirait, 2001. Pada tahun 1969 jumlah produsen farmasi di Indonesia tercatat 149 pabrik yang terdiri dari 6 perusahaan PMDN, 1 perusahaan PMA dan 142 perusahaan swasta nasional. Pada awal-awal tahun Orde Baru ini sebagian besar kebutuhan obat Indonesia masih diimpor dari luar negeri. Pada tahun 1983, telah terjadi kemajuan yang cukup signifikan karena 90 kebutuhan obat telah dapat dipenuhi oleh industri farmasi di dalam negeri, meski sebagian besar bahan baku masih harus diimpor. Jumlah produsen farmasi pada tahun 1983 tercatat 286 pabrik yang terdiri dari 37 perusahaan PMDN, 40 perusahaan PMA dan 209 perusahaan swasta nasional. Jumlah perusahaan manufaktur farmasi Indonesia yang ada pada dewasa ini relatif tidak banyak mengalami perubahan dibandingkan dengan tahun 1983. Pada saat itu jumlah podusen farmasi tercatat sebanyak 202 pabrik yang terdiri dari 4 BUMN, 30 PMA dan 168 perusahaan sasta nasional. Dalam nilai penjualan telah mengalami kenaikan, pada tahun 1980 obat yang beredar di Indonesia bernilai sebesar US 483 juta Sirait, 2001 dan pada tahun 2004 tercatat sekitar US 2 milyar Sampurno, 2005. Pangsa pasar farmasi Indonesia 2004 bila dibandingkan dengan pasar farmasi global relatif sangat kecil yaitu 0, 25. Pangsa pasar dari 60 perusahaan sebanyak 84 sedangkan 139 perusahaan hanya memiliki pangsa pasar 16. Ini berarti sebagian besar perusahaan manufaktur farmasi Indonesia beroperasi pada skala

Dokumen yang terkait

Pengaruh Firm Size, Growth Opportunity, Liquidity, Dan Profitability Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bei

1 55 90

Pengaruh Profitability, Firm Size, Business Risk dan Asset Tangibility Terhadap Struktur Modal Pada Sektor Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2008

1 71 94

Pengaruh Size Of Firm, Growth Of Firm dan Profitability Terhadap Struktur Modal (Pada Bidang Manufaktur 2010-2012 di BEI).

0 3 14

PENGARUH FIRM SIZE, GROWTH OPPORTUNITY, LIQUIDITY, DAN PROFITABILITY TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN

0 2 64

PENGARUH FIRM SIZE, GROWTH OPPORTUNITY, LIQUIDITY dan PROFITABILITY TERHADAP STRUKTUR Pengaruh Firm Size, Growth Opportunity, Liquidity dan Profitability Terhadap Struktur Modal Perusahaan ( Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur "Food and Beverages" di

0 2 14

PENGARUH FIRM SIZE, TANGIBILITY OF ASSET, DAN PROFITABILITY TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN CONSUMERGOOD DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 103

ANALISIS PENGARUH STRUKTUR MODAL, PROFITABILITY, CAPITAL EXPENDITURE, FIRM SIZE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN KIMIA DAN FARMASI DI BEI SKRIPSI

0 0 17

PENGARUH FIRM SIZE, TANGIBILITY OF ASSET, DAN PROFITABILITY TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN CONSUMERGOOD DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

0 0 22

PENGARUH STRUKTUR MODAL, STRUKTUR KEPEMILIKAN, UKURAN PERUSAHAAN, UMUR PERUSAHAAN, DAN CAPITAL EXPENDITURE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI JAKARTA ISLAMIC INDEX SKRIPSI

0 0 28

PENGARUH STRUKTUR MODAL TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN SIZE, PROFITABILITY DAN GROWTH OPPORTUNITY SEBAGAI MODERASI

0 0 16