Rumusan Masalah Poliomelitis Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Polio Dengan Perilaku Ibu Pasca Pemberian Imunisasi Polio Pada Bayi Di Desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai, Kab. Langkat Tahun 2014

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi polio di Desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai. b. Untuk mengetahui perilaku Ibu, apakah ibu langsung memberikan ASI atau tidak segera setelah bayi diberi imunisasi di Desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai. c. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan perilaku ibu pasca imunisasi polio di Desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan hasil penelitian ini menjadi sumber informasi serta bahan masukan bagi dunia kesehatan mengenai Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Polio Dengan Perilaku Pasca Pemberian Imunisasi Polio Pada Bayi Di Desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai, Kab. Langkat Tahun 2014.

2. Manfaat Apikatif

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang diterima di bangku perkuliahan.

b. Bagi Responden

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Polio.

c. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan melengkapi khasanah bacaan kepustakaan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan atau sumber data untuk peneliti selanjutnya yang berminat membahas masalah yang berkaitan Imunisasi Polio. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan tersendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian presepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga. Notoatmodjo, 2007 hal 143.

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo 2007, hal. 144, pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yaitu : a. Tahu Know Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan dan sebagainya. b. Memahami Comprehension Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan, contoh menyimpulkan dan meramalkan terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi Application Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari kepada situasi atau kondisi real sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengguna hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisis Analysis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya dengan satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dari pengguna kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. e. Sintesis Synthesis Sintesis yaitu menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, misalnya dapat menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. f. Evaluasi Evaluation Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria-kriteria yang telah ada.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

a. Umur Umur sangat erat hubungannya dengan tingkat pengetahuan seseorang karena semakin bertambahnya umur manusia semakin banyak pula pengalaman atau pengetahuan yang didapat Notoatmojo, 2007. Menurut Manuaba 2012, Kelompok umur adalah sebagai berikut : 1. Usia 20 tahun 2. Usia 20 – 35 tahun 3. Usia 35 tahun b. Pendidikan Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok dan masyarakat. Sehingga mereka mau melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan dalam mencari pengetahuannya dan aspek kehidupannya. Tingkat pendidikan mempunyai hubungan erat dengan sosial budaya, politik, ekonomi, dan sebagainya. Pendidikan juga merupakan salah satu factor yang mempengaruhi persepsi seseorang lebih mudah menerima ideteknologi baru Notoatmojo, 2007. Menurut Salim 2012, jenjang pendidikan dikelompokan menjadi : a Pendidikan Rendah : SD b Pendidikan Menengah : SMP sederajat c Pendidikan Atas : SMA sederajat c Pendidikan Tinggi : Perguruan Tinggi c. Pekerjaan Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan sehari-hari, jenis pekerjaan yang dilakukan dapat dikategorikan adalah tidak bekerja, wiraswata, pegawai negeri, dan pegawai swasta dalam semua bidang pekerjaan pada umumnya diperlukan adanya hubungan sosial yang baik dengan baik. Pekerjaan dimiliki peranan penting dalam menentukan kwalitas manusia, pekerjaan membatasi kesenjangan antara informasi kesehatan dan praktek yang memotifasi seseorang untuk memperoleh informasi dan berbuat sesuatu untuk menghindari masalah kesehatan Notoatmojo, 2007. d. Sumber informasi Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam menyampaikan informasi, merangsang pikiran dan kemampuan seseorang. Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita Notoatmodjo, 2007. Sumber informasi yang diperoleh seseorang dapat berasal dari : 1. Media massa Media massa merupakan yang paling banyak memberikan informasi kepada masyarakat. Informasi yang memerlukan dukungan data perlu dibantu dengan alat bantu media massa seperti : a Media cetak; b Media elektronik; c Media papan bill board Notoatmodjo, 2007. 2. Keluarga Kerabat Keluarga atau kerabat mempunyai peran yang sangat penting yang dapat dijadikan contoh. Karena pada umumnya ibu lebih percaya kepada keluarga atau kerabat untuk meningkatkan pengetahuan Notoatmodjo, 2007. 3. Tenaga Kesehatan Banyak informasi yang dapat disalurkan dari tenaga kesehatan, khususnya informasi kesehatan, oleh sebab itu komunikasi interpersonal akan membantu ibu berhubungan baik. komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila ibu dekat dengan petugas kesehatan Notoatmodjo, 2011.

4. Cara Mengukur Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden Notoatmodjo, 2007 hal. 146. a. Wawancara Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang sasaran penelitian responden,atau bercakap-cakap, berhadap muka dengan orang tersebut face to face. Jenis wawancara yang digunakan peneliti adalah wawancara terpimpin. Interview jenis ini dilakukan berdasarkan pedoman- pedomanberupa kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya Notoatmodjo, 2005. b. Kuesioner Menurut Notoatmodjo, 2005 kuesioner disini diartikan sebagai daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, sudah matang, dimana responden dalam hal angket dan interview dalam hal wawancaratinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan dengan tanda-tanda tertentu.dengan demikian kuesioner sering juga disebut “daftar pertanyaan” formulir. B. IMUNISASI 1. Pengertian Imunisasi Imunisasi merupakan upaya pencegahan yang telah berhasil menurunkan morbiditas angka kesakitan dan mortalitas angka kematian penyakit infeksi pada bayi dan anak. Agar bidan dapat memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada bayi dan balita, salah satunya adalah memahami hal – hal yang berkaitan dengan imunisasi, termasuk pengertian – pengertian imunisasi berikut ini Maryunani, 2010 hal. 208 : a. Imunisasi berasal dari kata “imun” yang berarti kebal. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan pada penyakit itu saja. b. Imunisasi adalah pemberian imunitas kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi manusia. c. Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Imunisasi Dasar adalah pemberian imunisasi awal untuk mencapai kadar kekebalan diatas ambang perlindungan. Imunisasi diberikan pada bayi antara umur 0 – 12 bulan, yang terdiri dari BCG, DPT 1,2,3, Polio 1,2,3,4, Hepatitis B 1,2,3, dan Campak Pedoman penyelenggaraan Imunisasi, 2005 dalam Marimbi, 2010 hal. 109.

2. Tujuan Imunisasi

Tujuan dalam pemberian imunisasi Maryunani, 2010 hal. 209 antara lain : a. Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu di dunia. b. Untuk melindungi dan mencegah penyakit – penyakit menular yang sangat berbahaya bagi bayi dan anak. c. Diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan morbiditas, mortalitas, dan cacat. d. Untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan biasa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti campak, polio, difteri, tetatnus, batuk rejan, hepatitis B, gondongan, cacar air, TBC dan lain sebagainya.

3. Manfaat Imunisasi

Menurut Marimbi 2010, hal. 112, manfaat imunisasi sebagai berikut : a. Untuk Anak : mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian. b. Untuk Keluarga : menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak – kanak yang nyaman. c. Untuk Negara : memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan Negara.

4. Jenis – jenis Imunisasi Yang Diwajibkan

Lima jenis imunisasi dasar yang wajib diperoleh bayi sebelum usia 1 tahun Maryunani, 2010 hal. 215 adalah sebagai berikut : a. Imunisasi BCG yaitu imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit TBC yang dilakukan sekali pada bayi usia 0 – 11 bulan. b. Imunisasi DPT yaitu imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit Difteri, Pertusis dan Tetanus yang diberikan 3 kali pada bayi usia 2 – 11 bulan dengan interval minimal 4 minggu. c. Imunisasi Polio yaitu imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit polio yang diberikan 4 kali pada bayi 0 – 11 bulan dengan interval minimal 4 minggu. d. Imunisasi Campak yaitu imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit campak yang diberikan 1 kali pada bayi usia 9 – 11 bulan. e. Imunisasi Hepatitis B yaitu imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit hepatitis B yang diberikan 3 kali pada bayi usia 1 – 11 bulan, dengan interval minimal 4 minggu.

C. Imunisasi Polio 1. Pengertian Imunisasi Polio

Imunisasi polio adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan terhadap penyakit poliomielitis, yaitu penyakit radang yang menyerang saraf dan dapat mengakibatkan lumpuh kaki Maryunani, 2010 hal. 218. Poliomielitis adalah penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh satu dari tiga virus yang berhubungan, yaitu virus polio type 1, 2, atau 3. Struktur virus ini sangat sederhana, hanya terdiri dari RNA genom dalam sebuah capsid tanpa pembungkus. Ada 3 macam serotype pada virus ini, type 1 pv1, type 2 pv2, dan type 3 pv3, ketiganya sama-sama biasa menginfeksi tubuh dengan gejala yang sama. Penyakit ini ditularkan orang ke orang melalui fekal – oral – route. Ketika virus masuk kedalam tubuh, partikel virus akan dikeluarkan dalam feses selama beberapa minggu. Gaya hidup dengan sanitasi yang kurang akan meningkatkan kemungkinan terserang poliomiletis. Kebanyakan poliomiletis tidak menunjukkan gejala apapun. Infeksi semakin parah jika virus masuk kedalam system aliran darah. Kurang dari 1 virus masuk pada system saraf pusat, akan tetapi virus lebih menyerang dan menghancurkan sistem saraf motoric, hal ini menimbulkan kelemahan otot dan kelumpuhan lumpuh layu akut = acute flaccid paralysisAFP. Kelumpuhan dimulai dengan gejala demam, nyeri otot dan kelumpuhan terjadi pada minggu pertama sakit. Kematian biasa terjadi jika otot – otot pernapasan terinfeksi dan tidak segera ditangani Proverawati dan Andhini, 2010 hal 55. Virus umumnya ditemukan di daerah tenggorokan dan tinja sebelum timbulnya gejala. Satu minggu setelah timbulnya penyakit, virus terdapat dalam jumlah kecil di tenggorok, tetapi virus berbiak terus menerus dan dikeluarkan bersama tinja selama beberapa minggu. Virus menembus jaringan limfoid setempat, masuk kedalam pembuluh darah kemudian masuk ke system saraf pusat Hadinegoro, 2011 hal 265. Penyakit yang dapat menyebabkan kelumpuhan ini ditularkan melalui makanan dan minuman yang tercemar virus polio. Bisa juga lewat percikan air liur penderita polio yang masuk kemulut orang sehat. Masa inkubasi virus antara 6 – 10 hari. Setelah demam 2 – 5 hari, umumnya akan mengalami kelumpuhan mendadak pada salah satu anggota gerak. Namun tidak semua orang yang terkena virus polio akan mengalami kelumpuhan, tergantung keganasan virus polio yang menyerang dan daya tahan tubuh si anak. Nah imunisasi polio akan memberikan kekebalan terhadap serangan virus polio Marimbi, 2010 hal 154. Menurut Erinakia 2005 dalam Widayati 2009 ¶ 8, Ikatan Dokter Anak Indonesia dan Departemen Kesehatan mengeluarkan rekomendasi pemberian imunisasi polio termasuk imunisasi yang diwajibkan atau masuk Pengembangan Program Imunisasi PPI. Imunisasi polio yang harus diberikan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah diberikan sejak lahir sebanyak empat kali dengan interval 6-8 minggu. Kemudian diulang usia 1 tahun, 5 tahun dan usia 15 tahun atau sebelum meninggalkan sekolah.

2. Pemberian Imunisasi

Bisa lebih dari jadwal yang telah ditentukan, mengingat adanya imunisasi polio masal dan Pekan Imunisasi Nasional. Tetapi jumlah dosis yang berlebihan tidak akan berdampak buruk, karena tidak ada istilah overdosis dalam imunisasi Maryunani, 2010 hal. 218.

3. Usia Pemberian Imunisasi Polio

Waktu pemberian polio adalah pada umur 0 – 11 bulan atau saat lahir 0 bulan, dan berikutnya pada usia bayi 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan. Kecuali saat lahir, pemberian vaksin polio selalu dibarengi dengan DPT Maryunani, 2010 hal. 219. Vaksin polio oral diberikan kepada semua bayi baru lahir sebagai dosis awal, satu dosis sebanyak 2 tetes 0,1 mL. Kemudian dilanjutkan dengan imunisasi dasar OPVIPV mulai umur 2 – 3 bulan yang diberikan tiga dosis berturut – turut dengan interval waktu 6 – 8 minggu. Imunisasi dapat diberikan bersama – sama waktunya dengan DPT Hadinegoro, 2011 hal. 277.

4. Cara Pemberian Imunisasi Polio

Cara pemberian imunisasi polio melalui oralmulut Oral Poliomyelitis Vaccine OPV. Diluar negri cara pemberian imunisasi polio ada yang melalui suntikan Inactivated Poliomyelitis VaccineIPV Maryunani, 2010 hal. 219.

5. Cara Pemberian dan Dosis

Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali polio I, II, III, IV dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun imunisasi setelah imunisasi polio IV, kemudian pada saat masuk SD 5-6 tahun dan pada saat meninggalkan SD 12 tahun. Di Indonesia umumnya diberikan sebanyak 2 tetes 0,1 ml langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula. Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes dropper yang baru. Adapun cara pemberian imunisasi polio menurut Proverawati dan Andhini 2010, hal. 57 : a. Orang tua memegang bayi dengan kepala disangga dan dimiringkan ke belakang. b. Mulut bayi dibuka hati – hati menggunakan ibu jari atau dengan menekan pipi bayi dengan jari – jari. c. Teteskan 2 tetes vaksin dari alat tetes ke dalam lidah. Jangan biarkan alat tetes menyentuh bayi.

6. Efek Samping

Hampir tidak ada efek samping. Hanya sebagian kecil saja yang mengalami pusing, diare ringan, dan sakit otot. Kasusnya pun sangat jarang Maryunani, 2010 hal. 219.

7. Kontra Indikasi

Sebaiknya pada anak dengan diare berat atau yang sedang sakit parah, seperti demam tinggi diatas 38 ˚ C ditangguhkan. Pada anak yang menderita penyakit gangguan kekebalan tidak diberikan imunisasi polio. Demikian juga anak dengan penyakit HIVAIDS, penyakit kanker, sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum untuk tidak diberikan imunisasi polio Maryunani, 2010 hal. 219.

8. Tingkat Kekebalan

Tingkat kekebalan hingga 90 .

9. Pencegahan Polio

Beberapa cara pencegahan penyakit polio yang harus dilakukan Hadinegoro, 2011 hal. 271 adalah sebagai berikut : a. Peningkatan Hygine Karena penyakit polio ditularkan per oral melalui makanan dan minuman yang tercemar oleh kotoran manusia yang mengandung virus, maka hygine makanan dan minuman sangat penting. b. Imunisasi Polio Imunisasi polio yaitu proses pembentukan kekebalan terhadap penyakit polio dengan menggunakan Vaksin Polio Oral OPV. OPV sangat bermanfaat pada saat KLB, karena selain menimbulkan kekebalan humoral dan local pada usus resipien juga mempunyai “community effect” yaitu virus vaksin yang berbiak di usus akan ikut menyebar ke anak sekitarnya, sehingga jangkauan imunisasi makin meluas. Selain itu virus vaksin yang berbiak akan menutup PVR Polio Virus Receptor di usus selama 100 hari, sehingga virus polio liar tidak dapat menempel dan menimbulkan infeksi.

10. Diagnosis Laboratorium

Diagnosis laboratorium menurut Notoatmodjo 2007, hal. 266 sebagai berikut : a. Diambil dari daerah faring atau tinja pada orang yang dicurigai terkena poliomyelitis selama rentang waktu 2 minggu setelah gejala kelumpuhan. Isolasi virus dari cairan sebrospinal sangat diagnostik, tetapi hal itu jarang digunakan. b. Bila virus polio dapat disolasi dari tinja seorang dengan paralisis flaksid akut harus dilanjutkan dengan pemeriksaan menggunakan cara oligonucleotide mapping finger printing atau genomic sequencing untuk menentukan apakah virus tersebut termasuk virus liar atau virus vaksin serta serotipnya. c. Pengukuran neutralizing antibody jarang dilakukan kecuali pada kasus yang sulit.

D. Poliomelitis

Adalah penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh satu dari tiga virus yang berhubungan, yaitu virus polio tipe 1, 2, atau 3.Penyakit polio adalah lumpuh layu akut acute flaccid paralysis yang ditemukan pada anak yang berusia di bawah 15 tahun.Penyebaran penyakit adalah melalui kotoran manusia tinja yang terkontaminasi. Kelumpuhan dimulai dengan gejala demam, nyeri otot dan kelumpuhan terjadi pada minggu pertama sakit. Kematian bisa terjadikarena kelumpuhan otot-otot pernafasan dan tidak segera ditangani Depkes RI, 2006.

E. Antipoliomelitik dalam ASI

ASI mengandung zat antipoliomelitik yang dapat mempengaruhi efektifitas vaksinasi polio dengan OPV Oral Polio Vaksin. Hasil pemeriksaan ASI menunjukkan pada masa laktasi minggu I kolostrum semua ibu mempunyai ASI yang mengandung zat antipoliomelitik dan menurun dengan bertambahnya masa laktasi bulan IV. Anak yang berumur lebih dari 3 bulan dapat diberikan ASI sesaat sebelum dan sesudah divaksinasi dengan OPV, karena pada saat tersebut zat antipoliomelitik sudah tidak ada dalam ASI atau kalaupun ada sangat rendah, sehingga tidak mampu untuk menetralisir virus vaksin dalam usus anak Gondrowahyuhono, et all, 2002 dalam Widayati, 2009.

F. Keuntungan ASI

Menurut Bahiyatun 2009, adapun keuntungan dari ASI adalah sebagai berikut : 1. Mengandung zat antivirus polio. Kandungan zat antipoliomyelitis yang dapat mempengaruhi vaksinasi polio yang diberikan secara oral Oral Polio Vaksin a. Masa laktasi 2 – 6 hari kolostrum 1 Kandungan zat antipoliomilitis paling tinggi 2 Kandungan zat antipoliomilitis tipe 1, 2, sebesar 92,1 3 Kandungan zat antipoliomilitis tipe 3 sebesar 15,8 b. Masa laktasi pada bulan ke 4 1 Kandungan zat antipoliomilitis tipe 3 mengalami penurunan 2 Kandungan zat antipoliomilitis tipe 1 sebesar 7,8 3 Kandungan zat antipoliomilitis 1 dan 3 sebesar 15,8 c. Masa laktasi bulan ke 5 Kandungan zat sudah tidak ada lagi dalam ASI. Beberapa pendapat dari penyelidikan terdahulu mengemukakan bahwa anak yang akan mendapat imunisasi polio dianjurkan untuk tidak diberi ASI 2 jam sebelum dan sesudah mendapat vaksin. Alasannya :

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI POLIO DENGAN PERILAKU PASCA IMUNISASI POLIO PADA BAYI DI PUSKESMAS SUKOHARJO

0 5 48

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Pemberian Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Selesai Kabupaten Langkat

0 0 9

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Pemberian Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Selesai Kabupaten Langkat

0 0 2

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Pemberian Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Selesai Kabupaten Langkat

0 0 9

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Pemberian Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Selesai Kabupaten Langkat

0 0 20

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Pemberian Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Selesai Kabupaten Langkat

0 2 3

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Pemberian Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Selesai Kabupaten Langkat

0 0 22

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI POLIO DENGAN KEPATUHAN IBU MELAKSANAKAN IMUNISASI POLIO PADA BAYI DI DESA KRAGAN GONDANGREJO KARANGANNYAR.

0 0 10

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Polio Dengan Perilaku Ibu Pasca Pemberian Imunisasi Polio Pada Bayi Di Desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai, Kab. Langkat Tahun 2014

0 1 7

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI POLIO DENGAN WAKTU PEMBERIAN IMUNISASI POLIO DI PUSKESMAS JETIS YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI POLIO DENGAN WAKTU PEMBERIAN IMUNISASI POLIO DI PUSKESMAS J

0 1 12