2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi polio di Desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai.
b. Untuk mengetahui perilaku Ibu, apakah ibu langsung memberikan ASI atau tidak segera setelah bayi diberi imunisasi di Desa Mancang Wilayah Kerja
Puskesmas Selesai. c. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan perilaku ibu pasca imunisasi
polio di Desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan hasil penelitian ini menjadi sumber informasi serta bahan masukan bagi dunia kesehatan mengenai Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang
Imunisasi Polio Dengan Perilaku Pasca Pemberian Imunisasi Polio Pada Bayi Di Desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai, Kab. Langkat Tahun 2014.
2. Manfaat Apikatif
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang diterima di bangku
perkuliahan.
b. Bagi Responden
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Polio.
c. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan melengkapi khasanah bacaan kepustakaan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan atau sumber data untuk peneliti selanjutnya yang berminat membahas masalah yang
berkaitan Imunisasi Polio.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap
obyek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan tersendiri. Pada waktu penginderaan sampai
menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian presepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui
mata dan telinga. Notoatmodjo, 2007 hal 143.
2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo 2007, hal. 144, pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yaitu :
a. Tahu Know Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan dan sebagainya. b. Memahami Comprehension
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan, contoh menyimpulkan dan meramalkan terhadap
objek yang dipelajari. c. Aplikasi Application
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari kepada situasi atau kondisi real sebenarnya. Aplikasi disini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau pengguna hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis Analysis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya dengan satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dari
pengguna kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
e. Sintesis Synthesis Sintesis yaitu menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, misalnya dapat menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi Evaluation Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria-kriteria yang telah ada.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
a. Umur Umur sangat erat hubungannya dengan tingkat pengetahuan seseorang karena
semakin bertambahnya umur manusia semakin banyak pula pengalaman atau pengetahuan yang didapat Notoatmojo, 2007.
Menurut Manuaba 2012, Kelompok umur adalah sebagai berikut : 1. Usia 20 tahun
2. Usia 20 – 35 tahun 3. Usia 35 tahun
b. Pendidikan Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok dan masyarakat. Sehingga mereka mau melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan dalam
mencari pengetahuannya dan aspek kehidupannya. Tingkat pendidikan mempunyai hubungan erat dengan sosial budaya, politik, ekonomi, dan
sebagainya. Pendidikan juga merupakan salah satu factor yang mempengaruhi persepsi seseorang lebih mudah menerima ideteknologi baru Notoatmojo, 2007.
Menurut Salim 2012, jenjang pendidikan dikelompokan menjadi : a Pendidikan Rendah
: SD b Pendidikan Menengah
: SMP sederajat c Pendidikan Atas
: SMA sederajat c Pendidikan Tinggi
: Perguruan Tinggi c. Pekerjaan
Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan sehari-hari, jenis pekerjaan yang dilakukan dapat dikategorikan adalah tidak bekerja, wiraswata, pegawai negeri,
dan pegawai swasta dalam semua bidang pekerjaan pada umumnya diperlukan adanya hubungan sosial yang baik dengan baik. Pekerjaan dimiliki peranan
penting dalam menentukan kwalitas manusia, pekerjaan membatasi kesenjangan antara informasi kesehatan dan praktek yang memotifasi seseorang untuk
memperoleh informasi dan berbuat sesuatu untuk menghindari masalah kesehatan Notoatmojo, 2007.
d. Sumber informasi Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam
menyampaikan informasi, merangsang pikiran dan kemampuan seseorang. Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut
mempengaruhi sikap kita Notoatmodjo, 2007. Sumber informasi yang diperoleh seseorang dapat berasal dari :
1. Media massa
Media massa merupakan yang paling banyak memberikan informasi kepada masyarakat. Informasi yang memerlukan dukungan data perlu dibantu dengan alat
bantu media massa seperti : a Media cetak; b Media elektronik; c Media papan bill board Notoatmodjo, 2007.
2. Keluarga Kerabat
Keluarga atau kerabat mempunyai peran yang sangat penting yang dapat dijadikan contoh. Karena pada umumnya ibu lebih percaya kepada keluarga atau
kerabat untuk meningkatkan pengetahuan Notoatmodjo, 2007. 3.
Tenaga Kesehatan Banyak informasi yang dapat disalurkan dari tenaga kesehatan, khususnya
informasi kesehatan, oleh sebab itu komunikasi interpersonal akan membantu ibu
berhubungan baik. komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila ibu dekat dengan petugas kesehatan Notoatmodjo, 2011.
4. Cara Mengukur Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden Notoatmodjo, 2007 hal. 146. a. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari
seseorang sasaran penelitian responden,atau bercakap-cakap, berhadap muka dengan orang tersebut face to face. Jenis wawancara yang digunakan peneliti
adalah wawancara terpimpin. Interview jenis ini dilakukan berdasarkan pedoman- pedomanberupa kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya Notoatmodjo, 2005.
b. Kuesioner Menurut Notoatmodjo, 2005 kuesioner disini diartikan sebagai daftar
pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, sudah matang, dimana responden dalam hal angket dan interview dalam hal wawancaratinggal memberikan
jawaban atau dengan memberikan dengan tanda-tanda tertentu.dengan demikian kuesioner sering juga disebut “daftar pertanyaan” formulir.
B. IMUNISASI
1. Pengertian Imunisasi Imunisasi merupakan upaya pencegahan yang telah berhasil menurunkan
morbiditas angka kesakitan dan mortalitas angka kematian penyakit infeksi pada bayi dan anak. Agar bidan dapat memberikan asuhan yang bermutu tinggi
dan komprehensif pada bayi dan balita, salah satunya adalah memahami hal – hal yang berkaitan dengan imunisasi, termasuk pengertian – pengertian imunisasi
berikut ini Maryunani, 2010 hal. 208 : a. Imunisasi berasal dari kata “imun” yang berarti kebal. Imunisasi terhadap
suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan pada penyakit itu saja. b. Imunisasi adalah pemberian imunitas kekebalan tubuh terhadap suatu
penyakit dengan memasukkan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi manusia.
c. Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat anti untuk
mencegah terhadap penyakit tertentu. Imunisasi Dasar adalah pemberian imunisasi awal untuk mencapai kadar
kekebalan diatas ambang perlindungan. Imunisasi diberikan pada bayi antara umur 0 – 12 bulan, yang terdiri dari BCG, DPT 1,2,3, Polio 1,2,3,4, Hepatitis
B 1,2,3, dan Campak Pedoman penyelenggaraan Imunisasi, 2005 dalam Marimbi, 2010 hal. 109.
2. Tujuan Imunisasi
Tujuan dalam pemberian imunisasi Maryunani, 2010 hal. 209 antara lain : a. Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan
menghilangkan penyakit tertentu di dunia. b. Untuk melindungi dan mencegah penyakit – penyakit menular yang
sangat berbahaya bagi bayi dan anak. c. Diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat
menurunkan morbiditas, mortalitas, dan cacat.
d. Untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan biasa menyebabkan kematian pada
penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti campak, polio, difteri, tetatnus, batuk rejan, hepatitis B,
gondongan, cacar air, TBC dan lain sebagainya.
3. Manfaat Imunisasi
Menurut Marimbi 2010, hal. 112, manfaat imunisasi sebagai berikut : a. Untuk Anak : mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan
kemungkinan cacat atau kematian. b. Untuk Keluarga : menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan
bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak – kanak yang nyaman.
c. Untuk Negara : memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan Negara.
4. Jenis – jenis Imunisasi Yang Diwajibkan
Lima jenis imunisasi dasar yang wajib diperoleh bayi sebelum usia 1 tahun Maryunani, 2010 hal. 215 adalah sebagai berikut :
a. Imunisasi BCG yaitu imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit TBC yang dilakukan sekali pada bayi usia 0 – 11 bulan.
b. Imunisasi DPT yaitu imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit Difteri, Pertusis dan Tetanus yang diberikan 3 kali pada bayi usia 2 – 11
bulan dengan interval minimal 4 minggu.
c. Imunisasi Polio yaitu imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit polio yang diberikan 4 kali pada bayi 0 – 11 bulan dengan interval
minimal 4 minggu. d. Imunisasi Campak
yaitu imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit campak yang diberikan 1 kali pada bayi usia 9 – 11 bulan.
e. Imunisasi Hepatitis B yaitu imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit hepatitis B yang diberikan 3 kali pada bayi usia 1 – 11 bulan,
dengan interval minimal 4 minggu.
C. Imunisasi Polio 1. Pengertian Imunisasi Polio
Imunisasi polio adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan terhadap penyakit poliomielitis, yaitu penyakit radang yang menyerang
saraf dan dapat mengakibatkan lumpuh kaki Maryunani, 2010 hal. 218. Poliomielitis adalah penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh
satu dari tiga virus yang berhubungan, yaitu virus polio type 1, 2, atau 3. Struktur virus ini sangat sederhana, hanya terdiri dari RNA genom dalam sebuah capsid
tanpa pembungkus. Ada 3 macam serotype pada virus ini, type 1 pv1, type 2 pv2, dan type 3 pv3, ketiganya sama-sama biasa menginfeksi tubuh dengan
gejala yang sama. Penyakit ini ditularkan orang ke orang melalui fekal – oral – route. Ketika virus masuk kedalam tubuh, partikel virus akan dikeluarkan dalam
feses selama beberapa minggu. Gaya hidup dengan sanitasi yang kurang akan meningkatkan kemungkinan terserang poliomiletis. Kebanyakan poliomiletis
tidak menunjukkan gejala apapun. Infeksi semakin parah jika virus masuk kedalam system aliran darah. Kurang dari 1 virus masuk pada system saraf
pusat, akan tetapi virus lebih menyerang dan menghancurkan sistem saraf motoric, hal ini menimbulkan kelemahan otot dan kelumpuhan lumpuh layu akut = acute
flaccid paralysisAFP. Kelumpuhan dimulai dengan gejala demam, nyeri otot dan kelumpuhan terjadi pada minggu pertama sakit. Kematian biasa terjadi jika
otot – otot pernapasan terinfeksi dan tidak segera ditangani Proverawati dan Andhini, 2010 hal 55.
Virus umumnya ditemukan di daerah tenggorokan dan tinja sebelum timbulnya gejala. Satu minggu setelah timbulnya penyakit, virus terdapat dalam
jumlah kecil di tenggorok, tetapi virus berbiak terus menerus dan dikeluarkan bersama tinja selama beberapa minggu. Virus menembus jaringan limfoid
setempat, masuk kedalam pembuluh darah kemudian masuk ke system saraf pusat Hadinegoro, 2011 hal 265.
Penyakit yang dapat menyebabkan kelumpuhan ini ditularkan melalui makanan dan minuman yang tercemar virus polio. Bisa juga lewat percikan air
liur penderita polio yang masuk kemulut orang sehat. Masa inkubasi virus antara 6 – 10 hari. Setelah demam 2 – 5 hari, umumnya akan mengalami kelumpuhan
mendadak pada salah satu anggota gerak. Namun tidak semua orang yang terkena virus polio akan mengalami kelumpuhan, tergantung keganasan virus polio yang
menyerang dan daya tahan tubuh si anak. Nah imunisasi polio akan memberikan kekebalan terhadap serangan virus polio Marimbi, 2010 hal 154.
Menurut Erinakia 2005 dalam Widayati 2009 ¶ 8, Ikatan Dokter Anak Indonesia dan Departemen Kesehatan mengeluarkan rekomendasi pemberian
imunisasi polio termasuk imunisasi yang diwajibkan atau masuk Pengembangan Program Imunisasi PPI. Imunisasi polio yang harus diberikan sesuai dengan
rekomendasi WHO adalah diberikan sejak lahir sebanyak empat kali dengan interval 6-8 minggu. Kemudian diulang usia 1 tahun, 5 tahun dan usia 15 tahun
atau sebelum meninggalkan sekolah.
2. Pemberian Imunisasi
Bisa lebih dari jadwal yang telah ditentukan, mengingat adanya imunisasi polio masal dan Pekan Imunisasi Nasional. Tetapi jumlah dosis yang berlebihan
tidak akan berdampak buruk, karena tidak ada istilah overdosis dalam imunisasi Maryunani, 2010 hal. 218.
3. Usia Pemberian Imunisasi Polio
Waktu pemberian polio adalah pada umur 0 – 11 bulan atau saat lahir 0 bulan, dan berikutnya pada usia bayi 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan. Kecuali saat lahir,
pemberian vaksin polio selalu dibarengi dengan DPT Maryunani, 2010 hal. 219. Vaksin polio oral diberikan kepada semua bayi baru lahir sebagai dosis awal,
satu dosis sebanyak 2 tetes 0,1 mL. Kemudian dilanjutkan dengan imunisasi dasar OPVIPV mulai umur 2 – 3 bulan yang diberikan tiga dosis berturut – turut
dengan interval waktu 6 – 8 minggu. Imunisasi dapat diberikan bersama – sama waktunya dengan DPT Hadinegoro, 2011 hal. 277.
4. Cara Pemberian Imunisasi Polio
Cara pemberian imunisasi polio melalui oralmulut Oral Poliomyelitis Vaccine OPV. Diluar negri cara pemberian imunisasi polio ada yang melalui
suntikan Inactivated Poliomyelitis VaccineIPV Maryunani, 2010 hal. 219.
5. Cara Pemberian dan Dosis
Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali polio I, II, III, IV dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun imunisasi
setelah imunisasi polio IV, kemudian pada saat masuk SD 5-6 tahun dan pada saat meninggalkan SD 12 tahun. Di Indonesia umumnya diberikan sebanyak 2
tetes 0,1 ml langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula. Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes dropper
yang baru. Adapun cara pemberian imunisasi polio menurut Proverawati dan Andhini 2010, hal. 57 :
a. Orang tua memegang bayi dengan kepala disangga dan dimiringkan ke belakang.
b. Mulut bayi dibuka hati – hati menggunakan ibu jari atau dengan menekan pipi bayi dengan jari – jari.
c. Teteskan 2 tetes vaksin dari alat tetes ke dalam lidah. Jangan biarkan alat tetes menyentuh bayi.
6. Efek Samping
Hampir tidak ada efek samping. Hanya sebagian kecil saja yang mengalami pusing, diare ringan, dan sakit otot. Kasusnya pun sangat jarang Maryunani, 2010
hal. 219.
7. Kontra Indikasi
Sebaiknya pada anak dengan diare berat atau yang sedang sakit parah, seperti demam tinggi diatas 38
˚ C ditangguhkan. Pada anak yang menderita penyakit gangguan kekebalan tidak diberikan imunisasi polio. Demikian juga anak dengan
penyakit HIVAIDS, penyakit kanker, sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum untuk tidak diberikan imunisasi polio Maryunani, 2010
hal. 219.
8. Tingkat Kekebalan
Tingkat kekebalan hingga 90 .
9. Pencegahan Polio
Beberapa cara pencegahan penyakit polio yang harus dilakukan Hadinegoro, 2011 hal. 271 adalah sebagai berikut :
a. Peningkatan Hygine Karena penyakit polio ditularkan per oral melalui makanan dan minuman
yang tercemar oleh kotoran manusia yang mengandung virus, maka hygine makanan dan minuman sangat penting.
b. Imunisasi Polio Imunisasi polio yaitu proses pembentukan kekebalan terhadap penyakit
polio dengan menggunakan Vaksin Polio Oral OPV. OPV sangat bermanfaat pada saat KLB, karena selain menimbulkan kekebalan humoral dan local pada
usus resipien juga mempunyai “community effect” yaitu virus vaksin yang berbiak di usus akan ikut menyebar ke anak sekitarnya, sehingga jangkauan
imunisasi makin meluas. Selain itu virus vaksin yang berbiak akan menutup PVR Polio Virus Receptor di usus selama 100 hari, sehingga virus polio liar
tidak dapat menempel dan menimbulkan infeksi.
10. Diagnosis Laboratorium
Diagnosis laboratorium menurut Notoatmodjo 2007, hal. 266 sebagai berikut :
a. Diambil dari daerah faring atau tinja pada orang yang dicurigai terkena poliomyelitis selama rentang waktu 2 minggu setelah gejala
kelumpuhan. Isolasi virus dari cairan sebrospinal sangat diagnostik, tetapi hal itu jarang digunakan.
b. Bila virus polio dapat disolasi dari tinja seorang dengan paralisis flaksid akut harus dilanjutkan dengan pemeriksaan menggunakan cara
oligonucleotide mapping finger printing atau genomic sequencing untuk menentukan apakah virus tersebut termasuk virus liar atau virus
vaksin serta serotipnya. c. Pengukuran neutralizing antibody jarang dilakukan kecuali pada kasus
yang sulit.
D. Poliomelitis
Adalah penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh satu dari tiga virus yang berhubungan, yaitu virus polio tipe 1, 2, atau 3.Penyakit polio
adalah lumpuh layu akut acute flaccid paralysis yang ditemukan pada anak yang berusia di bawah 15 tahun.Penyebaran penyakit adalah melalui kotoran manusia
tinja yang terkontaminasi. Kelumpuhan dimulai dengan gejala demam, nyeri otot dan kelumpuhan terjadi pada minggu pertama sakit. Kematian bisa
terjadikarena kelumpuhan otot-otot pernafasan dan tidak segera ditangani Depkes RI, 2006.
E. Antipoliomelitik dalam ASI
ASI mengandung zat antipoliomelitik yang dapat mempengaruhi efektifitas vaksinasi polio dengan OPV Oral Polio Vaksin. Hasil pemeriksaan ASI
menunjukkan pada masa laktasi minggu I kolostrum semua ibu mempunyai ASI yang mengandung zat antipoliomelitik dan menurun dengan bertambahnya masa
laktasi bulan IV. Anak yang berumur lebih dari 3 bulan dapat diberikan ASI
sesaat sebelum dan sesudah divaksinasi dengan OPV, karena pada saat tersebut zat antipoliomelitik sudah tidak ada dalam ASI atau kalaupun ada sangat rendah,
sehingga tidak mampu untuk menetralisir virus vaksin dalam usus anak Gondrowahyuhono, et all, 2002 dalam Widayati, 2009.
F. Keuntungan ASI
Menurut Bahiyatun 2009, adapun keuntungan dari ASI adalah sebagai berikut :
1. Mengandung zat antivirus polio. Kandungan zat antipoliomyelitis yang
dapat mempengaruhi vaksinasi polio yang diberikan secara oral Oral
Polio Vaksin a.
Masa laktasi 2 – 6 hari kolostrum 1
Kandungan zat antipoliomilitis paling tinggi 2
Kandungan zat antipoliomilitis tipe 1, 2, sebesar 92,1 3
Kandungan zat antipoliomilitis tipe 3 sebesar 15,8 b. Masa laktasi pada bulan ke 4
1 Kandungan zat antipoliomilitis tipe 3 mengalami penurunan 2
Kandungan zat antipoliomilitis tipe 1 sebesar 7,8 3
Kandungan zat antipoliomilitis 1 dan 3 sebesar 15,8 c.
Masa laktasi bulan ke 5 Kandungan zat sudah tidak ada lagi dalam ASI. Beberapa pendapat
dari penyelidikan terdahulu mengemukakan bahwa anak yang akan mendapat imunisasi polio dianjurkan untuk tidak diberi ASI 2 jam sebelum
dan sesudah mendapat vaksin. Alasannya :