Proses Adopsi Prilaku Perilaku 1. Pengertian Perilaku

c. Evaluation menimbang-nimbang, terhadap tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini terjadi sikap responden sudah lebih baik. d. Trial mencoba, dimana subjek telah mencoba perilaku baru. e. Adoption adopsi, dimana subjek telah mencoba perilaku baru sesuai dengan pengetahuan. Namun demikian dari penelitian selanjutnya rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut. Apabila penerima perilaku baru atau adopsi prilaku melalui proses ini, dimana didasari oleh pengetahuan kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng long lasting. Sebaliknya apabila perilaku ini tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka akan tidak berlangsung lama Notoatmodjo, 2007 hal. 144. Hubungan yang dipengaruhi pengetahuan terhadap perilaku menurut Green dalam Notoatmodjo 2003 perilaku ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor: 1. Faktor predisposisi predisposing factor yaitu terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan,nilai-nilai dan sebagainya. 2. Faktor pendukung enabling factor yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedianya fasilitas atau sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, jamban dan sebagainya. 3. Faktor pendorong reinforcing factor yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku petugas kesehatan terhadap kesehatan juga mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku Notoatmodjo, 2003 hal. 164.

5. Perilaku Yang Berhubungan Dengan Kesehatan

Menurut Becker 1979 dalam Notoatmodjo, 2007 hal. 139 mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan health related behavior sebagai berikut: a. Perilaku kesehatan yaitu hal – hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Termasuk juga tindakan untuk mencegah penyakit, kebersihan perorangan, memilih makanan, sanitasi, dan sebagainya. b. Perilaku sakit the sick role behavior, yakni segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh individu yang merasa sakit, untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit. Termasuk disini juga kemampuan atau pengetahuan individu untuk mengidentifikasi penyakit, penyebab penyakit serta usaha – usaha mencegah penyakit tersebut. c. Perilaku peran sakit the sidk role behavior, yakni segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan.

G. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang overt behavior karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan Notoatmodjo, 2003 hal. 128. Menurut Herawati 2007, dalam Widayati 2009 ¶ 23, Pengetahuan ibu tentang imunisasi akan membentuk sikap positif terhadap kegiatan imunisasi. Imunisasi tanpa didukung dengan kesadaran masyarakat tidaklah akan berarti, tentunya akan banyak kendala untuk mencapai target 100. Menurut Sunaryo 2004, dalam Widayati 2009 ¶ 24, sikap individu akan memberi warna atau corak tingkah laku ataupun perbuatan individu yang bersangkutan sehingga jika ibu mengerti perilaku pasca pemberian imunisasi polio maka setelah diberi imunisasi polio bayi tidak akan langsung diberi ASI. Menurut Rahayu 2006, dalam Widayati 2009 ¶ 26 umur merupakan ciri dari kedewasaan fisik dan kematangan kepribadian yang erat hubungannya dengan pengambilan keputusan,mulai umur 21 tahun secara hukum dikatakan mulai masa dewasa dan pada umur tiga puluh tahunan telah mampu menyelesaikan masalah dengan cukup baik, jadi stabil dan tenang secara emosional. Jadi ibu yang lebih muda kemampuannya lebih baik daripada yang lebih tua tentang perilaku pasca pemberian imunisasi polio. Menurut Kasnodihardjo 2006, dalam Widayati 2009 ¶ 27 pendidikan seseorang berbeda-beda akan mempengaruhi seseorang dalam pengambilan keputusan, pada ibu yang berpendidikan tinggi lebih mudah menerima suatu ide baru dibandingkan ibu yang berpendidikan rendah sehingga informasi lebih mudah dapat diterima dan dilaksanakan. Tingkat pendidikan yang diperoleh seseorang dari bangku sekolah formal dapat mempengaruhi pengetahuan

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI POLIO DENGAN PERILAKU PASCA IMUNISASI POLIO PADA BAYI DI PUSKESMAS SUKOHARJO

0 5 48

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Pemberian Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Selesai Kabupaten Langkat

0 0 9

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Pemberian Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Selesai Kabupaten Langkat

0 0 2

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Pemberian Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Selesai Kabupaten Langkat

0 0 9

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Pemberian Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Selesai Kabupaten Langkat

0 0 20

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Pemberian Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Selesai Kabupaten Langkat

0 2 3

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Pemberian Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Selesai Kabupaten Langkat

0 0 22

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI POLIO DENGAN KEPATUHAN IBU MELAKSANAKAN IMUNISASI POLIO PADA BAYI DI DESA KRAGAN GONDANGREJO KARANGANNYAR.

0 0 10

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Polio Dengan Perilaku Ibu Pasca Pemberian Imunisasi Polio Pada Bayi Di Desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai, Kab. Langkat Tahun 2014

0 1 7

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI POLIO DENGAN WAKTU PEMBERIAN IMUNISASI POLIO DI PUSKESMAS JETIS YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI POLIO DENGAN WAKTU PEMBERIAN IMUNISASI POLIO DI PUSKESMAS J

0 1 12