Latar Belakang Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Polio Dengan Perilaku Ibu Pasca Pemberian Imunisasi Polio Pada Bayi Di Desa Mancang Wilayah Kerja Puskesmas Selesai, Kab. Langkat Tahun 2014
Menurut Achmadi 2006 dalam Widayati, 2009 ¶ 2, Dalam 20 tahun lalu, polio telah melumpuhkan sekitar seribu anak setiap harinya dihampir tiap negara
di dunia, namun pada tahun 1988 gerakan anti polio dunia dicanangkan. Wabah besar Pertama di Amerika serikat terjadi pada tahun 1916, ketika lebih dari 27.000
orang terkena penyakit ini dan sekitar 6000 orang meninggal dan sebagian besar adalah anak. Hingga memasuki tahun 2004, hanya ditemukan 1.266 kasus polio di
seluruh dunia, sebagian besar ditemukan di negara endemik polio, yakni Yaman, Nigeria, India, Pakistan, Mesir, Afghanistan, yang ada di dunia, sekitar 25
berada di Indonesia dan menempati peringkat tiga di dunia. Expended Programe Imunnization EPI atau program pengembangan
Imunisasi PPI didunia dimulai pada tahun 1974. Sejak itu penyakit poliomyelitis yang dilaporkan dari setiap Negara semakin menurun. Pada siding WHA ke 41
tahun 1988, diputuskan melakukan eradikasi polio global yang selesai tahun 2000 lewat Global Polio Eradication Initative Indonesia dikenal dengan ERAPO
Hadinegoro, 2011 hal 267. Jumlah kasus polio di Indonesia sampai dengan tanggal 21 maret 2006
ditemukan pada 305 anak yang tersebar 10 provinsi di Indonesia, yaitu Jawa barat 59 kasus, Banten 160 kasus, Jawa tengah 20 kasus, Lampung 26 kaus,
Jakarta 4 kaus, Sumatera Utara 10 kasus, Riau 3 kaus, Jawa Timur 10 kasus, Sumatera selatan 5 kasus dan Nangroe Aceh Darussalam 5 kasus.
Menurut Dinkes Sumatera Utara 2009 Pencapaian program imunisasi di Sumatera Utara sudah cukup tinggi bila dilihat dari cakupan imunisasi dimana
306.221 bayi yang menjadi sasaran, diketahui bahwa yang mendapat imunisasi Polio 3 sebesar 286.359 bayi 93,51.
Polio dapat menyebabkan gejala yang ringan atau penyakit yang sangat parah. Penyakit ini dapat menyerang sistem pencernaan dan sistem saraf. Polio
menyebabkan demam, muntah – muntah dan kekakuan otot dan dapat menyerang saraf – saraf mengakibatkan kelumpuhan permanen. Penyakit ini dapat
melumpuhkan otot pernapasan dan otot yang mendukung proses penelanan, menyebabkan kematian. Di antara dua sampai lima persen penderita polio akan
meninggal akibat penyakit ini dan sekitar 50 pasien yang masih bertahan hidup menderita kelumpuhan seumur hidup. Polio dapat ditularkan jika tinja penderita
mencemari makanan, air atau tangan Proverawati dan Andhini, 2010 hal. 56. Poliomielitis adalah suatu penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus
polio. Terdapat sekitar 95 dari semua infeksi polio. Menurut estimasi rasio penyakit yang tanpa gejala terhadap penyakit paralatik bervariasi dari 50:1 sampai
1000:1 rata- rata 200:1. Pasien yang terkena infeksi tanpa gejala mengeluarkan virus bersama tinja dan dapat menularkan virus ke orang lain. Sekitar 4 - 8
dari infeksi polio tanpa gejala klinis. Terjadi pada 1 - 2 dari infeksi polio yang didahului oleh gejala prodromal penyakit ringan yang berlangsung beberapa hari.
Terjadi dengan gejala kelayuhan kurang dari 2 semua infeksi polio. Gejala kelayuhan umumnya mulai 2 – 3 hari Hadinegoro, 2011 hal. 267.
Menurut Zulkifli 2007 dalam jurnal ¶ 4 Kelumpuhan terjadi dalam seminggu dari permulaan sakit. Kelumpuhan ini terjadi sebagai akibat dari
kerusakan sel-sel motor neuron di Medula spinalis tulang belakang yang disebabkan karena invasi virus. Kelumpuhan ini bersifat asimetris sehingga
cenderung menirnbulkan deformitas gangguan bentuk tubuh yang cenderung menetap atau bahkan menjadi lebih berat. Sebagian terbesar kelumpuhan akan
mengenai tungkai 78,6 persen, sedangkan 47,4 persen akan mengenai lengan. Kelumpuhan ini akan berjalan bertahap dan memakan waktu 2 hari sd 2 bulan.
Menurut Nelson 2006 dalam Widayati 2009, ¶ 5, Penting bagi orang tua untuk mengetahui mengapa, kapan, dimana, dan berapa kali anak harus
diimunisasi. Kendala utama untuk keberhasilan imunisasi bayi dan anak dalam sistem perawatan kesehatan yaitu rendahnya kesadaran dan tidak adanya
kebutuhan masyarakat pada imunisasi. Jalan masuk ke pelayanan imunisasi tidak akurat, melalaikan peluang untuk pemberian vaksin dan sumber yang akurat untuk
kesehatan masyarakat dan program pencegahan. Pemberian imunisasi pada bayi dan anak tidak hanya memberi pencegahan penyakit pada anak tersebut tetapi juga
memberikan dampak yang lebih luas karena dapat mencegah penularan penyakit untuk anak lain, oleh karena itu pengetahuan dan sikap orang tua terutama ibu
sangat penting untuk memahami tentang manfaat imunisasi bagi anak Indonesia. Menurut Ranuh 2006 dalam Widayati, 2009 ¶ 6 Pengetahuan ibu tentang
imunisasi mempengaruhi terhadap pelaksanaan imunisasi, bila pengetahuan ibu tentang imunisasi kurang, tidak merasa butuh atau sekedar ikut-ikutan tentunya
pemberian imunisasi pada anaknya tidak sesuai dengan jadwal baik waktu maupun jaraknya, apabila pengetahuan ibu tentang pemberian imunisasi baik
diharapkan pemberian imunisasi biasanya sesuai jadwal, sehingga program imunisasi memenuhi kuantitas dan kualitas kesehatan bayi, akhirnya berdampak
pada peningkatan status kesehatan dan sumber daya masyarakat di masa depan. Menurut Wahyuhono 2002, dalam Widayati 2009 ¶ 8, Selain itu, perilaku
pasca pemberian imunisasi juga mempengaruhi keberhasilan imunisasi, dimana pemberian Air Susu Ibu ASI setelah imunisasi polio pada bayi umur 0 – 3 bulan
dapat melemahkan vaksin polio yang diteteskan ke mulut bayi, sehingga imunisasi polio tidak efektif. ASI yang keluar pada saat bayi umur 0 – 3 bulan
banyak mengandung kadar zat antipoliomelitik yang dapat menetralisir virus vaksin polio di dalam usus anak sehingga menghambat pembentukan zat
antibodinya. Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan peneliti di Puskesmas
Selesai, terhadap 10 ibu yang datang untuk mengimunisasikan bayinya, terdapat 6 ibu yang langsung memberikan ASI kepada bayinya sesaat setelah bayi diberi
imunisasi polio. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Polio Dengan Perilaku Pasca Imunisasi Polio Pada Bayi Di Desa Mancang Wilayah Kerja
Puskesmas Selesai, Kab. Langkat Tahun 2014.