Mitra Tutur Faktor Penyebab Terjadinya Alih Kode

3. Bentuk Campur Kode

Selain alih kode, terdapat pula campur kode. Alih kode dan campur kode merupakan dua gejala yang paling sering terjadi pada masyarakat dwibahasawan. Dalam penelitian ini, ditemukan beberapa penggunaan bahasa dalam peristiwa campur kode, baik oleh penyiar maupun pendengar. Campur kode yang terjadi dalam penelitian ini memiliki dua bentuk, yakni campur kode internal dan campur kode eksternal..

a. Campur Kode Internal

Campur kode internal pada umumnya terbagi menjadi tiga, yaitu campur kode pada tataran kata, campur kode pada tataran frasa, dan campur kode pada tataran klausa. Pada penelitian ini, campur kode internal yang ditemukan sebanyak tiga macam yakni, campur kode internal pada tataran kata 17 data, campur kode internal pada tataran frasa 12 data, dan campur kode internal pada tataran klausa 12 data. Contoh campur kode internal tersebut dikemukakan sebagai berikut. 1 Campur Kode Internal Pada Tataran Kata Data 17 P1: Iya. Lagian ngurusin kaya gituan, kaya ngga ada urusan aja. Eh, Sumiyati, urip, Sum. Hahaha Sumiyati si ratu galau. Data 17 merupakan tuturan dari penyiar radio Sis pada saat acara Josis yang menunjukkan terjadinya campur kode internal bahasa Jawa dialek Cirebon ke dalam bahasa Indonesia pada tataran kata. Di sepanjang tuturan tersebut, penyiar menggunakan kodenya dalam bahasa Indonesia. Hanya saja, di bagian tengah tuturan, penyiar melakukan campur kode dalam bahasa Jawa dialek Cirebon dengan menyisipkan kata “urip” yang berarti ‘hidup’. Contoh di bawah ini juga menunjukkan adanya peristiwa campur kode internal pada tataran kata. Data 18 P2: Dengan mba Meti tah? P1: Ya, kedengarannya? Masa ngga bisa mbedain. Kan jauh. Beda banget. Mas Kurniawan, di Tegalgubug ya? Data 18 merupakan peristiwa yang mengandung alih kode internal, karena pendengar menyisipkan unsur kata berbahasa Jawa dialek Cirebon yang berbunyi “tah” ke dalam struktur kalimat berbahasa Indonesia. Kata ‘tah’ tersebut biasanya memang diselipkan oleh masyarakat tutur Cirebon untuk mengakhiri kalimat pertanyaan. 2 Campur Kode Internal Pada Tataran Frasa Data 19 P1: Mamah Anis, mah. P2: Mamah Anis wong gembleng kah? P1: Iya, lagi dengerin. P2: Selamat siang mamah Anis. Data 19 merupakan interaksi antara pendengar dengan penyiar radio Sela pada saat acara Serenada yang menunjukkan terjadinya campur kode internal bahasa Jawa dialek Cirebon ke dalam bahasa Indonesia pada tataran frasa. Pada awal percakapan tersebut, pendengar sedang menyampaikan kirim-kirim salam untuk para pendengar lain yang sedang mendengarkan. Kemudian disebutlah nama ‘Mamah Anis’. Bahasa yang digunakan oleh keduanya adalah bahasa Indonesia. Tetapi, di akhir tuturan, pendengar menyebutkan kembali nama Mamah Anis dengan memperjelas sesuatu bahwa Mamah Anis adalah orang yang cantik. Penyebutan ulang tersebut dilakukan dengan menyisipkan unsur bahasa