Fungsi Masyarakat Bahasa dalam Sosiolinguistik Penggunaan BahasaEtnografi Bahasa

11. Kedwibahasaan

Kedwibahasaan artinya kemampuan atau kebiasaan untuk menggunakan lebih dari satu bahasa Nababan, 1984: 5. Ada dua konsep mengenai kedwibahasaan, yakni bilingualitas dan bilingualism. Bilingualitas merupakan kemampuan dari tiap individu dalam menguasai dan menggunakan dua bahasa atau lebih, sedangkan bilingualism merupakan kebiasaan mempergunakan dua bahasa atau lebih oleh seseorang. Di samping bilingualitas dan bilingualism, kedwibahasaan juga membahas masalah alih kode code switching, campur kode code mixing, dan interferensi. Untuk kedwibahasaan, alih kode, campur kode, persamaan dan perbedaan alih kode dan campur kode, serta faktor penyebab terjadinya alih kode dan campur kode akan dibahas lebih lanjut sebagai berikut.

a. Kedwibahasaan dan Kontak Bahasa

Hampir setiap negara di dunia ini menghadapi fenomena kedwibahasaan. Sangat sulit sekali menemukan penutur yang benar-benar hanya menggunakan satu bahasa saja ekabahasawan, kecuali penutur tersebut tinggal di suatu tempat terpencil dan tidak pernah melakukan interaksi dengan kelompok manusia di luar bahasanya. Kridalaksana 1982: 31 menerangkan bahwa kedwibahasaan merupakan penggunaan dua bahasa atau lebih oleh seseorang atau oleh suatu masyarakat. Pendapat serupa juga diungkapkan oleh Weinrich via Aslinda dan Leni, 2007: 23 bahwa kedwibahasaan adalah the practice of alternately using two languages kebiasaan menggunakan dua bahasa atau lebih secara begantian. Biasanya ada istilah yang sering digunakan oleh masyarakat untuk menyatakan kedwibahasaan, yakni bilingualisme. Namun, ada pula yang menamakannya dengan bilingualitas. Hal tersebut sebenarnya memiliki makna yang berbeda. Seperti yang dijelaskan oleh Chaer dan Leonie 2010: 85 bahwa terdapat perbedaan antara bilingualitas dan billingualisme. Kemampuan untuk menggunakan dua bahasa disebut bilingualitas, sedangkan keadaan penggunaan lebih dari dua bahasa oleh seseorang dalam pergaulannya dengan orang lain secara begantian disebut dengan bilingualisme. Pada dasarnya, terjadinya kedwibahasaan itu disebabkan karena adanya interaksi dan kontak sosial antara masyarakat satu dengan masyarakat lain yang memiliki latar belakang kebahasaan yang berbeda. Berkaitan dengan fungsi bahasa sebagai wadah untuk berinteraksi, maka adanya interaksi dan kontak sosial itu tidak bisa terlepas dari adanya kontak bahasa. Seperti yang dijelaskan oleh Kamaruddin 1989: 13 dalam bukunya yang berjudul Kedwibahasaan dan Pendidikan Dwibahasa, kedwibahasaan terjadi karena ada dua bahasa yang berkontak sehingga penutur bahasa itu dapat mempelajari unsur-unsur bahasa lainnya. Misalnya saja, ketika ada masyarakat pendatang di sebuah daerah yang memiliki bahasa berbeda dengan yang digunakannya, otomatis masyarakat pendatang tersebut akan mempelajari bahasa di daerah yang baru didatanginya tersebut agar dapat bergaul dengan masyarakat setempat dengan nyaman. Hal senada juga dipaparkan oleh Aslinda dan Leni 2007: 25 bahwa kontak bahasa meliputi segala peristiwa persentuhan antara dua bahasa atau lebih yang berakibat adanya pengubahan unsur bahasa oleh penutur dalam konteks sosialnya. Dalam peristiwa kedwibahasaan, seseorang akan sering mengganti bahasa atau ragam bahasa. Di samping itu, perilaku berbahasa yang dipengaruhi oleh