Sikap Bahasa Perencanaan Bahasa
menamakannya dengan bilingualitas. Hal tersebut sebenarnya memiliki makna yang berbeda. Seperti yang dijelaskan oleh Chaer dan Leonie 2010: 85 bahwa
terdapat perbedaan antara bilingualitas dan billingualisme. Kemampuan untuk menggunakan dua bahasa disebut bilingualitas, sedangkan keadaan penggunaan
lebih dari dua bahasa oleh seseorang dalam pergaulannya dengan orang lain secara begantian disebut dengan bilingualisme.
Pada dasarnya, terjadinya kedwibahasaan itu disebabkan karena adanya interaksi dan kontak sosial antara masyarakat satu dengan masyarakat lain yang
memiliki latar belakang kebahasaan yang berbeda. Berkaitan dengan fungsi bahasa sebagai wadah untuk berinteraksi, maka adanya interaksi dan kontak sosial
itu tidak bisa terlepas dari adanya kontak bahasa. Seperti yang dijelaskan oleh Kamaruddin 1989: 13 dalam bukunya yang berjudul Kedwibahasaan dan
Pendidikan Dwibahasa, kedwibahasaan terjadi karena ada dua bahasa yang berkontak sehingga penutur bahasa itu dapat mempelajari unsur-unsur bahasa
lainnya. Misalnya saja, ketika ada masyarakat pendatang di sebuah daerah yang memiliki bahasa berbeda dengan yang digunakannya, otomatis masyarakat
pendatang tersebut akan mempelajari bahasa di daerah yang baru didatanginya tersebut agar dapat bergaul dengan masyarakat setempat dengan nyaman. Hal
senada juga dipaparkan oleh Aslinda dan Leni 2007: 25 bahwa kontak bahasa meliputi segala peristiwa persentuhan antara dua bahasa atau lebih yang berakibat
adanya pengubahan unsur bahasa oleh penutur dalam konteks sosialnya. Dalam peristiwa kedwibahasaan, seseorang akan sering mengganti bahasa
atau ragam bahasa. Di samping itu, perilaku berbahasa yang dipengaruhi oleh
faktor pembicara, mitra bicara, tujuan, tempat, waktu, topik, dan sebagainya juga sering menyebabkan terjadinya peristiwa Alih Kode dan Campur Kode Suwandi,
2008: 85.