BAB II KAJIAN TEORI
Pada bab kajian teori, diuraikan tentang teori-teori yang mendasari permasalahan pada penelitian ini. Teori-teori yang digunakan ialah sosiolinguistik,
bidang kajian sosiolinguistik, selayang pandang tentang bahasa daerah di Cirebon, penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir. Adapun uraian selanjutnya akan
dijelaskan pada pemaparan sebagai berikut.
A. Sosiolinguistik
Bahasa dalam bidang kelimuan disebut juga dengan istilah linguistik. Linguistik memiliki dua cabang kajian ilmu, yakni mikrolinguistik dan
makrolinguistik. Mikrolinguistik membahas bahasa yang berkaitan dengan sistem ketatabahasaan, yakni sistem bunyi fonologi, sistem kata morfologi, sistem
kalimat sintaksis, dan sistem makna semantik, sedangkan makrolinguistik membahas linguistik atau bahasa yang berkaitan dengan hal-hal di luar bahasa,
seperti psikolinguistik membahas bahasa dengan psikologi, etnolinguistik membahas bahasa dengan etnografi, dan sosiolinguistik membahas bahasa
dengan sosiologi. Berbicara mengenai sosiolinguistik tentu akan sangat luas sekali,
mengingat hal-hal yang dibahas adalah berkaitan dengan masalah sosial yang ada di dalam masyarakat. Secara etimologi, sosiolinguistik berasal dari kata sosio dan
linguistics. Sumarsono dan Paina 2002: 5 menjelaskan bahwa sosiologi mempelajari antara lain struktur sosial, organisasi kemasyarakatan, hubungan
antaranggota masyarakat, dan tingkah laku masyarakat. Linguistik sendiri, merupakan ilmu tentang bahasa, di mana Padmadewi, dkk 2014: 1 berpendapat
bahwa linguistik merupakan ilmu yang mempelajari atau membicarakan bahasa, khususnya unsur-unsur bahasa, seperti fonem, morfem, kata, kalimat, dan
hubungan antara unsur-unsur itu. Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sosiolinguistik
merupakan kajian interdisipliner antara linguistik dan sosiologi. Chaer dan Leonie 2010: 2 pun ikut andil dalam mendefinisikan sosiolinguistik. Menurutnya,
sosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat. Sebagai objek dari
sosiolinguistik, bahasa tidak didekati sebagai bahasa, melainkan didekati sebagai sarana atau medium untuk berinteraksi di dalam masyarakat.
Selain istilah sosiolinguistik, terdapat pula istilah sosiologi bahasa. Nababan 1984: 3 menuturkan bahwa ada juga orang yang memasuki lapangan
sosiolinguistik dari lapangan sosiologi, menyebut studi itu sosiologi bahasa. Keterangan tersebut lebih lanjut dijelaskan oleh Chaer dan Leonie 2010: 5
bahwa Fishman, pakar sosiolinguistik mengatakan, kajian sosiolinguistik lebih bersifat kualitatif, sedangkan kajian sosiologi bahasa bersifat kuantitatif. Jadi,
sosiolinguistik lebih berhubungan dengan perincian-perincian penggunaan bahasa yang sebenarnya, dan sosiologi bahasa lebih berhubungan dengan faktor-faktor
sosial.