faktor pembicara, mitra bicara, tujuan, tempat, waktu, topik, dan sebagainya juga sering menyebabkan terjadinya peristiwa Alih Kode dan Campur Kode Suwandi,
2008: 85.
b. Kode
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2007: 578, kode merupakan tanda kata-kata, tulisan yang disepakati untuk maksud tertentu untuk menjamin
kerahasiaan berita, pemerintah, dsb, sedangkan menurut Kamus Linguistik karangan Kridalaksana 1982: 113, kode merupakan lambang atau sistem
ungkapan yang dipakai untuk menggambarkan makna tertentu. Definisi lain juga dipaparkan oleh Rahardi 2001: 21-22, bahwa kode dapat didefinisikan sebagai
suatu sistem tutur yang penerapan unsur bahasanya mempunyai ciri khas sesuai dengan latar belakang penutur, relasi penutur dengan lawan bicara dan situasi
tutur yang ada. Bahasa manusia adalah sejenis kode. Dalam sosiolinguistik, kode dibagi atas dua macam, yaitu alih kode dan campur kode.
c. Alih Kode
Secara etimologi, alih kode dapat diartikan sebagai peralihan dari suatu kode bahasa atau ragam ke dalam bahasa atau ragam lain. Masyarakat yang
memiliki kemampuan untuk berdwibahasa, cenderung melakukan alih kode bahkan campur kode dalam tuturannya. Suwito via Rahardi, 2001: 20
menyebutkan bahwa alih kode adalah peristiwa peralihan dari kode yang satu ke kode yang lain. Sejalan dengan definisi tersebut, Padmadewi, dkk 2014: 64
mengutip pendapat Jendra, mendefinisikan alih kode sebagai peralihan atau
pergantian perpindahan dari satu varian bahasa ke bahasa yang lain. Jadi, dapat disimpulkan bahwa alih kode merupakan peralihan atau pergantian kode baik dari
satu varian bahasa atau ragam ke varian bahasa atau ragam yang lain. Berdasarkan pendapat para ahli, alih kode dapat dibedakan menjadi dua
bentuk, yakni alih kode ke dalam intern dan alih kode ke luar ekstern Padmadewi, dkk, 2014: 64-65; Rahardi, 2001: 20; Suandi, 2014: 135.
1 Alih kode ke dalam internal code switching yakni yang terjadi antarbahasa
daerah dalam suatu bahasa nasional, antar dialek dalam satu bahasa daerah, atau antara beberapa ragam dan gaya yang terdapat dalam suatu dialek.
Misalnya, seseorang pada awalnya berbicara dalam bahasa Indonesia baku karena situasi tertentu menuntut dia untuk mengubah bahasanya menjadi
dialek Bali. 2
Alih kode ke luar eksternal code switching yakni apabila yang terjadi adalah antara bahasa asli dengan bahasa asing. Misalnya, si pembicara mula-mula
menggunakan bahasa Indonesia, karena situasi menghendaki, dia beralih menggunakan bahasa Inggris, pada situasi lain ke bahasa Belanda dan bahasa
Jepang. Sedikit berbeda dengan di atas, pendapat selanjutnya dipaparkan oleh
Poedjosoedarmo 1976: 14 bahwa berdasarkan sifatnya, alih kode memiliki dua bentuk, yaitu alih kode sementara dan alih kode permanen. Alih kode sementara
merupakan pergantian kode bahasa yang dipakai oleh seorang penutur yang berlangsung sebentar saja, tetapi kadang-kadang dapat lama juga. Di samping alih
kode sementara, ada lagi alih kode yang sifatnya permanen. Tidak mudah bagi