Bergengsi Faktor Penyebab Terjadinya Campur Kode

serta merta ngalor ngidul yang dimaksudkan oleh penyiar adalah utara selatan. Maksud dari ngalor ngidul dalam tuturan tersebut ialah percakapan yang sudah melantur ke mana-mana. Tetapi, karena terbatasnya kode, maka dalam tuturannya tersebut penyiar menggantinya dengan sebutan ‘ngalor ngidul’. Berikut juga data 49, di mana penyiar menyisipkan kata “check-up”. Kata tersebut sengaja digunakan karena terbatasnya kode dalam bahasa Indoneisa mengenai pemeriksaan kesehatan.

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

Kedwibahasaan merupakan ranah kebahasaan yang sangat menarik untuk dikaji. Hampir seluruh masyarakat Indoneisa merupakan pelaku kedwibahasaan, karena banyaknya bahasa yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Keragaman bahasa tersebut juga terjadi di wilayah kabupaten Cirebon, yang secara letak geografis berada di perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa tengah. Karena letaknya yang berada di perbatasan, menyebabkan bahasa yang digunakan oleh masyarakat tutur di sana pun beragam, yakni bahasa Sunda, bahasa Jawa dialek Cirebon, bahasa Indonesia, dan terkadang bahasa asing. Pada penelitian ini, fenomena kedwibahasaan tersebut diamati dan dibatasi pada permasalahan mengenai alih kode dan campur kode yang terjadi pada ranah tuturan antara penyiar dan pendengar radio yang berada di Cirebon. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk dan faktor-faktor penyebab terjadinya alih kode dan campur kode pada tuturan bahasa penyiar dan pendengar radio di Cirebon. Pada peristiwa tutur antara penyiar dan pendengar radio di Cirebon, ditemukan adanya penggunaan alih kode 52 data dan campur kode 63 data. Bentuk alih kode yang terjadi adalah alih kode internal 50 data dan alih kode eksternal 2 data. Alih kode internal terjadi dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa dialek Cirebon, dari bahasa Indonesia ke bahasa Sunda, dan dari bahasa Jawa dialek Cirebon ke bahasa Indonesia, sedangkan alih kode internal terjadi dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris. Selain bentuk, ada pula faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya alih kode, baik alih kode internal maupun alih kode eksternal. Faktor-faktor tersebut yaitu penutur 15 data, mitra tutur 16 data, peralihan topik 10 data, dan perubahan situasi 11 data. Bentuk alih kode yang paling banyak ditemukan dalam tuturan bahasa penyiar dan pendengar radio di Cirebon adalah alih kode internal dan didominasi oleh faktor yang disebabkan oleh mitra tutur. Temuan berikutnya yang terjadi pada tuturan bahasa penyiar dan pendengar radio di Cirebon adalah campur kode. Campur kode ditemukan dalam penelitian ini memiliki dua bentuk yakni, campur kode internal 45 data dan campur kode eksternal 18 data. Campur kode internal meliputi campur kode pada tataran kata, campur kode pada tataran frasa, dan campur kode pada tataran klausa. Campur kode eksternal meliputi campur kode pada tataran kata dan campur kode pada tataran frasa. Selain bentuk, ditemukan pula faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode, baik internal maupun eksternal. Faktor- faktor tersebut yaitu, mitra tutur 15 data, keterbatasan kode 14 data, tujuan tertentu 27 data, dan bergengsi 9 data. Bentuk campur kode yang paling banyak ditemukan dalam tuturan bahasa penyiar dan pendengar radio di Cirebon adalah campur kode internal dan didominasi oleh faktor yang disebabkan adanya maksud atau tujuan tertentu. Dari sekian banyak penelitian mengenai alih kode dan campur kode, masih belum ditemukan adanya penemuan-penemuan baru. Permasalahan yang dibahas masih berkutat pada masalah bentuk dan faktor penyebab terjadinya alih kode dan campur kode. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini pun hampir sebagian