Penelitian yang Relevan KAJIAN TEORI

Latar belakang diambilnya penelitian ini adalah karena adanya gejala kedwibahasaan yang terjadi pada masyarakat tutur di daerah Cirebon. Bahasa- bahasa yang digunakan oleh masyarakat tutur di daerah Cirebon ialah bahasa Indonesia, bahasa Jawa dialek Cirebon, dan bahasa Sunda. Penelitian ini memfokuskan pada tuturan bahasa penyiar dan pendengar di radio. Pemilihan radio ini disebabkan karena pada saat terjadinya interaksi di antara pendengar dan penyiar, terdapat suatu peristiwa peralihan bahasa dan juga percampuran bahasa dalam bahasa Indonesia, bahasa Jawa dialek Cirebon, dan bahasa Sunda, maupun dalam bahasa asing. Pengambilan data dilakukan dengan metode simak dengan teknik rekam dan catat. Penyimakan dilakukan penulis untuk mendeteksi adanya peristiwa alih kode dan campur kode. Selanjutnya, perekaman dilakukan agar memudahkan penulis dalam menranskrip data. Data akan dipilah berdasarkan kategorinya, yakni bentuk alih kode, bentuk campur kode, dan faktor-faktor penyebab terjadinya alih kode dan campur kode. Masing-masing data yang memenuhi kategori tersebut kemudian dimasukkan dalam kartu data yang berupa kolom-kolom dengan kriteria atau indikator tertentu. Kartu data dibuat untuk memudahkan penulis dalam mengklasifikasikan data mana yang termasuk alih kode, dan data mana yang termasuk campur kode. Setelah data selesai diklasifikasikan, barulah data dianalisis dan dideskripsikan bentuk alih kode dan campur kode, serta faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode dan campur kode. Berikut merupakan tabel indikator dari bentuk dan faktor penyebab terjadinya alih kode dan campur kode. Tabel 3. Indikator Bentuk Alih Kode dan Campur Kode Kategori Bentuk Indikator Alih kode Internal Apabila alih kode itu terjadi antar bahasa-bahasa daerah dalam satu bahasa nasional, atau antara dialek-dialek dalam satu bahasa daerah, atau antar beberapa ragam dan gaya yang terdapat dalam satu dialek. Eksternal Apabila alih kode yang terjadi adalah antara bahasa asli dengan bahasa asing. Campur kode Internal Adanya penyisipan kode dari satu bahasa ke bahasa lain dengan unsur-unsur golongan yang bersumber dari bahasa asli dengan segala variasi- variasinya. Eksternal Adanya penyisipan kode dari satu bahasa ke bahasa lain dengan unsur-unsur golongan yang bersumber dari bahasa asing. Diolah dari Suwito 1983 Tabel 3 merupakan indikator dari adanya bentuk alih kode dan campur kode. Indikator tersebut diperoleh dan diolah dari pendapat yang dikemukakan oleh Suwito 1983: 69 - 76. Terdapat dua indikator dari bentuk alih kode menurut Suwito yaitu, alih kode internal dan alih kode eksternal. Alih kode internal merupakan peralihan kode yang terjadi antatra satu bahasa daerah dalam satu bahasa nasional, atau antara dialek-dialek dalam satu bahasa daerah, atau antar beberapa ragam dan gaya yang terdapat dalam satu dialek. Alih kode eksternal merupakan alih kode yang terjadi antara bahasa asli dengan bahasa asing. Indikator berikutnya yaitu indikator dari campur kode yang hampir sama dengan alih kode, yakni memiliki dua bentuk, campur kode internal dan campur kode eksternal. Campur kode internal yaitu adanya penyisipan kode dari satu bahasa ke bahasa lain dengan unsur-unsur golongan yang bersumber dari bahasa asli dengan segala variasi-variasinya, sedangkan campur kode eksternal yaitu adanya penyisipan kode dari satu bahasa ke bahasa lain dengan unsur-unsur golongan yang bersumber dari bahasa asing. Selanjutnya, dipaparkan secara singkat mengenai indikator dari faktor penyebab terjadinya alih kode dan campur kode dalam tabel berikut. Tabel 4. Indikator Faktor Penyebab Terjadinya Alih Kode dan Campur Kode Kategori Faktor Indikator Alih kode Penutur Adanya maksud tertentu yang diinginkan oleh penutur terhadap lawan tuturnya. Mitra tutur Adanya usaha dari penutur untuk mengimbangi bahasa yang dipergunakan oleh lawan tuturnya. Pokok pembicaraan Berubahnya topik dari satu topik ke topik yang lain. Perubahan topik atau pokok pembicaraan biasanya mempengaruhi penggunaan kode yang digunakan oleh penutur dan lawan tutur. Perubahan situasi Perubahan dari formal ke nonformal dan sebaliknya. Campur kode Keterbatasan kode Terjadi apabila penutur melakukan campur kode karena tidak mengerti padanan kata, frasa, atau klausa dalam bahasa dasar yang digunakannya. Mitra tutur Terjadi apabila penutur ingin menyesuaikan bahasa yang dipergunakan oleh mitra tuturnya. Tujuan tertentu Ungkapan yang berhubungan dengan tujuan tertentu, misalnya memarahi, mengakrabkan diri, merayu, memerintah, melawak, dan sebagainya. Bergengsi Supaya terlihat bahwa penutur tersebut menguasai berbagai bahasa dibandingkan mitra tuturnya. Diolah dari Chaer dan Leonie 2010, Suwito 1983, Suandi 2014, dan Poedjosoedarmo 1976