Hasil Validitas Instrumen HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Neraca, Persentase Penjualan Pendekatan Laba-Rugi dan Analisa Umur Piutang. Daya beda dari hasil tes pada kompetensi dasar menjelaskan penaksiran jumlah penyisihan piutang tak tertagih berdasarkan persentase piutang, persentase penjualan dan analisa umur piutang baik soal pilihan ganda maupun uraian diperoleh sebagai berikut: Tabel 29. Daya Beda Soal Pilihan Ganda KD 10 Jumlah Subyek= 20 Klp atasbawahn= 5 Butir Soal= 6 Nama berkas: E: SIKLUS 2 PILIHAN GANDA.ANA No Butir Baru No Butir Asli Kel. Atas Kel. Bawah Beda Indeks DP 1 1 4 1 3 60.00 2 2 2 4 -2 -40.00 3 3 5 5 0.00 4 4 5 4 1 20.00 5 5 5 1 4 80.00 6 6 4 4 80.00 Sumber : Data Primer yang sudah diolah Tabel 30. Daya Beda Soal Uraian KD 10 Jumlah Subyek= 20 Klp atasbawahn= 5 Butir Soal= 1 Un: Unggul; AS: Asor; SB: Simpang Baku Nama berkas: E: SIKLUS 2 URAIAN.AUR No No Btr Asli Rata2Un Rata2As Beda SB Un SB As SB Gab T DP 1 1 24.00 15.00 9.00 0.00 3.46 1.55 5.81 37.50 Sumber : Data Primer yang sudah diolah Uji validitas tingkat kesukaran dan daya beda soal hanya digunakan untuk mengetahui tingkat kesejajaran soal antara siklus I dan II. Tingkat kesejajaran soal juga didukung dengan kisi-kisi soal tes pada siklus I dan II yang dibuat sebelum mengujikan pre-test maupun post-test kepada siswa. Hal ini dilakukan untuk membedakan level kognitif pada pembelajaran sehingga kemampuan siswa dapat diketahui melalui tingkatan kognitif yang diujikan. Level kognitif yang diujikan dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu C1 pengetahuan, C2 Pemahaman, dan C3 aplikasi. Pada prinsipinya, jika banyak siswa yang dapat mejawab benar soal dengan tingkat C1 pengetahuan maka memang benar soalnya mudah, sebaliknya jika siswa yang dapat mejawab benar soal dengan tingkat C1 pengetahuan hanya sedikit maka rata-rata siswa tesebut dapat dikatakan kurang pandai. Jika banyak siswa yang dapat mejawab benar soal dengan tingkat C3 aplikasi maka dapat dikatakan rata-rata siswa tersebut pandai, sebaliknya jika siswa yang dapat mejawab benar soal dengan tingkat C3 aplikasi hanya sedikit maka memang benar soalnya susah dan hanya siswa tertentu yang dapat menjawab soal pada tingkat C3 aplikasi.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions STAD dengan Perpaduan Permainan Edukatif untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Akuntansi. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions STAD dengan Perpaduan Permainan Edukatif dilakukan dengan beberapa tahapan. Tahapan tersebut yaitu; 1. Persiapan Pembelajaran Guru mempersiapkan materi yang akan dibahas pada saat pembelajaran. Selain itu, guru juga merancang pembagian kelompok berdasarkan hasil tes awal. Siswa dibagi dalam kelompok dengan kemampuan akademik yang berbeda. Pembagian kelompok dengan kemapuan akademik yang berbeda secara tidak langsung mengajarkan siswa untuk memiliki rasa toleransi antar siswa. 2. Penyajian Materi Pada tahap penyajian materi, siswa difokuskan untuk memperhatikan materi yang sedang dibahas. Tahap ini, melatih keterampilan siswa dalam mengamati informasi yang sedang disampaikan oleh guru. 3. Kegiatan Belajar Kelompok Pada tahap kegiatan belajar kelompok, setiap siswa harus mengerjakan penugasan kelompok secara bekerja sama. Pada tahap ini, siswa dilatih untuk memiliki rasa tanggungjawab, kerjasama dan percaya diri. Selain itu, siswa juga dilatih untuk memiliki keterampilan bertanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan. 4. Permainan Edukatif Pada tahap permainan edukatif, setiap kelompok harus mengikuti aturan bermain untuk menjawab sebuah pertanyaan baik dalam permaian pertanyaan bertingkat maupun surat rahasia. Pada tahap ini, sikap dan keterampilan yang dilatih sama dengan tahap belajar kelompok. 5. Pemeriksaan terhadap Hasil Kegiatan Kelompok Pada tahap pemeriksaan hasil kegiatan kelompok, setiap perwakilan kelompok harus mempresentasikan hasil penugasan kelompok. Pada tahap ini, siswa dilatih untuk memiliki keterampilan dalam berkomunikasi. 6. Tes Individual Pada tahap tes individual, guru mengukur kemampuan kognitif siswa melalui post-test. Pada tahap ini, guru menekankan siswa untuk jujur dalam menjawab post-test yang diberikan. 7. Pemeriksaan Hasil Tes Pada tahap pemeriksaan hasil tes, guru memberikan nilai kepada hasil post-test siswa. Setelah itu, guru menggunakan skor post-test siswa sebagai skor kelompok. 8. Penghargaan Kelompok Pada tahap penghargaan kelompok, guru memberikan penghargaan kepada setiap kelompok melalui skor perkembangan kelompok. Pengahargaan tersebut berguna untuk memacu semangat siswa agar lebih giat dalam belajar. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, mulai dari perancanaan, pelaksanaan, pengamatan hingga refleksi. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions STAD dengan Perpaduan Permainan Edukatif, menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor siswa dari siklus I ke siklus II. 1. Hasil belajar ranah kognitif Perbandingan hasil belajar ranah kognitif siswa siklus I dan II dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 31. Perbandingan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Siklus I dan II. Kriteria Siklus ke- Peningkatan I II Pre-test Nilai ≥ 75 11,11 17,65 6,54 Post-test Nilai ≥ 75 44,44 80,00 35,56 Sumber: Data Primer yang Diolah Peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa antara siklus I dan II dapat dilihat pada diagram berikut ini. Gambar 11. Grafik Perbandingan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Siklus I dan II. Berdasarkan tabel dan grafik di atas, hasil belajar ranah kognitif siswa pada setiap siklus baik pre-test maupun post-test selalu mengalami 11,11 44,44 17,65 80,00 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 Pre-test Post-test Siklus I Siklus II peningkatan. Hasil pre-test siswa pada siklus I sebesar 11,11 atau 2 dari 18 siswa telah mencapai KKM, sedangkan pada siklus II sebesar 17,65 atau 3 dari 17 siswa telah mencapai KKM. Hasil pre-test dari siklus I ke siklus II menunjukkan peningkatan sebesar 6,54. Pada hasil post-test siklus I, sebesar 44,44 atau 8 dari 18 siswa telah mencapai KKM, sedangkan pada hasil post-test siklus II, sebesar 80,00 atau 16 dari 20 siswa telah mencapai KKM. Hasil post-test siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 35,56. Pada penelitian ini, keberhasilan kognitif siswa hanya dilihat dari hasil post-test siswa. Indikator keberhasilan yang telah ditetapkan pada bab 3 yaitu hasil belajar ranah kognitif siswa dikatakan berhasil apabila minimal 75 siswa dalam satu kelas telah mencapai KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu ≥ 75. Hasil post-test pada siklus II menunjukkan bahwa 16 dari 20 siswa atau sebesar 80,00 telah mencapai KKM yaitu ≥ 75. Hal tersebut membuktikan bahwa Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions STAD dengan Perpaduan Permainan Edukatif dapat Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Siswa. Meningkatkanya hasil belajar kognitif siswa sesuai dengan teori yang sudah ada. Salah satu faktor ekstern yang dapat meningkatkan hasil belajar yaitu metode mengajar. Metode mengajar yang efektif dapat membantu siswa meningkatkan kegiatan belajar-mengajar. Pada penelitian ini, guru menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe