21 kelompok yang dicirikan oleh gotong royong dan tanggung jawab
untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Sentanoe Kertonegoro 1988:125-126 dalam Rukmana 2006, kemitraan adalah
kerjasama yang saling menguntungkan antar pihak, dengan menempatkan kedua pihak dalam posisi yang sederajat.
Kemitraan ini mengandung beberapa pengertian kegiatan yaitu: 1 Kerjasama
Yaitu derajat upaya sesuatu pihak untuk memenuhi keinginan pihak lain.
2 Keteguhan Yaitu derajat upaya sesuatu pihak untuk memenuhi keinginnya
sendiri. 3 Kolaborasi
Yaitu situasi dimana masing-masing pihak dalam konflik ingin memenuhi sepenuhnya kepentingan semua pihak.
4 Kompromi Yaitu situasi dimana masing-masing pihak dalam konflik
bersedia mengorbankan sesuatu, sehingga terjadi pembagian beban dan manfaat
5 Mengakomodasi Yaitu kesediaan salah satu pihak dalam konflik untuk
menempatkan kepentingan lawannya di atas kepentingannya sendiri.
22
b. Konsep dan Prinsip Kemitraan
Menurut Rukmana 2006:60-61 untuk mewujudkan kemitraan yang baik diperlukan adanya prinsip, nilai dan konsep
dasar. Prinsip yang paling dasar dan tidak bisa ditawar-tawar yaitu percaya antar institusi atau lembaga yang bermitra. Adapun nilai
value yang diperlukan yaitu karakteristik atau kualitas SDM untuk mencapai visi dan misi organisasi. Hal ini seringkali berbeda dalam
realisasinya disetiap organisasi, karena tatkala nilai bersama share values dapat dirumuskan bersama, tetapi dalam praktiknya
masing-masing organisasi sering melanggar prinsip-prinsip yang sangat fundamental.
Konsep atau ide yang dilaksanakan oleh masing-masing mitra seharusnya didasarkan pada strategi bersama sharing
strategy , visi bersama shared or joint vision, “common goals and
performance indicator”, sehingga masing-masing institusi yang bermitra memiliki tanggung jawab bersama Tony Lendrum,
2003:132-134 dalam Rukmana 2006:61.
c. Penghalang dan Tantangan dalam Menjalin Kemitraan
Dalam menjalin kemitraan memang tidak mudah, terdapat banyak penghalang serta tantangan yang dihadapi. Ada beberapa
hal yang dijelaskan oleh Cox-Petersen 2011:185-191 tentang penghalang dan tantangan dalam kemitraan yaitu:
1 Kurangnya kepemimpinan dalam manajemen sekolah. 2 Kurangnya waktu dan komitmen.
3 Budaya yang kurang mendukung. 4 Kewenangan atau kekuasaan yang kurang mendukung.
5 Kurangnya kepercayaan antar pihak yang bermitra.
23 Walaupun dalam menjalin kemitraan terdapat beberapa
penghalang dan tantangan Cox-Petersen 2011:200 juga memberikan saran untuk mengatasi hal tersebut yaitu:
1 Kurangnya kepemimpinan dalam manajemen sekolah: semua pihak memiliki peran dalam pembuatan keputusan
dengan satu orang sebagai pemimpin. 2 Kurangnya waktu dan komitmen: gunakan teknologi dan
adakah pertemuan untuk menetapkan jadwal kemitraan. 3 Budaya yang kurang mendukung: rencanakan dan
implementasikan pengalaman dan acara informal. 4 Kewenangan atau kekuasaan yang kurang mendukung:
motivasi untuk memperkuat komitmen. 5 Kurangnya kepercayaan antar pihak yang bermitra:
perkuat komunikasi dan jadwalkan pertemuan informal dan formal.
4. Kemitraan Sekolah dengan Dunia Industri DUDI a. Pengertian Kemitraan Sekolah
Pendidikan kejuruan dan dunia industri merupakan dua sisi yang saling bergantung, secara umum dunia kerja dan industri
membutuhkan lulusan dari pendidikan kejuruan yang memiliki keterampilan dan sikap profesional sebagai sumber daya manusia
dan pendidikan kejuruan juga membutuhkan peranan dunia kerja dan industri sebagai tolak ukur dalam menentukan standar
keterampilan yang nantinya akan diberikan kepada peserta didik pada Sekolah kejuruan. Untuk mengoptimalkan peran dari dua
pihak yakni pihak sekolah maupun pihak dunia kerja dan industri sudah seharusnya menjalin suatu kemitraan antar sekolah dan
dunia industri.
Menjalin suatu kemitraan dengan dunia industri merupakan suatu kebutuhan yang mutlak bagi Sekolah menengah kejuruan