65 Kebebasan yang dimaksud adalah guru mempersilahkan
siswanya untuk memilih sendiri tujuan kunjungan industri yang relevan dengan jurusan. Siswa mencari sendiri info tujuan kunjungan
industri, setelah itu siswa membuat proposal yang ditujukan kepada industri. Guru hanya bertugas memberi saran serta membimbing
siswa, sedangkan seluruh pelaksanaannya diberikan kepada siswa. Keaktifan siswa merupakan salah satu kendala yang dihadapi
dalam kegiatan kunjungan industri di SMKN 2 Depok. Apabila siswa tidak
aktif mencari
informasi, membuat
proposal serta
mengumpulkan dana, maka kegiatan kunjungan industri tidak akan terlaksana. Oleh karena itu diperlukan adanya kesadaran siswa
tentang manfaat kunjungan industri. Industri yang menjadi tujuan kunjungan cenderung berada di
luar kota yang jaraknya cukup jauh seperti Jakarta dan Surabaya. Oleh karena itu biaya transportasi dan akomodasi yang harus
dikeluarkan siswa cukup besar. Siswa harus bisa menghitung perkiraan biaya yang harus dikeluarkan serta mencari sarana
transportasi yang sesuai serta nyaman. Kunjungan industri memberikan banyak manfaat kepada siswa
terutama dalam hal menambah pengalaman dan wawasan tentang ilmu di lapangan. Meskipun demikian, terkadang siswa tidak dapat
melihat langsung pekerjaan yang dilakukan karena waktu kunjungan yang tidak tepat atau ada keperluan di industri yang mendadak. Oleh
karena itu, gambaran di lapangan dapat disajikan oleh industri
66 dengan presentasi, foto, video serta sesi tanya jawab, seperti pada
saat siswa berkunjung ke PT Holcim.
e. Kendala pada Guru Tamu
Guru tamu di SMKN 2 Depok merupakan kegiatan yang jarang dilakukan, padahal kegiatan tersebut sangat bermanfaat bagi siswa.
Dengan adanya guru tamu siswa mendapatkan manfaat ilmu tambahan yang mungkin tidak didapatkan di sekolah, pengalaman
dan relasi yang bertambah. Kendala yang dihadapi adalah kurangnya keaktifan sekolah dalam mengadakan kegiatan guru tamu dari
industri. Dengan kegiatan guru tamu juga diharapkan dapat memperkuat hubungan yang terjalin antara sekolah dengan industri.
f. Kendala pada Pelatihan Teknologi Mutakhir
Selama ini pelaksanaan pelatihan teknologi mutakhir sudah sering dilaksanakan di SMKN 2 Depok. Pihak industri yang rutin
melaksanakan kegiatan pelatihan adalah BLPT Yogyakarta. Banyak kegiatan yang dilaksanakan seperti pelatihan praktik kerja kayu dan
pelatihan AutoCAD. Kegiatan sudah terlaksana dengan baik dan hanya sedikit kendala yang dihadapi oleh siswa. Kendala pada
pelaksanaan pelatihan AutoCAD di BLPT yaitu: 1 waktu pelatihan yang terlalu lama 2 materi yang diajarkan kurang mutakhir dan 3
cara mengajar instruktur yang kurang. Waktu pelatihan menurut siswa terlalu lama karena yang harus
dikerjakan hanya menggambar rumah dengan tipe 36. Materi yang
67 diajarkan kepada siswa hanya sebatas dasar-dasar menggunakan
program AutoCAD yang sebenarnya sudah diketahui oleh siswa. Hal ini terjadi karena bervariasinya sekolah yang mengikuti pelatihan
tersebut. Cara mengajar instruktur yang kurang menurut siswa karena instruktur hanya mengajarkan dasar program yang digunakan
lalu memberikan tugas kepada siswa dan meng-acc pekerjaan siswa apabila sudah selesai.
g. Kendala pada Pembekalan Prakerin
Pembekalan Prakerin yang selama ini berjalan di SMKN 2 Depok sudah berjalan dengan cukup baik. Akan tetapi, narasumber
yang memberikan materi hanya dari pihak sekolah saja, sekolah jarang mengundang praktisi dari industri untuk memberikan
gambaran secara langsung bagaimana kegiatan di industri. Hal ini dapat dimaklumi karena beragamnya jurusan di SMKN 2 Depok.
Narasumber hanya berasal dari pihak sekolah seperti kepala sekolah, pihak BKK dan Ketua Program Studi masing-masing
jurusan. Pihak jurusan juga melalukan Pembekalan Prakerin secara tidak resmi, terkadang dari jurusan menghadirkan alumni yang sudah
bekerja di industri untuk memberikan gambaran tentang dunia kerja kepada siswa.
Karena pihak sekolah tidak selalu mengundang praktisi dari industri sebagai narasumber maka terkadang siswa belum
mempunyai gambaran secara jelas bagaimana kegiatan di industri dan juga ada beberapa siswa yang Prakerin di industri yang kurang