Profil SDN Keningar 1 dan 2 Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang
Ahmad Badawi | Peta Risiko Bencana Erupsi Merapi SDN Keningar 1 SDN Keningar 2
Desa Keningar Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang
14
gedung sendiri. Sekitar tahun 19831984 mulai dibangun gedung sekolah yang lebih layak di Dusun Gumuk meskipun kemudian sudah tidak mencukupi lagi
karena keterbatasan lahan yang tidak memungkinkan pengembangan sekolah. Oleh sebab itu sejak tahun 2010 SD Negeri Keningar menempati lahan sekolah
yang sekarang ini di tempati di lahan bengkok tanah desa setelah menerima dana bantuan dari instruksi presiden inpres.
Gambar 4.4. Denah SD Negeri Keningar 1 Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang Tahun 2013.
Meskipun demikian
karena keterbatasan
infrastruktur bangunan
sekolah, sampai saat ini gedung yang dibangun
baru mencukupi untuk penyelenggaraan sekolah
bagi
lima kelas.
Oleh sebab
itu penyelenggaraan
kegiatan belajar
mengajar Taman Kanak- Kanak TK dan kelas 1
masih di lakukan di tempat asal di dusun Gumuk. Rencana kedepan semua penyelenggaraan sekolah di lakukan dilokasi yang baru sekarang ini.
Dalam sejarah struktur organisasi sekolah, Kepala Sekolah SD Keningar 1 pertama adalah Bapak V. Paimin dilanjutkan Bapak M. E Sriluh. Pada waktu terjadi erupsi
Merapi tahun 2010, kepala Sekolah SD Negeri Keningar 1 adalah Bapak Slamet S.Pd dan saat ini diganti oleh Ibu Titik Sulistiyowati S.Pd sampai sekarang. Tahun
2013 Struktur Organisasi Sekolah adalah Kepala Sekolah SD Negeri Keningar 1 membawahi 12 guru terdiri dari 6 guru kelas 1 sampai 6, Guru Agama Islam, Guru
Agama Katolik, Guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan dan 2 guru Wiyata Bhakti serta dan 1 penjaga sekolah.
Komite Sekolah SD Negeri Keningar 1 dipimpin oleh Bapak Agus Sumarno sebagai Penasehat, Tarmuji Sebagai Ketua, Sungkono dan Slamet S.Pd sebagai Wakil
Ketua, Kadar dan R Augustinus sebagai Sekretaris, Tupan dan Hj. Budi Lestari, S.Pd sebagai Bendahara, Tuhari, Rusdi dan Purwanto sebagai Anggota Komite. Fungsi
Komite Sekolah berjalan baik dalam mendukung dan mengkomunikasikan program sekolah ke masyarakat.
Ahmad Badawi | Peta Risiko Bencana Erupsi Merapi SDN Keningar 1 SDN Keningar 2
Desa Keningar Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang
15
Sementara SD Negeri Keningar 2 Kecamatan Dukun merupakan salah satu Sekolah Dasar yang dibangun berdasarkan Instruksi Presiden SD Inpres pada zaman
Presiden Soeharto. SD Inpres ini berdiri pada bulan Agustus 1975 dengan kepala sekolah pertama Bapak V Paimin yang merupakan pindahan Kepala Sekolah SD
Negeri Keningar 1. Saat erupsi Merapi tahun 2010, kepala sekolah SD Keningar 2 adalah Bapak Sutarto AM yang kemudian digantikan oleh Bapak Dwi Waluyo
MM.Pd sampai sekarang.
Gambar 4.5. Denah SD Negeri Keningar 2 Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang Tahun 2013
Tahun 2013 SD Negeri Keningar 1 memiliki 54
siswa terdiri
dari 21
siswa laki-laki dan 33 siswa
perempuan. Mereka berasal dari desa
Keningar dan sebagian dari
Desa Sumber.
Berdasarkan Struktur
Organisasi Sekolah
SD Negeri
Keningar 2,
Kepala Sekolah
yang membawahi
11 guru
terdiri dari 6 Guru Kelas, Guru Agama, Guru Olah
Raga, Guru Bahasa Inggris dan Penjaga Sekolah.Komite Sekolah SD Negeri Keningar 1 dipimpin oleh Eko Kalisno, Sekretaris Supratik, Bendahara Riyanto,
Anggota Komite Ari Wiyanto, Maret, Marjum dan Suyono. Komite Sekolah selama waktu penyelenggaraan sekolah darurat di pengungsian efektif membangun
komunikasi dengan pihak luar dan wali murid. 2. Pengalaman SD Negeri Keningar 1 dan 2 dalam Manajemen Bencana Erupsi
Merapi
Saat erupsi
Merapi tahun
2010, anak-anak
sekolah sedang
menjalani pembelajaran tengah semester di semester pertama tahun pelajaran 2010-2011.
Erupsi Merapi tahun 2010 kejadiannya hampir sama dengan erupsi Merapi tahun 2006.
Menurut Slamet Kepala Sekolah SD Negeri Keningar 1 tahun 2010 dan Sutarto Kepala Sekolah SD Negeri Keningar 2 tahun 2010 bahwa erupsi Merapi
pada tahun 2006 terjadi siang hari persis pada waktu jam sekolah anak-anak. Semua orang di sekolah panik. Langsung naik kendaraan truk atau pick up yang
disediakan untuk pergi mengungsi. Sehingga banyak anak anak terpisah dari orang
Ahmad Badawi | Peta Risiko Bencana Erupsi Merapi SDN Keningar 1 SDN Keningar 2
Desa Keningar Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang
16
tuanya, asal ikut mengungsi begitu saja. Kejadian letusan Merapi tahun 2010 juga hampir mirip. Tidak ada perintah untuk meliburkan anak oleh Kemendiknas
Kabupaten Magelang, meskipun telah ada pengumuman status awas Merapi. Itu yang membuat panik dan kebingungan sekolah karena memang tidak berani
meliburkan jika tidak ada perintah dari kemendiknas.
Situasi yang sama dialami oleh sekolah di desa lain, seperti digambarkan oleh Titik Sulistiyowati, Kepala Sekolah SD Keningar 1 Tahun 2013. Pada waktu erupsi tahun
2010 Titik Sulistyowati masih sebagai guru SDN Ngargomulyo 1. Tetangga Desa Keningar yang juga merupakan wilayah KRB III.
Pada saat itu, Merapi telah pada tingkat awas Merapi sejak 21 Oktober 2010 tetapi sampai hari Selasa pagi tanggal 26 Oktober belum ada seruan untuk libur
dari Dinas Pendidikan Kabupaten sehingga anak-anak masih masuk seperti biasa. Tetapi pagi itu saya tahu bahwa situasi Merapi makin berbahaya karena saya
dapat SMS dari anak saya yang kebetulan mendapatkan SMS dari temannya di BMG Badan Meteorologi dan Geofisika bahwa kemungkinan tiga jam lagi Merapi
akan meletus. Apalagi sudah ada seruan semua orang yang bekerja di ladang untuk segera pulang dan mengungsi, saya waktu itu juga bingung bagaimana
seharusnya. Apalagi kemudian suasana menjadi gelap gulita karena debu, semua anak-anak dan guru panik sehingga akhirnya diputuskan untuk memulangkan
anak-anak ke orang tua mereka
. Bapak Giya, guru SDN Keningar 2 menuturkan:
Pada waktu tanggal 21 Oktober 2010, pemerintah meningkatkan status
Merapi menjadi Siaga Merapi. Tetapi aktivitas penduduk masih seperti biasa. Saya masih mengajar seperti biasa, waktu letusan tahun 2010 saya masih mengajar di
salah satu sekolah dasar di Dieng Wonosobo. Begitu dapat berita saya langsung pulang dan evakuasi. Baru pada saat 26 Oktober 2010 masyarakat desa mulai
mengungsi keseluruhan ke Lapangan Garonan, Taman Kanak-Kanak TK Banyubiru dan Balai Desa Banyudono selama delapan hari. Setelah letusan meluas
dan ada perintah evakuasi
sampai 20 kilometer. Pengungsi tersebar ke enam tempat, yaitu Selepan Padi Desa Bojong, Lapangan Tembak Salaman,
Kantor KPU Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Magelang, Balai Pertemuan Desa Borobudur, SMP Margoningsih Muntilan dan SMA Fanlite
Muntilan.
Penjelasan serupa juga didapatkan dari Kepala Desa Keningar Tarmuji:
Seperti biasanya, masyarakat mengungsi dengan memilih tempat pengungsiannya sendiri-sendiri, dengan pertimbangan dekat dengan keluarga atau saudara. Tetapi
secara umum masyarakat desa Keningar pindah ke Garonan, Taman Kanak-Kanak TK Banyubiru dan Balai Desa Banyudono selama delapan hari. Semua mengungsi
dengan berbekal seadanya, yang punya ternak ditinggalkan begitu saja. Lah mau gimana lagi. Biasanya kalau mengungsi juga begitu.
Ahmad Badawi | Peta Risiko Bencana Erupsi Merapi SDN Keningar 1 SDN Keningar 2
Desa Keningar Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang
17
Pada saat hari ketiga di pengungsian di tempat pertama di Lapangan Garonan, Taman Kanak- Kanak TK Banyubiru dan Balai Desa Banyudono. Kepala sekolah
SDN Keningar 1 dan 2 meminta kepada guru untuk mengidentifikasi sebaran siswa mereka di pengungsian. Mengidentifikasi sebaran siswa-siswa yang berasal dari
Desa Keningar dan sekitarnya bukanlah perkara mudah karena lokasi pengungsian tersebar. Pilihan arah pengungsian merupakan keputusan pribadi masing-masing
keluarga maupun warga. Koordinasi dan perintah dilakukan melalui Short Message Services SMS dan telepon. Inisiatif pengidentifikasi sebaran pengungsian siswa
merupakan inisiatif sendiri meskipun tanpa perintah dari Kecamatan maupun Dinas Pendidikan.
Kondisi ini digambarkan oleh Budi Lestari, guru SD Negeri Keningar 1 sebagai berikut Wibowo, 2012.
Siswa-siswa kami dari SD Negeri Keningar 1 ternyata berada di beberapa tempat pengungsian. Ada yang dibalai desa Dukun, di Kantor KPRI Dukun, di Balai Desa
Banyudono, Di SD Banyubiru 1 dan juga yang dilapangan Garonan. Sungguh mengenaskan Kami tidak mampu melaksanakan kegiatan belajar mengajar dalam
keadaan siswa tercecer di beberapa tempat.
Pendataan juga dilakukan dengan cara sederhana, mencari informasi dari tetangga di desanya tentang dimana orang tua murid mereka mengungsi. Kebiasaan,
kedekatan dan kekerabatan masyarakat desa menjadi kekuatan di dalam mendapatkan informasi yang akurat tentang kondisi anak-anak siswa SDN
Keningar 1 dan 2. Pendataan juga dilakukan melalui SMS dan telepon. Barulah kemudian di datangi satu persatu. Giya menuturkan:
Dan tiga hari kemudian langsung sudah memulai kegiatan belajar mengajar KBM seadanya dimulai dari jam 08.00 – 10.30 atau kadang sampai jam 11.00. Materi
belajar adalah CALISTUNG Baca Tulis dan Berhitung. Semua anak di kelas digabung menjadi satu di tempat darurat. Praktis kami tetap menyelenggarakan
sekolah selama di pengungsian, kecuali libur empat hari di awal kejadian bencana sesuai edaran dari Dinas Pendidikan Nasional.
Pengajaran CALISTUNG dipakai oleh para guru untuk siswa di sekolah darurat hanya untuk anak-anak di bawah kelas 5 dan 6. Pertimbangannya adalah untuk
anak- anak di usia tersebut fokus utamanya adalah baca tulis dan berhitung, menyanyi, menggambar dan bermain Budi Wijayatno, Guru SD Keningar 2. Aspek
lain adalah beberapa pelajaran selain CALISTUNG pada usia tersebut akan memberatkan siswa. Selain CALISTUNG, metode pembelajaran anak- anak
cenderung student centered atau terfokus pada siswa melalui proses belajar sambil bermain dan bersosialisasi dengan teman sebaya. Situasi belajar sambil
bermain membuat siswa tidak terlalu memikirkan masalah di pengungsian. Pembagian tugas mengajar guru juga dilakukan sesuai perintah dari Kepala
Ahmad Badawi | Peta Risiko Bencana Erupsi Merapi SDN Keningar 1 SDN Keningar 2
Desa Keningar Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang
18
Sekolah SDN Keningar 2 secara bergantian. Di SD Negeri Keningar 1 dan 2, semua tenaga guru dan penjaga sekolah didistribusikan bergantian di tempat-tempat
pengungsian. Kesadaran pengelolaan kelas di situasi darurat dengan belajar CALISTUNG dan bermain berangkat dari pengalaman merespon bencana
sebelumnya.
Dalam catatan Nurkhayati, Guru SD Negeri Keningar 2 Wibowo, 2012, sebagai guru dia harus mendatangi siswa-siswa yang berada di berbagai tempat di
pengungsian untuk memberi materi pembelajaran.
Disamping itu,
bimbingan dan
permainan juga
aku sampaikan
untuk mengantisipasi agar siswa-siswaku terhindar dari trauma. Pembelajaran dibuat
sistem kelompok dengan metode bervariasi. Tema keimanan, ketagwaan dan kemanusiaan selalu kusisipkan pada setiap materi pelajaran. Semua itu untuk
membuat siswa tidak jenuh.
Di kelas darurat tidak tersedia modul pembelajaran khusus yang disiapkan atau diedarkan untuk panduan mengajar. Tantangan nyata justru muncul pada waktu
perintah mengungsi menjauhi puncak Merapi sejauh 20 kilometer. Pengungsi dari desa Keningar kemudian berpindah tempat dan tersebar di empat wilayah dengan
radius jarak yang berjauhan. Pendekatan pendataan juga dilakukan dengan cara yang sama seperti di pengungsian yang pertama. Distribusi guru dan tenaga
pengajar menjadi tantangan terberat, karena selain harus mengurus keluarga yang mengungsi, mereka juga harus tetap mengajar ke siswa mereka meskipun jaraknya
cukup jauh karena beberapa tempat pengungsian berjarak lebih dari 25 kilometer dari tempat tinggal pengungsian para guru. Oleh sebab itu beberapa guru dan juga
anak-anak merasa tertolong dengan adanya relawan yang mengajar mereka di kelas untuk bermain maupun untuk healing.
Mengenai ketersediaan aat belajar dan infrastruktur sekolah, anak-anak justru menyukai fasilitas belajar di barak-barak pengungsian. Karena selalu mendapatkan
semua kebutuhan sekolah separti seragam, buku, sepatu, topi, dasi, pencil dan pulpen, dan buku bacaan baru. Bantuan tersebut di dapat dari Lembaga Swadaya
Masyarakat LSM, pemerintah dan para relawan. Sementara menurut bantuan untuk guru justru tidak ada. Pemahaman tentang bantuan terpilah antara siswa
laki-laki dan perempuan, belum dipertimbangkan. Bantuan tidak spesifik dipilah untuk laki-laki dan perempun maupun berdasarkan kebutuhan usia. Apapun
bantuan diterima.
Terkait sumber daya guru, belum ada pembekalan khusus dari sekolah, dinas pendidikan atau pemerintah terkait pengelolaan sekolah darurat bencana. Bagi
guru senior, apa yang mereka lakukan dalam penyelenggaraan sekolah darurat adalah murni berdasarkan pengalaman penanganan bencana pada tahun
Ahmad Badawi | Peta Risiko Bencana Erupsi Merapi SDN Keningar 1 SDN Keningar 2
Desa Keningar Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang
19
sebelumnya. Sementara pembelajaran kelas rangkap -kelas bersama dimana semua tingkatan kelas belajar dalam satu satu ruang- didapatkan Giya dan guru-
guru lainnya dari kurikulum Pendidikan Guru Sekolah Dasar PGSD. Meski pada waktu itu mereka juga mengaku tidak tahu mengapa harus belajar tentang kelas
paralel. Sekarang para guru-guru yang lulusan PGSD baru merasakan manfaatnya.
Dalam kegiatan Manajemen Berbasis Sekolah MBS, pembagian peran antara guru dan kepala sekolah lebih melekat pada fungsional, Kepala Sekolah mengelola
dan memastikan pelaksanaan KBM berjalan serta berkomunikasi dengan kepala sekolah yang lain maupun dengan dinas. Meskipun demikian tidak ada
pembahasan khusus tentang standar pelaksanaan sekolah darurat, peran guru, peran kepala sekolah maupun peran dinas pendidikan. Semua berjalan dalam
situasi emergency, yang penting kegiatan KBM berjalan untuk anak-anak. Hal yang sama juga terjadi pada monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan sekolah darurat
di pengungsian. Keseluruhan guru mengaku tidak ada monitoring dan evaluasi terkait pengelolaan sekolah darurat dari dinas pendidikan maupun pemerintah
sampai sekarang. Dokumen monitoring standar minimal pelaksanaan sekolah darurat juga belum ada. Sampai pelaksanaan sekolah darurat selesai dan para
pengungsi kembali beraktifitas di desa asal. Sekolah kembali berjalan seperti sediakala layaknya sekolah normal kebanyakan. Proses pembelajaran atas
pengalaman berhenti dan menguap begitu saja.