4
Strategi Manajemen Sekolah Berbasis Bencana Erupsi SMSBBE Merapi SDN Keningar 1 SDN Keningar 2 Desa Keningar Kecamatan Dukun
Kabupaten Magelang -Jawa Tengah Tahun 2013 | Ahmad Badawi
pembelajaran. Kedua, Mengembangkan kegiatan-kegiatan pencegahan, mitigasi bencana dan kesiapsiagaan bencana di Sekolah.
2. Konsep Dasar
Konsep dasar SMSBBE SD Negeri Keningar 1 dan 2 mengikuti siklus status Merapi. Pada saat status Merapi Aktif Normal dan Waspada. Kebutuhan manajemen
sekolah adalah kurikulum kebencanaan dan manajemen sekolah berbasis bencana MSBB.
Gambar 4.6 Siklus Kebutuhan Manajemen Sekolah Berbasis Bencana Erupsi Merapi
Pada saat
Siaga Merapi
kebutuhan manajemen
sekolah adalah
melakukan simulasi,
informasi, lokasi
dan prosedur
pengungsian. Pada
saat status awas Merapi, Kebutuhan Sekolah adalah Mengungsi ke Tempat
Pengungsian sesuai dengan prosedur Standar Keselamatan Dasar dan Evakuasi SKDE
Sekolah. Sementara
pada saat
menjalankan sekolah
darurat di
pengungsian, kebutuhan
manajemen sekolah
adalah materi
dan alat-
alatsaranaprasarana sekolah darurat. Pada saat kembali ke sekolah, kebutuhan sekolah adalah perbaikan kerusakan infrastruktur dan memastikan segera
kegiatan belajar mengajar aktif kembali.
Siklus tersebut merupakan spiral yang bergerak keatas mulai dari Aktif Normal dan Waspada Merapi menuju ke Siaga Merapi, Awas Merapi, Sekolah Darurat dan
Kembali ke Sekolah. Pada saat kembali ke sekolah, siklus lanjutan dimulai lagi dari bawah dimana status Merapi adalah Normal Aktif dan Waspada Merapi.
Perbedaannya siklus pertama dan kedua adalah level kualitas manajemen sekolah yang diperlukan. Pada saat kondisi sekolah normal kembali, sekolah mengevaluasi
5
Strategi Manajemen Sekolah Berbasis Bencana Erupsi SMSBBE Merapi SDN Keningar 1 SDN Keningar 2 Desa Keningar Kecamatan Dukun
Kabupaten Magelang -Jawa Tengah Tahun 2013 | Ahmad Badawi
terhadap pendekatan manajemen, prosedur, sumber daya manusia dan kebijakan maupun alat-alat pendukung berjalan sesuai dengan konsep Strategi Manajemen
Sekolah Berbasis Bencana Erupsi Merapi SMSBBE yang ditetapkan. Dengan siklus ini maka semua pengalaman respon bencana akan menjadi basis pengetahuan
baru dan di terapkan dalam sistem manajemen sekolah yang meningkat sesuai kebutuhan.
a. Mengapa Perlu SMSBBE Merapi?
Pertimbangan utama adalah komunitas sekolah yang terletak di wilayah risiko tinggi bencana erupsi Merapi KRB III terutama siswa dan diffable merupakan
salah satu kelompok rentan terhadap paparan erupsi Merapi. Komunitas sekolah meliputi siswa, guru dan tenaga kependidikan, orang tua siswa dan masyarakat
sekitar merupakan sumber daya dan aset yang harus menjadi prioritas pembangunan. Sekolah sebagai aset pengetahuan dan aset membangun
peradaban merupakan indikator penting dalam kemajuan bangsa Indonesia. Oleh sebab itu Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28 C ayat 1, Pasal 31 dan Pasal 32 Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan jaminan atas hak dasar warga negara di bidang pendidikan UUD 1945, 2002. Sebagaimana
dituangkan didalam Bab IV. Hak dan Kewajiban Warga Negara, Orang Tua, Masyarakat, dan Pemerintah, Pasal 5 Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional
Nomor 23 tahun 2003 Depdiknas, 2003.
Arah pembangunan millenium dunia terkait pengurangan risiko bencana saat ini menjadi prioritas. Konferensi Dunia untuk Pengurangan Risiko Bencana World
Conference on Disaster Reduction di Kobe Jepang tahun 2005, 168 negara termasuk Indonesia menandatangani pesetujuan global bagi pengurangan risiko
bencana yang dituangkan dalam Hyogo Frame Work for Action HFA 2005 – 2015. Ada tiga tujuan strategis dan lima pilar prioritas kegiatan HFA. Tujuan strategi
tersebut: pertama Integrasi yang lebih efektif pengurangan risiko bencana ke dalam
kebijakan pembangunan
secara berkelanjutan,
perencanaan dan
penyusunan program pada semua jenjang dengan secara khusus memberikan penekanan pada pencegahan bencana, mitigasi, kesiapsiagaan dan pengurangan
kerentananan. Kedua, pengembangan dan penguatan kelembagaan, mekanisme dan kapasitas pada semua tingkat secara lebih khusus pada tingkat masyarakat,
yang dapat secara sistematis memberikan sumbangan terhadap pembangunan dalam menghadapi bahaya. Ketiga, kerjasama sistematis dari pendekatan
pengurangan risiko bencana ke dalam rencana dan pelaksanaan program tanggap darurat, respon dan program pemulihan di dalam proses rekonstruksi dari
masyarakat yang terkena bencana.
6
Strategi Manajemen Sekolah Berbasis Bencana Erupsi SMSBBE Merapi SDN Keningar 1 SDN Keningar 2 Desa Keningar Kecamatan Dukun
Kabupaten Magelang -Jawa Tengah Tahun 2013 | Ahmad Badawi
Hyogo Frame Work for Action HFA menetapkan lima prioritas kegiatan untuk mencapai tiga tujuan tersebut ditahun 2015 pertama, memastikan bahwa
pengurangan risiko bencana ditempatkan sebagai prioritas nasional dan lokal dengan
dasar institusional
yang kuat
dalam pelaksanaannya.
Kedua, mengidentifikasi, mengevaluasi dan memonitor risiko-risiko
bencana dan meningkatkan pemanfaatan peringatan dini. Ketiga, menggunakan pengetahuan,
inovasi dan pendidikan untuk membangun suatu budaya aman dan ketahanan pada semua tingkatan. Keempat, mengurangi faktor-faktor risiko dasar. Kelima,
memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana dengan respon yang efektif pada semua tingkatan. Memperkuat kapasitas-kapasitas pada tingkat komunitas untuk
mengurangi risiko bencana pada tingkat lokal, dimana individu dan komunitas memobilisir sumberdaya lokal untuk upaya mengurangi kerentanan terhadap
bahaya. Secara khusus, pada kontek pendidikan, pengurangan risiko bencana sesuai HFA, pendidikan merupakan capaian tujuan kunci bagi penggunaan
pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun budaya aman dan ketahanan di semua tingkatan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah, 2010.
Secara teknis
operasional Surat
Edaran Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional Nomor
70aMPNSE2010 tentang Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana di Sekolah 2010, menegaskan masih rendahnya kesiapsiagaan komunitas sekolah
dan minimnya pengetahuan tentang bencana alam, yang disebabkan karena: 1. Belum ada kebijakan nasional dibidang pendidikan tentang penanggulangan
bencana 2. Di era desentralisasi pendidikan: upaya-upaya pengurangan risiko bencana ke dalam kegiatan pembelajaran di sekolah belum banyak dilakukan. 3.
Baru ada beberapa propinsi yang sudah memiliki kebijakan dalam bentuk peraturan daseran tentang penanggulangan bencana.
Undang Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana menegaskan bahwa Strategi Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana di
Sekolah adalah kegiatan jangka panjang yang diutamakan untuk mengintegrasikan materi pembelajaran pendidikan kebencanaan kedalam kurikulum tingkat satuan
pendidikan, bagi semua satuan pendidikan dasar dan menengah 2007.
b. Prinsip-prinsip SMSBBE Merapi
Sesuai kompilasi Surat Edaran Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional Nomor 70aMPNSE2010
tentang Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana di Sekolah 2010 dan