KapasitasKetahanan Sekolah Rendah Terhadap Risiko Erupsi Merapi
Ahmad Badawi | Peta Risiko Bencana Erupsi Merapi SDN Keningar 1 SDN Keningar 2
Desa Keningar Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang
29
alat-alat keselamatan dasar dan produk-produk kebijakan manajemen sekolah bagi pengurangan risiko bencana erupsi belum tersedia.
Dukungan sumber daya manusia sebagai pemangku utama kapasitas dan ketahanan
sekolah menunjukkan
pemahaman manajemen
sekolah bagi
pengurangan risiko bencana masih rendah. Kepala Sekolah, guru, siswa dan wali murid belum terlatih manajemen bencana erupsi Merapi seperti protap evakuasi
dan pengungsian dan standar keselamatan dasar di sekolah. Meskidemikian guru, siswa dan wali murid terbukti memiliki komitmen tinggi mendukung kebijakan
sekolah dalam menghadapi situasi bencana erupsi Merapi tahun 2010. Sementara pengetahuan lokal yang dimiliki oleh sekolah adalah sekolah memiiki pengalaman
mengelola respon darurat dan evakuasi siswa, guru dan wali murid di saat erupsi Merapi. Sekolah juga memiliki pengalaman menyelenggarakan sekolah darurat
bagi siswa di pos-pos pengungsian.
Tabel 4.6. Peta KapasitasKetahanan Sekolah SD Negeri Keningar 1 dan Keningar 2
Kepemili kan
Ketersediaan Alat
Kapasitas SDM Pengetahuan
Lokal Dukungan
Masyarakat Tanggung
Jawab Pemerintah
Lahan dan
banguna n sekolah
permane n
milik Negara
Alat-alat keselamatan
dasar risiko
bencana erupsi bagi guru dan
siswa belum
tersedia Kebijakan
manajemen sekolah
bagi pengurangan
risiko bencana
belum memadai Sekolah
belum memiliki protap
emergency respon
Pemahaman manajemen
sekolah bagi
pengurangan risiko
bencana rendah.
Guru, siswa dan wali
murid belum
terlatih menajemen
bencana evakuasi
Guru berkomitmen
tinggi mendukung
kebijakan sekolah
dalam situasi bencana.
Sekolah memiliki
pengalaman mengelola
bencana erupsi.
Sekolah memiliki
pengalaman menyelenggar
akan
sekolah darurat.
Komite sekolah
berjalan dengan
baik Masyaraka
t dan wali murid
mendukun g
semua kebijakan
sekolah Sekolah
gratis, dana
program emergency,
rekonstruksi, rehabilitasi
sekolah. Dukungan
teknis
alat- tools, kebijakan
operasional diknas kurang
Respon pemerintah
lambat. Belum
ada pendidikan
kebencanaan bagi
kepala sekolah guru.
Pada aspek dukungan masyarakat, Komite Sekolah di SD Negeri Keningar 1 dan 2 berjalan dengan baik serta masyarakat dan wali murid mendukung semua
kebijakan sekolah. Peran komite sekolah atau setidaknya secara personal, dalam penanganan pengungsian dan sekolah darurat cukup tinggi komitmennya. Pada
aspek dukungan pemerintah, sekolah SD Negeri Keningar 1 dan 2 didukung oleh penetapan kebijakan sekolah gratis pada tingkat dasar sesuai dengan amanat
Ahmad Badawi | Peta Risiko Bencana Erupsi Merapi SDN Keningar 1 SDN Keningar 2
Desa Keningar Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang
30
Undang-Undang Sisdiknas Nomor 23 Tahun 2003. Tersedia juga lokasi dana dari pemerintah pusat dan daerah bagi program emergency respons, rekonstruksi,
rehabilitasi pembangunan sekolah. Meskipun demikian, civitas sekolah di SD Negeri Keningar 1 dan 2 menyatakan bahwa dukungan pendanaan dari
pemerintah bagi rekonstruksi dan rehabilitasi sekolah paska bencana sangat minim. Demikian juga pada dukungan teknis alat-tools dan kebijakan operasional
bagi sekolah terkait pengurangan risiko bencana juga tidak memadai. Dukungan dari dinas pendidikan setempat maupun pada tingkat nasional dirasakan oleh
civitas sekolah dan masyarakat masih kurang. Pada saat bencana erupsi Merapi terjadi civitas sekolah juga menilai bahwa respon pemerintah lambat. Bahkan
pendidikan kebencanaan bagi kepala sekolah dan guru-guru di sekolah-sekolah di wilayah KRB III khususnya di SD Negeri Keningar 1 dan 2 belum pernah dilakukan.
Deskripsi kapasitas dan ketahanan sekolah SD Negeri Keningar 1 dan 2 diatas menghadapi kelemahan dan kekuatan yang mendasar. Kekuatan dan kapasitas
civitas sekolah SD Negeri Keningar 1 dan 2 dapat diuraikan sesuai tabel 4.7 di bawah. Berdasarkan tabel tersebut, dapat diuraikan pertama, Bentuk Ancaman
Pra Erupsi. Semburan abu vulkanik yang terjadi sewaktu-waktu. Bentuk ancaman ini sekolah memiliki kekuatan bahwa sekolah sudah terbiasa dengan aktifitas
Merapi baik dalam kondisi tenang pra erupsi maupun dalam kondisi erupsi. Dibuktikan sekolah mampu menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar standar
sesuai dengan amanat undang-undang 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Tanda-tanda akan bahaya erupsi Merapi juga difahami oleh civitas
sekolah meskipun satu sisi belum tersedia respon standar yang tentukan oleh sekolah bagi civitas sekolah.
Pada sisi lain, kelemahan SD Negeri Keningar 1 dan 2 adalah sampai saat ini belum tersedia alat-alat standar keselamatan bagi siswa dan guru pada saat terjadi erupsi
Merapi. Alat-alat standar keselamatan yang dibutuhkan adalah masker, tabung oksigen, kacamata, penutup kepala dan obat-obatan Pertolongan Pertama pada
Kecelakaan P3K. Termasuk penting juga adalah tersedianya tenaga terlatih yang bisa menjalankan fungsi pertolongan pertama pada saat terjadi kecelakaan. Tenaga
terlatih ini dapat dilekatkan pada fungsi salah satu guru yang dilatih khusus untuk menjalankan fungsi tersebut. Menghidupkan kembali program dokter kecil yang
pernah dijalankan oleh siswa sekolah dasar di tahun 80 dan 90 an dengan melatih siswa menghindari kecelakaan dan melakukan pertolongan pertama pada saat
erupsi. Kelemahan mendasar pada pra erupsi adalah semua pengalaman dan kekuatan sekolah belum dirumuskan dalam peta risiko bencana yang bisa
dijadikan rujukan kebijakan manajemen dan pengajaran sekolah. Bentuk secara operasional adalah pengalaman penanganan risiko bencana erupsi Merapi belum
Ahmad Badawi | Peta Risiko Bencana Erupsi Merapi SDN Keningar 1 SDN Keningar 2
Desa Keningar Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang
31
secara khusus dimasukan dalam materi ajar bagi siswa dan peningkatan kapasitas gurukepala sekolah.
Tabel 4.7 Peta Kekuatan dan Kelemahan Kapasitas SD Negeri Keningar
Bentuk Ancaman
Kekuatan Sekolah Kelemahan Sekolah
Pra Erupsi Semburan
abu vulkanik
yang terjadi sewaktu-
waktu Sekolah sudah terbiasa
dengan aktifitas Merapi. Mampu menyelenggarakan
sekolah standar. Tanda-tanda bahaya erupsi
Merapi di fahami sekolah. Belum tersedia alat-alat standar keselamatan bagi
siwa dan guru seperti masker, kacamata, penutup kepala, oksigen, dan P3K lainnya.
Belum ada peta risiko bencana erupsi Merapi. Kurikulum kebencanaan belum diajarkan kepada
siswa, guru kepala sekolah. Belum ada manajemen sekolah bagi pengurangan
risiko bencana erupsi.
Saat Erupsi Aliran
lavamagm a, Awan
panas, Gas beracun,
Hujan Abukerikil
Informasi BPPTKBNPB status Merapi. Alat komunikasiHP
dimiliki guru wali Murid Informasi status Merapi belum sampai ke semua
lapisan masyarakat rentan. Sumber informasi belum jelassimpang-siur.
Sekolah memiliki pengalaman manajemen
tanggap bencana Belum disusun standar manajemen sekolah bagi
pengurangan risiko bencana yang terintegrasi
Dukungan Negara dan pihak luar tinggi LSM, Universitas
Berjalan sendiri-sendiri belum terkoordinasi dalam rencana aksi bersama.
Komite sekolah di didukung oleh budaya gotong royong
Prosedur dan jalur evakuasi di sekolah belum ada. Lokasi pengungsian akhir TPA tidak jelas
Banjir Lahar
Dingin Masyarakat memiliki
pengalaman mengenali banjir lahar dingin.
Peta ancaman risiko bencana banjir lahar dingin belum di fahami masyarakat.
Lokasi pengungsian aman masih belum jelas.
Sekolah Darurat
Pengalaman mengelola sekolah darurat
Lokasi pengungsian terpencar, belum terencana. Pengalaman belum dijadikan standar manajemen
Paska bencana
Sekolah kuat dalam inisitif menyelenggarakan kegiatan
belajar mengajar sesegara mungkin.
Dukungan rehabilitasi dan rekonstruksi sekolah tinggi.
Gotong royong masyarakat, LSM dan Universitas.
Sekolah rusak, ruang kelas penuh debu dan pasir; KBM belum siap dalam jangka waktu satu bulan;
Pengalaman penanganan bencana belum menjadi materi ajar dan kebijakan sekolah.
Kegiatan program mitigasi dan kesiapsiagaan sekolah terhadap bencana belum disusun karena
dukungan
kementerian pendidikan
nasional terkait hal ini masih kurang.
Tujuan pembelajaran risiko bencana erupsi Merapi adalah dapat meningkatkan pemahaman, kewaspadaan dan kedewasaan siswa belajar hidup bersama risiko
bencana. Memahami situasi dan respon yang harus dilakukan pada saat terjadi
Ahmad Badawi | Peta Risiko Bencana Erupsi Merapi SDN Keningar 1 SDN Keningar 2
Desa Keningar Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang
32
ancaman bahaya erupsi Merapi. Termasuk kebijakan operasional sekolah terkait dengan pengurangan risiko bencana, emergency respon, evakuasi, pengungsian
dan sekolah darurat.
Pengalaman pembelajaran kebencanaan juga penting dijadikan bahan peningkatan kapasitas sumber daya guru dan kepala sekolah. Bagi guru peningkatan kapasitas
tentang manajemen bencana dapat mengembangkan kegiatan belajar tentang materi kebencanaan bahkan trauma healing yang tepat kepada siswa. Guru juga
dapat meningkat kemampuannya dalam partisipasi menyusun dan menjalankan standar respon yang diperlukan oleh sekolah pada saat situasi pra erupsi,
emergency respon, evakuasi, pengungsian, penyelenggaraan sekolah darurat dan paska bencana.
Sementara manfaat peningkatan kapasitas manajemen kebencanaan bagi Kepala Sekolah adalah meningkatkan kemampuan kepala sekolah mengintegrasikan
kebencanaan didalam kebijakan-kebijakan sekolah. Kebijakan ini meliputi program sekolah pra erupsi, saat emergency respon, mekanisme evakuasi, pengelolaan
pengungsian, penyelenggaraan sekolah darurat dan kegiatan rekonstruksi dan rehabilitasi paska bencana. Integrasi kebijakan manajemen sekolah berbasis
bencana dapat menjadikan sekolah SD Negeri Keningar 1 dan 2 sebagai model pengelolaan sekolah dasar yang berada di wilayah risiko tinggi bencana erupsi
gunung berapi.
Kedua, saat terjadi erupsi. Yaitu pada saat terjadi aliran lavamagmalahar, awan panas, gas beracun dan hujan abu. Kekuatan sekolah pada tahapan ini adalah
sekolah dapat mengakses informasi BPPTKBadan GeologiBNPB tentang situasi Merapi. Kemampuan untuk akses informasi perkembangan status Merapi dari
waktu ke waktu menjadi penting untuk sekolah dalam menentukan langkah- langkah yang diperlukan. Karena meskipun SD Negeri Keningar 1 dan 2 merupakan
satuan pendidikan berada di bawah Kementerian Pendidikan Kabupaten Magelang, tetapi informasi perkembangan langkah-langkah apa yang harus
dilakukan sekolah pada saat erupsi lambat dan kurang jelas. Kemampuan akses informasi ini juga didukung oleh kepemilikan alat-alat komunikasi seperti Hand
Phone yang hampir dimiliki oleh semua guru dan wali murid. Meskipun demikian, ditemukan sisi kelemahan pada rujukan sumber informasi yang belum jelas atau
simpang siur. Kelemahan ini disebabkan oleh kemudaan akses informasi yang terpercaya oleh masyarakat dan sekolah belum tersedia. Misalnya informasi lewat
radio. Jaman sekarang jumlah radio terbatas dan lebih banyak jumlah televisi. Tetapi televisi memiliki kelemahan pada pemberitaan yang tersentral pada
informasi global tingkat nasional.
Ahmad Badawi | Peta Risiko Bencana Erupsi Merapi SDN Keningar 1 SDN Keningar 2
Desa Keningar Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang
33
Kekuatan lain adalah sekolah memiliki pengalaman manajemen tanggap bencana. Meskipun pengalaman tanggap bencana tersebut masih merupakan emergency
response dan belum tersusun dalam rencana tindakan yang baik, tetapi pengalaman tersebut dapat menjadi tumpuan menyelenggarakan respon bencana
yang dibutuhkan oleh siswa, guru dan orang tua murid. Pada bagian ini justru titik kelemahan
sekolah. Karena
pengalaman emergency
response, evakuasi,
mengelolaan sekolah darurat dan proses rehabilitasi sekolah, belum menjadi kebijakan baku operasional sekolah. Artinya kebutuhan dan tantangan di dalam
menghadapi situasi bencana belum mampu mengubah pendekatan manajemen penyelenggaraan sekolah.
Kekuatan pada kepemilikan lahan dan sekolah dibawah tanggung jawab Negara, menjamin keberlangsungan sekolah dasar Negeri Keningar 1 dan 2. Dukungan dari
luar sekolah seperti dari lembaga swadaya masyarakat, universitas maupun organisasi massa lainnya juga cukup banyak. Meskipun demikian kelemahannya
adalah dukungan dari pemerintah, lembaga swadaya masyarakat dan universitas masih berjalan sendiri-sendiri belum terkoordinasi dalam rencana aksi bersama
untuk sekolah maupun untuk desa.
Kekuatan sekolah juga tampak dari kinerja komite sekolah yang didukung oleh budaya gotong royong warga Keningar. Dalam kontek manajemen sekolah
berbasis pengurangan risiko bencana, kelemahan komite sekolah dan desa adalah sampai saat prosedur dan jalur evakuasi belum bisa susun karena desa juga belum
menyusun prosedur yang sama. Lokasi pengungsian akhir yang rencananya ditetapkan oleh pemerintah belum jelas. Oleh sebab itu kondisi kebijakan
operasional sekolah terkait prosedur dan jalur evakuasi belum bisa di susun.
Ketiga, banjir lahar dingin. Kekuatan yang dimiliki sekolah adalah masyarakat memiliki pengalaman mengenali banjir lahar dingin yang biasanya mengalir deras
di Sungai Senowo dan Sungai Cacaban. Khusus untuk SD Negeri Keningar 1, beberapa siswa berasal dari desa Ngargotontro yang jika berangkat dan pulang
sekolah harus menyebrangi sungai Cacaban. Risiko ancaman bahaya siswa di SD Negeri Keningar 1 cukup tinggi. Sementara kelemahan yang dirasakan oleh sekolah
adalah, pemerintah belum menerbitkan peta risiko bencana banjir lahar dingin sesuai perkembangan erupsi Merapi terbaru. Oleh karena itu lokasi pengungsian
yang aman dari risiko banjir lahar dingin masih belum jelas.
Keempat, sekolah darurat. Kekuatan sekolah adalah memiliki pengalaman mengelola sekolah darurat di pengungsian bagi siswa. Penyelenggaraan sekolah
darurat ini diselenggarakan oleh SD Negeri Keningar 1 dan 2 dengan susah payah. Faktor yang mempengaruhi adalah lokasi pengungsian siswa terpencar-pencar di
berbagai tempat tidak dalam satu lokasi yang sama. Kelemahan lainnya adalah
Ahmad Badawi | Peta Risiko Bencana Erupsi Merapi SDN Keningar 1 SDN Keningar 2
Desa Keningar Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang
34
penyelenggaraan materi sekolah darurat dilakukan berdasarkan kekuatan improvisasi guru dan kepala sekolah. Sampai saat ini pengalaman inisiatif sekolah
SD Negeri Keningar 1 dan 2 belum dijadikan standar manajemen sekolah darurat baik oleh sekolah, maupun dari kementerian pendidikan nasional di tingkat lokal
dan nasional.
Kelima, paska
bencana. Sekolah
memiliki kekuatan
di dalam
inisitif menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar sesegera mungkin setelah anak-anak
kembali ke desa. Dukungan dari luar sekolah terhadap kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi paska bencana sekolah cukup tinggi. Mulai dari dukungan gotong
royong masyarakat desa, dana program pemerintah, program kerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat dan Universitas untuk program land clearing dan
perbaikan infrastruktur sekolah. Kelemahannya adalah dukungan dari luar sekolah tidak saling bersinergi tetapi parsial. Diperlukan kemampuan untuk membangun
sinergi program antara semua stakeholder tersebut dalam satu program bersama.
Pada sisi kebutuhan teknis, dibutuhkan waktu perbaikan dan pembersihan yang lama terhadap infrastruktur sekolah yang rusak, penuh debu dan pasir. Kadang
kegiatan belajar mengajar siswa baru berjalan normal setelah satu bulan sejak di bersihkan. Meskipun sekolah memiliki inisiatif yang kuat dan ada dukungan dari
pemerintah, lembaga swadaya masyarakat dan universitas, tetapi belum menyentuh pada kelemahan yang paling mendasar. Yaitu pengalaman penanganan
bencana belum menjadi materi ajar di sekolah. Kegiatan program mitigasi dan kesiapsiagaan bencana di sekolah juga belum menjadi prioritas di kondisi paska
bencana.
Faktor kelemahan
dukungan kebijakan
untuk menginternalisasi
pengalaman pengelolaan, mitigasi dan kesiapsiagaan bencana di sekolah dari kementerian pendidikan nasional dirasakan juga masih kurang.