Kajian Pustaka KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

2.1 Kajian Pustaka

Penelitian ini meneliti teks terjemahan buku bilingual yang berupa wacana sains untuk mengdentifikasi jenis metafora gramatikal dan keakuratan terjemahan. Menurut TLSF, dalam menganalisis wacana ada lima pokok pikiran yang menjadi dasar atau kerangka kerja yaitu: 1 bahasa adalah sistem, 2 bahasa adalah fungsional, 3 fungsi bahasa adalah membuat makna- makna, 4 bahasa adalah semiotik sosial, dan 5 penggunaan bahasa adalah kontekstual. TLSF juga berfokus pada kajian teks atau wacana dalam konteks sosial. Pada dasarnya, wacana dan teks berada diranah yang berbeda. Wacana berada diranah sosial sedangkan teks ada diranah linguistik. Tetapi walaupun terpisah ranah, wacana dan teks merupakan satu realisasi karena wacana mendapat ekspresinya di dalam teks. Halliday berpendapat 1994: xvii bahwa tidak ada kajian bahasa yang bebas dari nilai atau anggapan dasar. Pernyataan tersebut menegaskan bahwa dalam perpektif linguistik fungsional sistemik LSF, bahasa merupakan sistem arti dan sistem lainnya yaitu sistem bentuk dan ekspresi untuk merealisasikan arti tersebut. Menurutnya teks adalah sebagai kumpulan makna yang diungkapkan atau dikodekan dalam kata- kata dan struktur. Halliday dan Hasan 1976:1 juga sependapat memaknai teks adalah unit dari penggunaan bahasa, bukan unit gramatika seperti klausa dan kalimat dan bukan didefenisikan mengikuti ukuran. Menurut pendapat mereka teks juga dapat memperlihatkan sejenis kesatuan atau tekstur yang memberikan kemampuan Universitas Sumatera Utara kepada teks itu sendiri agar dapat diperhatikan secara sosial sebagai sesuatu yang utuh. Teks mempunyai unit bermakna yang menjadi sumber pembuat makna dan mengandung kualitas suara untuk teks lisan atau naskah teks tulis. Sementara itu, Machali 2009:34 berpendapat bahwa teks adalah perwujudan suatu bahasa dan bahasa itu sendiri hakikatnya adalah unsur kebudayaan, jadi membahas teks terjemahan tidak terlepas hubungannya dengan kebudayaan. Selain teks, wacana juga dianalisis menggunakan pendekatan sistemik fungsional yang dipelopori oleh Halliday. Pendekatan sistemik fungsional memandang bahwa analisis wacana sebagai satu unit makna yang menjadi objek kajian. Konstribusinya terhadap pemahaman teks menunjukkan bahwa analisis linguistik mampu membuktikan bagaimana dan mengapa sebuah teks mempunyai arti seperti yang dikandungnya. Dalam prosesnya, analisis wacana juga mampu memperlihatkan makna yang beragam, alternatif, ambiguitas, metafora dan yang lainnya. Berbicara tentang metafora dalam analisis suatu wacana maka dalam bidang linguistik dikenal dua jenis metafora yaitu metafora leksikal dan metafora gramatikal. Menurut Halliday 1985:320, metafora leksikal merupakan variasi dalam penggunaan kata, yakni makna yang direalisasikan dari kata yang dipilih berbeda dengan makna lazim. Sedangkan metafora gramatikal adalah merupakan variasi realisasi makna melalui bentuk lexico-grammar yang pada dasarnya digunakan untuk merealisasikan makna yang berbeda. Halliday, 1994:341. Realisasi makna tersebut dapat dinyatakan metafora apabila dikaitkan dengan cara yang berbeda dalam merealisasikan makna yang sama dan lebih lazim. Halliday 1994:XVII juga berpendapat bahwa hubungan antara makna dan kata bukanlah Universitas Sumatera Utara hubungan yang arbriter, maksudnya bentuk-bentuk gramatikal berkaitan secara alamiah dengan makna kata yang dikodekan. Dalam penelitian ini, teori LSF yang digunakan dalam menganalisis metafora gramatikal dikaitkan dengan teori penerjemahan karena sumber data adalah buku bilingual. Teori penerjemahan bertolak dari adanya teks penerjemahan yaitu pengalihan pesan yang terdapat dalam teks bahasa lain. Ada dua jenis teori penerjemahan yaitu: a Teori yang bertujuan mendukung praktik penerjemahan dan b Teori yang berorientasi pada penelitian tentang penerjemahan. Kajian dalam penerjemahan dipelopori oleh Newmark 1988 yang mendefinisikan terjemahan sebagai berikut: “Translation is the superordinate term for converting the meaning of any source language utterance to the target language”. Maksud dari definisi tersebut adalah bahwa didalam penerjemahan terjadi suatu proses konversi makna ujaran dari bahasa sumber kedalam bahasa sasaran. Selanjutnya dalam melakukan proses penerjemahan, Newmark 1988:5 menjelaskan bahwa teks adalah sesuatu yang memiliki dinamika dan bukan sekedar sesuatu yang statis. Selaras dengan pendapat diatas, Catford 1965:20 juga menyatakan bahwa translation is the replacement of textual material in one language SL by equivalent textual material in another language TL. Pemahaman dari definisi tersebut adalah bahwa suatu penerjemahan merupakan proses pertukaran atau pengalihan suatu teks dari bahasa sumber dengan mencari kesepadanan terdekat ke dalam bahasa sasaran. Senada dengan Catford, menurut Munday pengertian dari penerjemahan ini adalah As changing of an original verbal language into a written text in a Universitas Sumatera Utara different verbal language Munday:2001:5. Maksud dari teks tersebut adalah bahwa terjemahan merupakan pertukaran bahasa lisan yang original kedalam teks tertulis dalam sebuah bahasa lisan yang berbeda. Sementara itu, Larson 1984 berpendapat bahwa translation consists of transferring the meaning of source language to the receptor language. This done by going from the first language to the second language by way of semantic structure. It is meaning which is being transferred and must held constant. Only the form change. Maksudnya adalah penerjemahan merupakan suatu proses pentransferan makna dari bahasa sumber kedalam bahasa sasaran berdasarkan struktur semantik. Nida and Taber 1969 juga menuturkan bahwa, ”translating consists in reproducing in the receptor language the closest natural equivalent of source language message, first in terms of meaning and secondly in terms of style.” Maksudnya, menerjemahkan adalah suatu usaha untuk memproduksi kembali makna pesan yang terdapat didalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dengan mencari kesepadan makna yang natural dan terdekat dari segi bahasa dan segi gayanya. Menurut Nida dan Taber 1969:12 translasi harus menghasilkan padanan equivalence sedekat mungkin antara bahasa sumber dan bahasa sasaran. Kesepadanan itu mencakup unsur linguistik dan non linguistik dan terdiri dari empat tipe kesepadanan equivalence. Keempat tipe itu adalah: 1 linguistic equivalence yaitu padanan pada tataran linguistik antara BSu dan Bsa, karena setiap bahasa memiliki ciri kebahasaan masing-masing, contohnya adalah penerjemahan kata demi kata. 2 Universitas Sumatera Utara paradigmatic equivalence yaitu kesepadanan pada tataran grammatikal. Kesepadanan ini lebih melihat hubungan antarunsur dalam suatu kalimat dan mengatakan kesepadanan diatas tataran leksikal. 3 stylistic equivalence yaitu kesepadana gaya bahasa antara bahasa sumber dan bahasa sasaran; dan 4 Textual equivalence yaitu kesepadanan pada tataran tekstual. Kesimpulan dari hal di atas adalah bahwa hasil terjemahan harus mempunyai equivalensi terhadap aspek-aspek linguistik, fungsi, gaya bahasa, makna dan struktur teks. Terjemahan yang ideal adalah: 1 terjemahan yang akurat, maksudnya terjemahan tersebut tepat, tidak menyimpang, tidak mengurangi dan tidak menambah makna yang tidak diperlukan. 2 Penerjemahan itu juga terbaca readibility, maksudnya adalah hasil terjemahan tersebut mudah dibaca dan dipahami oleh pembaca. Terakhir 3 terjemahan itu berterima. Maksudnya adalah terjemahan itu dapat diterima oleh pembaca menurut budaya dan bahasa sasaran yang digunakan sipembaca. Sementara itu, Larson 1984 berpendapat bahwa translation consists of transferring the meaning of source language to the receptor language. This done by going from the first language to the second language by way of semantic structure. It is meaning which is being transferred and must held constant. Only the form change. Maksudnya adalah penerjemahan merupakan suatu proses pentransferan makna dari bahasa sumber kedalam bahasa sasaran berdasarkan struktur semantik. Sehubungan dengan itu, Larson mendefenisikan penerjemahan sebagai pengalihan makna dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran melalui tiga hal, yaitu: 1 dengan mempelajari leksikon, struktur grammatikal, situasi komunikasi Universitas Sumatera Utara dan konteks budaya dari teks bahasa sumber. 2 menganalisis teks bahasa sumber untuk menemukan maknanya. 3 mengungkapkan kembali makna yang sama dengan menggunakan yang leksikon dan struktur grammatikal yang sesuai dalam bahasa sasaran. Larson juga mengatakan bahwa ketika seorang penerjemah melakukan proses penerjemahan pada suatu teks maka tujuannya adalah untuk mencapai translasi idiomatik dan berusaha memadankan makna teks yang ada dalam bahasa sumber ke dalam bentuk yang lebih alami pada bahasa sasarannya. 1984:17. Dengan kata lain proses penerjemahan merupakan suatu aktivitas yang berhubungan dengan leksikon, struktur tata bahasa, situasi komunikasi dan konteks budaya teks bahasa sumber yang dianalisis guna menemukan makna sepadan dan berusaha untuk mengkomunikasikan makna teks dari bahasa sumber ke dalam bentuk alami suatui bahasa sasaran sehingga terciptalah hasil terjemahan yang baik dan benar. Larson 1984:4 secara sederhana menampilkan figura proses penerjemahan sebagai berikut: SOURCE LANGUAGE RECEPTOR LANGUAGE Figura 1 : Proses Penerjemahan Larson, 1984:4 Text to be translated Translation Re-express the meaning Discover the meaning MEANING Universitas Sumatera Utara Sementara itu, dalam artikelnya “On Linguistic Aspect of Translation” Jakobson membagi translasi atas tiga jenis Munday: 2012 yaitu: a. Intralingual Translation Translasi Intralingual adalah interpretasi tanda verbal dengan menggunakan tanda lain dalam bahasa yang sama b. Interlingual Translation Translasi Interlingual adalah interpretasi tanda verbal dengan melibatkan dua bahasa yang berbeda. c. Intersemiotic Translation Translasi Intersemiotik adalah interpretasi tanda verbal dengan tanda dalam sistem tanda non-verbal Hatim dan Munday berpendapat bahwa dalam penerjemahan, teks yang diterjemahkan mengalami perbedaan pada konsep atau kondisi yang berbeda-beda baik dari jenis maupun bentuk-bentuk tulisannya yang kurang terstruktur. Disini penerjemah harus menghadapi keadaan tersebut dan berusaha untuk mengatasi semua masalah yang dapat memperlambat proses penerjemahan. Jadi penerjemah harus menyelaraskan kode bahasa, nilai budaya, dunia dan persepsi tentang dunia tersebut, gaya estetika dan sebagainya. Penerjemahan juga mengandung makna sebagai suatu usaha penulisan ulang yang telah dituliskan oleh seseorang dalam menyampaikan pesan yang ditulis dalam suatu bahasa kedalam bahasa lainnya. Semua pendapat-pendapat para ahli diatas menegaskan dan menyakini bahwa dalam proses penerjemahan sangat diperlukan penguasaan kosa kata dari dua bahasa atau lebih, agar makna kata yang pada bahasa sumber dapat ditemukan padanan katanya dengan mudah dalam bahasa sasaran. Universitas Sumatera Utara

2.2 Kerangka Teori

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI KOORDINATIF Pada TEKS TERJEMAHAN ALQURAN SURAT SABA’ Analisis Kohesi Gramatikal Konjungsi Koordinatif Pada Teks Terjemahan Al-Quran Surat Saba’.

0 2 15

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI KOORDINATIF PADA TEKS TERJEMAHAN ALQURAN SURAT SABA’ Analisis Kohesi Gramatikal Konjungsi Koordinatif Pada Teks Terjemahan Al-Quran Surat Saba’.

0 1 18

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PADA TEKS TERJEMAHAN ALQURAN SURAH IBRAHIM Analisis Kohesi Gramatikal Pengacuan pada Teks Terjemahan Alquran Surah Ibrahim.

0 2 12

PENDAHULUAN Analisis Kohesi Gramatikal Pengacuan pada Teks Terjemahan Alquran Surah Ibrahim.

0 1 5

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PADA TEKS TERJEMAHAN ALQURAN SURAH IBRAHIM Analisis Kohesi Gramatikal Pengacuan pada Teks Terjemahan Alquran Surah Ibrahim.

0 3 17

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI PADA TEKS TERJEMAHAN ALQURAN SURAH AL AHZAB Analisis Kohesi Gramatikal Konjungsi Pada Teks Terjemahan Alquran Surah Al Ahzab.

0 1 13

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI PADA TEKS TERJEMAHAN ALQURAN SURAH AL AHZAB Analisis Kohesi Gramatikal Konjungsi Pada Teks Terjemahan Alquran Surah Al Ahzab.

0 1 16

1. T1: The collection of cells that have equal shape and function is called tissue. The collection of cells that - Metafora Gramatikal Pada Teks Terjemahan Buku Biologi Bilingual

0 1 27

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Metafora Gramatikal Pada Teks Terjemahan Buku Biologi Bilingual

0 0 11

Metafora Gramatikal Pada Teks Terjemahan Buku Biologi Bilingual

0 0 12