ditemukan pada T1 tetapi dapat ditemukan pada T2, seperti kata terjadinya.
Secara literal semestinya T2 di data nomor 7 tersebut diterjemahkan menjadi
pengangkutan air dan garam tanah diangkutdibawa melalui lubang-lubang ujung sel dan T2 data nomor 23 diterjemahkan menjadi Diartrosis adalah
hubungan antar tulang yang menyebabkan berbagai gerakan.
Penambahan kata yang tidak perlu pada T2 juga dapat dilihat pada data
nomor 35, yaitu dengan menambahkan kata mempertahankan. Padahal pada T1 yang ada hanyalah kata strengthen yaitu memperkuat, tetapi pada T2
ditambahkan lagi kata mempertahankan sebagai kata terjemahan dari kata strengthen. Menambahkan suatu informasi merupakan salah satu prinsip
penerjemahan, namun tidak boleh dilakukan jika tidak dibutuhkan. Penambahan informasi harus diarahkan untuk memperjelas maksud dan pesan dari teks sumber.
4.3 Temuan
Analisis data pada penelitian ini diawali dari pengidentifikasian dan pengklasifikasian data pada T1 dan T2. Hal tersebut dilakukan karena data yang
dianalisis dalam menentukan jenis metafora gramatikal dan keakuratan terjemahan berdasarkan teks pada T1 dan T2. Semua data yang diidentifikasi telah
dibandingkan terlebih dahulu antara realisasi metafora dengan realisasi lazimnya. Hasil perbandingan tersebut dapat dijadikan panduan
untuk mengidentifikasi semua data sehingga dapat diketahui termasuk kedalam jenis
metafora gramatikal apa data tersebut. Secara teoritis, analisis data dilakukan dengan menandingkan unsur pengodean yang lazim sedekat mungkin dengan
unsur pengodean metafora. Tujuan yang ingin dicapai dengan cara ini adalah
Universitas Sumatera Utara
untuk melihat secara jelas perubahan realisasi tata bahasa yang lazim ke dalam realisasi tata bahasa metafora.
Parameter dalam menentukan jenis metafora dapat dinilai dari perubahan fungsi dari kelas kata pada klausa metafora gramatikal yang berbeda dengan
klausa lazimnya. Perubahan fungsi ini dijadikan alat untuk mengidentifikasi semua jenis metafora yang ada pada teks terjemahan buku Biologi bilingual
secara jelas. Distribusi data jenis-jenis metafora gramatikal teks terjemahan buku
Biologi bilingual dapat dilihat sebagai berikut: NO
Jenis-jenis metafora Gramatikal
Cakupan Nomor Data
1. Metafora eksperiensial
Relokasi Pengalaman 1, 2, 5, 11, 13, 15,
17, 24, 25, 27, 28, 34, 38, 39
Relokasi proses 3, 4, 6, 8, 10, 26,
30, 33, 37, 40 Relokasi Peringkat
Pengodean Pengalaman Nominalisasi: 7,
29, 32 Grup ke kata: 9,
12, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 35
2. Metafora Interpersonal
Metafora Modus -
Metafora Modalitas 14, 23
Metafora Vokatif -
3. Metafora tekstual
Metafora Rujukan -
Metafora konjungsi 31, 36
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil analisis di atas, maka diketahui bahwa dari semua jenis metafora gramatikal yang ada, yang paling banyak digunakan adalah metafora
eksperiensial. Metafora ini digunakan hampir disetiap cakupan dari jenis metafora ini seperti relokasi pengalaman, relokasi proses dan relokasi peringkat pengodean
pengalaman. Relokasi pengalaman yang ditemukan berjumlah 14 klausa atau 35 sedangkan relokasi proses berjumlah 10 klausa atau 25.
Sementara itu, relokasi peringkat pengodean pengalaman yang terbagi atas dua bagian yaitu penurunan klausa menjadi grup nominalisasi dan penurunan
grup atau frase menjadi kata. Pada bagian nominalisasi hanya terdapat 3 klausa atau 7,5 saja sedangkan pada bagian penurunan grup atau frase menjadi kata
terdapat 9 klausa atau 22,5. Berbeda dengan metafora eksperiensial, maka metafora interpersonal yang
terdiri dari metafora modus, modalitas dan vokatif tidak banyak ditemukan dalam analisis ini. Terdapat 2 klausa atau 5 metafora modalitas yang ditemukan dalam
teks terjemahan buku Biologi tersebut sedangkan metafora modus dan metafora vokatif tidak ditemukan didalam analisis. Hal ini dikarenakan partisipan yang ada
pada teks terjemahan buku ini adalah bukan manusia, melainkan tumbuhan, hewan dan seluruh anggota tubuh sehingga tidak terjadi interaksi dan proses
komunikasi antar mitra tutur selayaknya manusia. Senada dengan metafora interpersonal, metafora tekstual juga tidak
banyak ditemukan. Hal ini terbukti dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa hanya 2 klausa atau 5 saja penggunaannya dalam teks terjemahan buku tersebut.
Kedua klausa tersebut termasuk kedalam metafora konjungsi sedangkan metafora rujukan tidak ditemukan didalam analisis.
Universitas Sumatera Utara
Jenis-jenis metafora gramatikal ini terdentifikasi berdasarkan hasil proses pembagian semua klausa berdasarkan fungsi atas proses, partisipan dan
sirkumstan. Setelah semua klausa dibagi atau dipilah sesuai fungsinya, maka selanjutnya data dianalisis untuk memberikan label pada pembagian atau
pemilahan klausa sesuai dengan teori Halliday yang dirujuk dalam penelitian ini. Hasil penelitian menemukan adanya perubahan fungsi kelas kata antara T1
dan T2. Hal ini disebabkan oleh proses metafora yang dilakukan penerjemah dalam T2. Penggunaan metafora dipilih penulis buku karena bahasa metafora
lebih berterima dan lebih umum sehingga mudah diterima pembaca. Proses metafora tersebut didasari atas pemilahan-pemilahan klausa yang juga dapat
menentukan keakuratan terjemahan pada T2. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dengan adanya perubahan
fungsi kelas kata pada satu klausa ternyata dapat merubah makna klausa tersebut karena struktur gramatikal yang berubah. Hal tersebut sangat berpengaruh pada
kualitas terjemahan khususnya keakuratan. Penyebab lainnya yang juga mempengaruhi kualitas terjemahan pada teks
terjemahan buku Biologi bilingual ini adalah latar belakang penulisnya. Buku ini ditulis dan diterjemahkan oleh orang yang sama dan penutur Indonesia asli. Latar
belakang dari penulis sekaligus penerjemah buku inilah yang mempengaruhi pola kalimat dalam teks terjemahan.
Teks yang ada di T2 sangat didominasi oleh pola struktur kalimat sederhana. Penulis buku lebih cenderung menggunakan struktur kalimat
sederhana pada T1 dan menggunakan bahasa metafora pada T2 sehingga pada T2 sangat mudah ditemukan terjemahan akurat dengan bahasa yang sederhana dan
Universitas Sumatera Utara
mudah dicerna oleh pembaca karena isi atau pesan pada T2 sesuai dengan isi atau pesan yang ada pada T1.
Walaupun hampir semua terjemahan pada T2 didominasi oleh terjemahan yang akurat bukan berarti terjemahan kurang akurat dan tidak akurat tidak dapat
ditemukan. Berdasarkan analisis ditemukan juga beberapa terjemahan kurang akurat dan tidak akurat dengan presentase penggunaan yang rendah. Hal tersebut
disebabkan oleh ketidaktelitian penulis buku dalam mengingat bahwa beliau telah menggunakan metafora gramatikal yang otomatis dapat merubah fungsi dan
makna kata terdahulu secara gramatikal. Kemudian dalam menemukan padanan kata yang tepat untuk T2 beliau
juga menggunakan bahasa metafora. Penggunaan bahasa metafora tersebut sangat berlebihan sehingga penambahan dan pengurangan kata yang tidak perlu sangat
mudah ditemukan dan dapat menganggu keutuhan isi pesan T1 yang mengakibatkan munculnya terjemahan kurang akurat dan tidak akurat.
Berdasarkan analisis diketahui bahwa terjemahan yang paling dominan adalah terjemahan akurat yang berjumlah 31 klausa atau 77,5, terjemahan
kurang akurat ditemukan sebanyak 5 klausa atau 12,5 dan terjemahan tidak akurat ditemukan sebanyak 4 klausa atau 10. Terjemahan akurat berdasarkan
penelitian banyak ditemukan pada jenis metafora gramatikal eksperiensial. Sementara itu, terjemahan kurang akurat dan terjemahan tidak akurat ditemukan
pada jenis metafora gramatikal interpersonal dan tekstual. Rincian distribusi data keakuratan terjemahan metafora pada teks buku
Biologi bilingual dapat dilihat sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Jenis-jenis terjemahan Nomor data
Terjemahan akurat 1, 2, 4, 5,6, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 17, 18, 19,
20, 21, 22, 24, 25, 27, 28, 29, 30, 32, 33, 36, 37, 38, 39, 40
Terjemahan kurang akurat 3, 8, 14, 26, 31
Terjemahan tidak akurat 7, 23, 26, 34, 36
4.3 Pembahasan