Menurut dari informan B selaku staf gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang, bahwa data cakupan yang baru sistem
informasi gizi selalu menjadi acuan dasar dalam perkiraan. Dengan demikian nilai poin untuk data cakupan yang baru
menjadi acuan dasar dalam perkiraan membuat nilai poin menjadi 2 dua yang artinya sudah memadai.
Untuk estimasi data dalam produk sistem informasi gizi ini hanya terdapat pengelompokan usia balita. Untuk usia balita
dibagi menjadi 4 kelompok usia yaitu 0-5 bulan, 6-11 bulan, 12- 23 bulan, dan 24-59 bulan, Oleh karena itu, untuk poin adanya
estimasi data dipisahkan oleh: 1 karakteristik demografis misalnya,usia;2Status Sosial Ekonomi, misalnya pendapatan,
pekerjaan, pendidikan; 3 Wilayah misalnya, urbanrural, utama geografis atau wilayah administratif mendapatkan nilai
poin sebesar 1 satu yang artinya ada tetapi kurang memadai. Dengan demikian hasil rata-rata penilaian produk sistem
informasi gizi Kota Tangerang sebesar 1,6 satu koma enam yang artinya ada tetapi kurang memadai.
5.4.3.2 Gambaran Diseminasi dan Penggunaan Informasi
Diseminasi dan penggunaan informasi tentang sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang ada yang
dilakukan setiap bulan, setiap semester dan satu tahun. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan informan
penelitian didapatkan informasi mengenai diseminasi dan penggunaan informasi dari hasil sistem informasi gizi dimana
skoring penilaian terhadap diseminasi dan penggunaan informasi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
Tabel. 5.10 Diseminasi dan Penggunaan Informasi: Kebutuhan dan Analisis
No. Item Sangat
memadai Memadai
Ada Tetapi
Kurang Memadai
Tidak adekuat
sama sekali
Skore
3 2
1 1.
Pembuatan Program Gizi di Dinas
Kesehatan Kota secara lengkap, tepat
waktu, akurat, relevan memperoleh
informasi gizi
2
2. Grafik digunakan
untuk menampilkan informasi yang
update dan mudah dipahami di Dinas
kesehatan Kota
2
3. Peta digunakan untuk
menampilkan informasi yang update
dan mudah dipahami di Dinas Kesehatan
Kota
2
Total Rata-rata 2
Untuk pembuatan program gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang berdasarkan hasil wawancara dengan informan A
sudah lengkap, tepat waktu, akurat, dan relevan. Dari hasil wawancara tersebut bahwa Pihak seksi gizi Dinas Kesehatan
kota Tangerang sudah menyusun program gizi yang terjadwal sangat rapi. Hal ini di karenakan adanya rapat rutin yang
diadakan oleh seksi gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang setiap sebulan sekali. Sehingga mendapatkan poin penilaian sebesar 2
dua yang artinya sudah memadai. Menurut Laporan Akuntabilitas Instansi Dinas Kesehatan
Kota Tangerang Tahun 2012, kegiatan penyusunan peta informasi masyarakat kurang gizi bertujuan untuk mendapatkan
informasi mengenai peta status gizi di Kota Tangerang melalui pendataan dan analisa status gizi balita oleh tenaga gizi di
Puskesmas. Dengan demikian dalam menampilkan informasi mengenai
produk sistem informasi gizi, pihak Dinas Kesehatan Kota Tangerang sudah menggunakan peta dan grafik untuk
memudahkan dalam mengetahui perkembangan status gizi balita yang ada di wilayah Kota Tangerang. Oleh karena itu, poin
skoring mendapatkan sebesar 2 dua yang artinya sudah memadai. Berikut di bawah ini merupakan contoh grafik
perkembangan status gizi balita di wilayah kota Tangerang tahun 2012:
Grafik 5.1 Perkembangan Status Gizi Balita Di Kota Tangerang Tahun 2012
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang Dari grafik di atas dapat diketahui perkembangan status
gizi balita di wilayah Kota Tangerang tahun 2012. Terdapat 4 status gizi yaitu gizi buruk, gizi kurang, gizi normal, dan gizi
lebih. Berdasarkan grafik di atas menunjukan prensentase masing-masing status gizi, dapat diketahui presentase gizi buruk
yaitu sebesar 1,41, presentase untuk gizi kurang sebesar 10,18, presentase untuk gizi normal sebesar 83,09, dan
presentase gizi lebih yaitu sebesar 5,02. Presentase status gizi balita paling tinggi yaitu gizi normal dengan presentase 83,09
. Dengan adanya grafik perkembangan status gizi balita di wilayah Kota Tangerang, dapat memudahkan Dinas Kesehatan
Tangerang dalam memantau perkembangan status gizi balita dan melakukan pengambilan keputusan tindakan selanjutnya.
0,00 10,00
20,00 30,00
40,00 50,00
60,00 70,00
80,00 90,00
Buruk Kurang
Normal Lebih
1,41 10,18
83,09
5,02 Kota
Dengan demikian hasil poin rata-rata Diseminasi dan Penggunaan Informasi mengenai kebutuhan dan analisis yaitu
sebesar 2 dua yang artinya sudah memadai.
Tabel 5.11 – Penilaian Diseminasi dan Penggunaan Infomasi: Advokasi,
implementasi dan Aksi
No Item
Sangat Memada
i Memadai
Ada tetapi kurang
memadai Tidak
adekuat sama
sekali Scor
e
3 2
1
1 Dinas Kesehatan
menggunakan informasi kesehatan untuk
manajemen pelayanan kesehatan, monitoring dan
evaluasi secara periodik
2
2 Informasi kesehatan
digunakan untuk mengadvokasi adopsi
perilaku berisiko rendah oleh kelompok rentan
2
Total Rata-rata 2
Dari tabel di atas diketahui bahwa poin nilai untuk Dinas Kesehatan menggunakan informasi kesehatan untuk manajemen
pelayanan kesehatan, monitoring dan evaluasi secara periodik mendapatkan nilai 2 dua yang artinya sudah memadai.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan B selaku staf gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang terkait dengan koordinasi
dalam sistem informasi gizi, bahwa pihak seksi gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang mengadakan rapat rutin bulanan
yang dihadiri oleh tenaga pelaksana gizi Puskesmas hal ini
termasuk kegiatan monitoring dan evaluasi secara periodik, selain itu juga dilakukan supervisi sebagai bentuk monitoring,
dimana pihak Dinas Kesehatan Kota Tangerang mengunjungi Puskesmas sesuai jadwal yang sudah disusun dan direncanakan
sebelumnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala seksi gizi
Dinas Kesehatan Kota Tangerang salah satu program seksi gizi yaitu mengadakan penyuluhan masa emas, dimana perbaikan
gizi diprioritaskan pada usia seribu hari pertama kehidupan, yaitu 270 hari selama kehamilan dan 730 hari pada kehidupan
pertama bayi yang dilahirkan
.
Selain itu program tersebut juga bertujuan menggerakkan masyarakat dalam membangun periode
emas bayi sehat, cerdas, dan kuat dengan ASI Ekslusif. Program penyuluhan tersebut dilakukan terutama di daerah yang berisiko
mengalami gizi kurang khusus nya terhadap kelompok rentan. Adapun daerah yang rentan berisiko berdasarkan data dari sigizi
tahun 2013 yaitu Benda, Periuk jaya, Poris gaga, Tanah tinggi dan Panunggangan. Dari hasil pemaparan tersebut jelas bahwa
informasi yang didapatkan akan digunakan untuk tindakan selanjutnya terhadap kelompok yang rentan dan berisiko, oleh
karena itu poin nilai untuk informasi digunakan untuk mengadvokasi adopsi perilaku berisiko rendah oleh kelompok
rentan mendapatkan nilai sebesar 2 dua yang artinya sudah memadai.
Dengan demikian nilai skoring rata-rata untuk penilaian diseminasi dan penggunaan infomasi mengenai advokasi,
implementasi dan Aksi dalam sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang mendapatkan poin sebesar 2 dua
yang artinya sudah memadai.
Tabel 5.12 – Penilaian Diseminasi dan Penggunaan Infomasi:
Perencanaan, Pengaturan Prioritas, Alokasi Sumber Daya
No Item
Sangat Memadai
Memada i
Ada tetapi kurang
memadai Tidak
adekuat sama sekali
Score
3 2
1
1 Terdapat informasi yang
terbukti digunakan dalam perencanaan dan proses
alokasi sumber daya misalnya, untuk rencana
tahunan pembangunan yang terpadu, jangka
menengah, kerangka pengeluaran rencana
strategis jangka panjang
2
2 Informasi secara luas
digunakan oleh dinas kesehatan untuk
mengatur alokasi sumber daya dalam proses
anggaran tahunan
2
Total Rata-rata 2
Berdasarkan hasil Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP Dinas Kesehatan Kota Tangerang Tahun
2012 yaitu kegiatan penyusunan peta informasi masyarakat kurang gizi bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai
peta status gizi balita di wilayah Kota Tangerang, yang didapatkan melalui kegiatan pendataan dan analisa status gizi
balita oleh tenaga gizi di Puskesmas. Adapun kegiatan dalam meningkatkan status gizi balita di wilayah Kota Tangerang
adalah sebagai berikut: a.
Pelaksanaan Distribusi kapsul vitamin A di 1.034 Posyandu b.
Monitoring dan evaluasi terhadap anak gizi buruk bagi 140 orang.
c. Sosialisasi tanda-tanda anak gizi buruk kepada tokoh-
tokoh formal untuk 147 orang. d.
Pengadaan sarana pencatatan dan pelaporan program gizi berupa KMS 12.000 lembar, Balok SKDN sebanyak 1.548
lembar, KMS besar sebanyak 1.186 lembar, leaflet 1.548 lembar, F1gizi sebanyak 49.632 lembar dan F II gizi
sebanyak 1.133 lembar. Sedangkan kegiatan dalam pemberdayaan masyarakat
untuk pencapaian keluarga sadar gizi adalah sebagai berikut: a.
Penyuluhan Masa Emas sebanyak 300 orang b.
Penyuluhan Kadarzi sebanyak 200 orang c.
Pembinaan warung sekolah sehat sebanyak 150 orang d.
Monitoring dan evaluasi ke Puskesmas Selain itu ada pula kegiatan Pemberian Makanan Tambahan
PMT sebanyak 336 balita melalui pemberian susu bubuk sebanyak 13.440 box 200 gr.
Dari keterangan LAKIP Dinas Kesehatan Kota Tangerang tahun 2012 untuk pemilihan lokasi dalam kegiatan peningkatan
status gizi pada balita berdasarkan dari peta informasi kurang gizi yang dibuat oleh seksi gizi. Dengan demikian bahwa
informasi yang ada dalam sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang diperlukan dan digunakan untuk
kebutuhan prioritas. Hal
ini terbukti
dengan adanya
kegiatan dalam
meningkatkan status gizi balita di wilayah Kota Tangerang serta adanya pengaadaan PMT bagi balita status gizi kurang. Selain
itu, informasi yang didapatkan oleh pihak Dinas Kesehatan Kota Tangerang juga dijadikan bahan acuan untuk perencanaan
anggran tahunan yang akan datang. Dengan demikian, secara keseluruhan komponen sistem informasi gizi berupa diseminasi
dan penggunaan informasi mendapakan nilai poin rata-rata 2 dua yang artinya sudah memadai.
143
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya
yaitu: 1.
Suasana pada saat wawancara mendalam yang kurang kondusif, situasi dan kondisi yang ramai sehingga dapat mempengaruhi
kejelasan dari hasil wawancara yang dipaparkan oleh informan. 2.
Instrumen alat seperti rekaman yang kurang memadai, sehingga membuat peneliti lebih banyak mencatat hasil wawancara dan
membuat catatan lapangan yang penting lainnya. 3.
Hasil penelitian sangat dipengaruhi oleh kejujuran informan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan setiap aspek komponen dari sistem
informasi gizi, sehingga dimungkinkan adanya bias informasi. 4.
Keterbatasan peneliti dalam mengembangkan pertanyaan dalam wawancara mendalam, sehingga informasi yang didapatkan kurang
optimal.
6.2 Karakteristik Informan
Dalam penelitian ini yang menjadi informan sebanyak 5 orang, yaitu Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang, tenaga pelaksana gizi