Manajemen Data Sistem Informasi Gizi
Bagan 6.1 Alur Pengumpulan Data
Berdasarkan bagan di atas, pengumpulan data berawal dari Posyandu. Pada tingkat Posyandu pengumpulan data berasal dari kegiatan
Posyandu seperti penimbangan, pemberian imunisasi, serta pelayanan KB. Berdasarkan dari hasil wawancara dengan informan A yaitu Kepala Seksi
Gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang, pada tingkat Posyandu, kader Posyandu hanya melakukan record yaitu mencatat data hasil kegiatan
Posyandu. Data yang dicatat oleh kader yaitu data SKDN, jumlah balita BGM, jumlah balita yang ditimbang bulan ini tetapi tidak ditimbang bulan
lalu O, jumlah balita yang turun berat badannya pada bulan ini T, jumlah balita yang turun berat badannya dua bulan berturut-turut pada
bulan ini 2T, jumlah balita yang baru pertama kali hadir di Posyandu pada bulan ini B, jumlah kasus gizi buruk bulan lalu, dan jumlah kasus
gizi buruk baru bulan ini. Selain itu data yang dicatat oleh kader Posyandu Kementerian Kesehatan
Dinas Kesehatan Kota
Puskesmas
Posyandu
juga meliputi jumlah balita yang mendapatkan vitamin A, jumlah bayi 0-6 bulan yang mendapatkan Asi Ekslusif, jumlah ibu hamil yang
mendapatkan tablet Fe, jumlah rumah tangga yang mendapatkan garam beriodium. Kader Posyandu mencatat data tersebut ke dalam buku sistem
informasi Posyandu SIP, sedangkan untuk pelaporan data tersebut, kader melaporkan ke tingkat Puskesmas dalam bentuk format 1 F1.
Pada tingkat Puskesmas dilakukan pengolahan data, dimana data F1 dari berbagai Posyandu akan direkap menjadi format 2 F2, LB3 gizi
dan Format SIG. data akan dianalisis untuk mengetahui cakupan indikator pembinaan gizi di wilayah kerja Puskesmas. Indikator tersebut adalah
SKDN, jumlah balita BGM, jumlah balita yang ditimbang bulan ini tetapi tidak ditimbang bulan lalu O, jumlah balita yang turun berat badannya
pada bulan ini T, jumlah balita yang turun berat badannya dua bulan berturut-turut pada bulan ini 2T, jumlah balita yang baru pertama kali
hadir di Posyandu pada bulan ini B, jumlah kasus gizi buruk bulan lalu, dan jumlah kasus gizi buruk baru bulan ini, jumlah balita yang
mendapatkan vitamin A, jumlah bayi 0-6 bulan yang mendapatkan Asi Ekslusif, jumlah ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe, jumlah rumah
tangga yang mendapatkan garam beriodium. Dari hasil analisis bila ditemukan anak atau balita yang turun berat badannya dua bulan berturut-
turut pada bulan ini 2T maka akan dilakukan upaya penyuluhan kepada orang tua balita dan merujuknya ke Puskesmas. Sedangkan apabila
ditemukan jumlah BGM baru maka dilakukan upaya konfirmasi BGM dengan BBTB dan tanda klinis gizi buruk oleh Tenaga Pelaksana Gizi di
Puskesmas, jika positif gizi buruk maka akan dilakukan tatalaksana gizi buruk.
Dari hasil observasi dan wawancara dengan informan A selaku Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang, untuk unit sistem
informasi gizi di tingkat Kota sudah mengmpulkan data yang terintegrasi yang berisi data dari seluruh puskesmas dan sumber data, namun
pelaporan belum dapat diakses kepada khalayak berbagai pengguna. Menurut Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang pelaporan
belum dapat diakses kepada khalayak berbagai pengguna dikarenakan dikhawatirkan data tersebut disalahgunakan untuk kepentingan politik dan
tidak dapat dipertaggung jawabkan. Hal inilah yang merupakan salah satu penyebab lemahnya manajemen data di Dinas Kesehatan Kota Tangerang.
Dinas Kesehatan Kota Tangerang terdapat gudang data dimana data dari seluruh puskesmas yang ada di wilayah kerja Dinas Kesehatan
Kota Tangerang disimpan dalam lemari besar yang tersusun rapi sesuai dengan tahunnya. Data yang berasal dari tingkat sumber data yang paling
awal berasal dari Posyandu dan disimpan dalam bentuk hardcopy. Data yang berasal dari seluruh populasi seperti puskesmas yang ada di Wilayah
kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang disimpan dengan baik dalam bentuk softcopy dan hardcopy. Selain itu untuk memudahkan
penggabungan database yang berasal dari seluruh puskesmas, pihak Dinas Kesehatan Kota Tangerang memiliki kode unik. Selain itu terdapat pula
password dalam melakukan pelaporan melalui website sistem informasi gizi,
sehingga untuk
data cakupan
yang dilaporkan
dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya, karena hanya tenaga pelaksana saja yang mengetahui password tersebut.
Berdasarkan hasil skoring HMN tool, manajemen data di Dinas Kesehatan Kota Tangerang mengenai sistem informasi gizi kurang
memadai. Dari hasil observasi dan wawancara dengan informan A selaku Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang, untuk unit sistem
informasi gizi di tingkat Kota sudah menjalankan data yang terintegrasi yang berisi data dari seluruh populasi dan sumber data, dan terdapat
gudang data yang setara dengan Nasional, yaitu data yang berasal dari puskesmas yang ada di Wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang
disimpan dengan baik dalam bentuk softcopy dan hardcopy, namun pelaporan belum dapat diakses kepada khalayak berbagai pengguna.
Menurut Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang pelaporan belum dapat diakses kepada khalayak berbagai pengguna dikarenakan
dikhawatirkan data tersebut disalahgunakan untuk kepentingan politik dan tidak dapat dipertaggung jawabkan. Hal inilah yang merupakan salah satu
penyebab lemahnya manajemen data di Dinas Kesehatan Kota Tangerang .