Produk Sistem Informasi Gizi
produk dari hasil sistem informasi gizi yang terdapat dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang, dapat dinilai dengan melakukan skoring menggunakan
tools HMN dimana hasil skoring menunjukan bahwa produk yang terdapat dalam sistem informasi gizi masih belum memadai.
Sesuai dengan teori HMN yaitu dalam produk data mencakup penilaian kualitas data dimana dalam produk data terdiri dari karakteristik
usia dan cakupan data tersebut cukup representatif, dalam produk sistem informasi gizi terdapat data yang terdiri dari beberapa karakteristik usia
bayi yang dibagi dalam empat kelompok dengan interval 0-5 bulan, 6-11 bulan, 12-23 bulan dan 24-59 bulan. Selain itu produk dari sistem
informasi gizi ini cukup representatif dimana produk tersebut terdiri dari data cakupan penimbangan posyandu SKDN, cakupan balita gizi buruk
ditanganidirawat, cakupan ibu hamil mendapat Fe 90 tablet, data cakupan pemberian vitamin A, dan data cakupan ASI ekslusif. Walaupun produk
informasi ini sudah cukup representatif namun untuk estimasi data produk informasi ini hanya dipisahkan secara demografis yaitu berdasarkan usia,
belum ada berdasarkan status sosial ekonomi misalnya, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, serta berdasarkan wilayah misalnya, urbanrural,
utama geografis atau wilayah administratif. Penyebab kurang memadai produk sistem informasi gizi Dinas
Kesehatan Kota Tangerang salah satunya yaitu keterlambatan pelaporan sistem informasi gizi
Dinas Kesehatan Kota Tangerang
.
Berikut kutipan penjelasan dari informan B selaku staf gizi Dinas Kesehatan Kota
Tangerang:
“..........sebenarnya biasanya rutin setiap bulan, tapi pada waktu bulan agustus ada kendala sigizi maintaniceperbaikan, saya kira tidak bisa
kirim data,ternyata saya salah buka home page akhirnya saya baru melaporkan bulan agustus sampai desember 2013 secara ber
samaan.....” Berdasarkan hasil wawancara tersebut bahwa pelaporan produk sistem
informasi gizi biasa dilakukan setiap bulan, namun dikarenakan pelaporan bulan agustus hingga desember dilakukan secara bersamaan, maka
membuat poin penilaian menjadi kecil. Penyebab keterlambatan laporan tersebut adalah kurangnya komunikasi dari pihak staf seksi gizi Dinkes
Kota Tangerang ke tingkat Kemenkes dalam mengkonfirmasi masalah teknis yang terjadi. Dengan lemahnya kordinasi dan komunikasi dengan
pihak Kemenkes membuat kurangnya informasi yang didapatkan terkait tentang sistem informasi gizi yang berasal dari pihak Kemenkes.