Perlu adanya kebijakan yang mengatur dan mewajibkan secara penuh dalam pelaksanaan pelaporan melalui sistem informasi gizi.
Sehingga dapat meningkatkan kepatuhan tenaga pelaksana dalam melakukan pelaporan melalui sistem informasi gizi.
Perlu meningkatkan kemampuan kader Posyandu dalam membuat laporan indikator sistem informasi gizi. Karena Posyandu
merupakan sumber data awal, serta sebagai bagian input dari surveilans gizi. Pelatihan kader Posyandu diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam membuat laporan, sehingga semua kader diharapkan dapat terampil membuat
laporan secara merata. Selain itu adapula pertukaran tugas, sehingga semua kader dapat mengerti dan dapat melaksanakan
tugas-tugas yang ada di Posyandu dengan baik. Perlu adanya pendampingan kader dalam membuat laporan
indikator sistem informasi gizi. Terkait dengan sebagian besar kader merupakan ibu rumah tangga, kerap sekali menunda-nunda
dalam membuat laporan, dan menimbulkan keterlambatan dalam pelaporan. Dibutuhkan pendampingan kader oleh pihak tenaga
pelaksana gizi Puskesmas dalam membuat laporan. Dimana pihak tenaga pelaksana gizi Puskesmas berkunjung datang menemui
kader Posyandu. Tenaga pelaksana gizi Puskesmas tersebut membimbing kader dalam membuat laporan, dengan demikian
keterlambatan laporan oleh pihak kader dapat diatasi, dan data yang dihasilkan dari Posyandu menjadi lebih berkualitas, kerana
pembuatan laporan di Posyandu dibimbing oleh tenaga Puskesmas tersebut.
Perlu meningkatkan kordinasi dan komunikasi yang baik dari staf gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang dengan pihak Kemenkes.
Komunikasi sangat penting dalam mendapatkan informasi. Terkait dengan masalah adanya keterlambatan pelaporan produk informasi
gizi melalui website sistem informasi gizi, dibutuhkan kordinasi dan komunikasi yang cepat tanggap dalam mengatasi masalah
teknis yang terjadi di website sistem informasi gizi.
168
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1. Simpulan
1. Ruang lingkup sistem informasi gizi ini merupakan subsistem dari
surveilans gizi sebagai fasilitas dalam kegiatan pelaporan hasil surveilans gizi. Dalam menjalankan sistem informasi gizi ini, Dinas
Kesehatan Kota Tangerang memiliki 32 Puskesmas yang tersebar di 13 Kecamatan di wilayah Kota Tangerang. Pelaksanaan sistem informasi
gizi tersebut melibatkan beberapa tingkatan manajemen, yaitu dimulai dari tingkatan Posyandu, tingkatan Puskesmas, tingkatan Dinas
Kesehatan Kota, sampai pada tingkatan pusat di Kementerian Kesehatan.
2. Gambaran input Sistem Informasi gizi yaitu sumber daya, indikator,
dan sumber data. Sumber daya sistem informasi gizi seperti adanya kebijakan dan regulasi mengenai sistem informasi gizi itu sendiri
belum ada di Dinas Kesehatan Kota Tangerang. Selain itu untuk kordinasi pelaksanaan sistem informasi gizi, pihak Dinas Kesehatan
Kota Tangerang hanya berkordinasi dengan pihak Puskesmas, hal ini dikarenakan belum adanya kebijakan yang mengatur mengenai
kordinasi dengan pihak Kecamatan. Indikator sistem informasi gizi juga merupakan gambaran input sistem informasi gizi di Dinas
Kesehatan Kota Tangerang, namun untuk indikator masih belum
memadai. Penyebab belum memadai indikator sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang yaitu adanya keterlambatan
pelaporan indikator. Yang menjadi penyebab keterlambatan tersebut adalah tidak semua kader posyandu terampil dalam membuat laporan,
hal ini dikarenakan jarang adanya pertukaran tugas, masing-masing kader hanya mengerti pada tugas yang dipegangnya saja. Selain itu
data yang dilaporkan terlalu banyak, kebanyakan kader merupakan ibu rumah tangga, beberapa kader yang menunda atau tidak segera
membuat laporan lebih sering mengutamakan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dibandingkan membuat laporan, kader Posyandu juga
merupakan tenaga sosial atau sekedar sukarelawan, dan bukan merupakan pegawai tetap ataupun tenaga honor.
3. Gambaran proses dalam sistem informasi gizi yaitu manajemen sistem
informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang belum cukup memadai. Adapun alur untuk manajemen data yang dilakukan di Dinas
Kesehatan Kota Tangerang yaitu, dimulai dari tingkat Posyandu, tingkat Puskesmas, tingkat Dinas kesehatan, dan terakhir di tingkat
pusat Kementerian Kesehatan. Penyebab kurang memadai manajemen data ialah belum userfrendly untuk berbagai pengguna, hal ini
dikarenakan pihak Dinas Kesehatan Kota Tangerang sangat selektif dalam memberikan data terutama data yang berkaitan dengan gizi
buruk. Selain itu, dalam manajemen data yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang sudah mencakup semua aspek penanganan
data dari pengumpulan, penyimpanan, pengolahan, dan analisis data.