RESPONSIBILITAS Analisa Penerapan GCG di Yayasan Kuntum Indonesia

Tabel 4.7 Penilaian Aspek Independensi Yayasan Kuntum Indonesia No Aspek GCG Terpenuhi Kurang Terpenuhi Tidak Terpenuhi

4. INDEPENDENSI

a. Dalam melakukan pekerjaan, masing- masing organ yayasan tidak didominasi oleh salah satu bagian organ di dalam yayasan b. Setiap organ melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai dengan anggaran dasarperaturan yayasan c. Yayasan tidak dipengaruhi oleh kepentingan kelompok tertentu dalam menentukan sebuah program atau keputusan d. Yayasan tidak menerima sumbangan dari kelompok tertentu yang dibaliknya itu terdapat kepentingan terselubung     Sumber : Wawancara mendalam dengan Ibu Tatiek, Bogor, 25 Agustus 2015 Dari tabel tersebut tergambarkan bahwa praktik independensi yang dijalankan oleh Yayasan Kuntum Indonesia sudah baik dilaksanakan dalam hal menjaga yayasan dari pihak yang ingin membantu yayasan namun mempunyai kepentingan terselubung. Kemudian masih kurang dalam hal penerapan porsi kerja dari masing- masing organ yayasan, dan juga masih ada pengaruh dari pihak tertentu yang menghambat kerja dari yayasan. Selanjutnya, masih belum baik dalam hal operasional kerja, karena masih ada dominasi salah satu pihak di dalam yayasan. Fakta bahwa SDM yang ada di Yayasan Kuntum Indonesia ini adalah berjumlah sangat sedikit dan jumlahnya tidak memenuhi organ yang dibutuhkan dalam yayasan sehingga yayasan kekurangan SDM. Maka dari itu, BPH juga yang melakukan multifungsi kerja. Dalam menjalankan kegiatannya, dengan SDM yang kurang ini membuat tugas dan kewajiban dari organ-organ yayasan kurang efektif dilaksanakan. Adapun mengenai pihak luar yang bersinergi dengan yayasan, pihak yayasan pun juga tidak pernah mendapatkan dana titipan tertentu agar melakukan suatu hal yang diperintah oleh si pemberi. Pihak yayasan sebetulnya menerima semua kegiatan yang berasal dari luar jika itu memang ada kepentingan untuk membantu masyarakat, bukan kepentingan individu. Ada berbagai partai yang masuk membujuk Ibu Tatiek untuk masuk ke bursa politik partainya, namun karena ini sudah terlihat ke arah penarikan masa agar suara banyak didapat, maka Bu Tatiek menolaknya. Namun, jika niatnya mau membantu masyarakat, bisa bermitra, tapi tidak dengan membawa bendera partai. Mengenai pihak luar yang memengaruhi jalannya kegiatan Yayasan Kuntum Indonesia, sebenarnya ada juga seorang oknum yang tidak senang jika pihak yayasan bekerja sama dengan salah satu tokoh di desa tersebut. Karena hal itu, oknum tersebut mengancam untuk membekukan kegiatan yayasan di Tegalwaru apabila masih bekerjasama dengan tokoh itu. Karena merasa oknum ini juga berpengaruh dan cukup kuat dalam memberikan kebijakan, maka pihak yayasan pun membatasi kegiatannya dengan tokoh yang dimaksud tersebut agar kegiatan aman terkendali. Hal ini menjadikan yayasan kurang independen. 5. Aspek Fairness Dalam menerapkan aspek fairness, pihak yayasan senantiasa memerhatikan kepentingan dari donatur, dewan pengawas, juga dari UMKM sendiri berdasarkan aspek kewajaran dan kesetaraan. Tabel 4.8 Penilaian Aspek Fairness Yayasan Kuntum Indonesia No Aspek GCG Terpenuhi Kurang Terpenuhi Tidak Terpenuhi

5. FAIRNESS

KESETARAAN DAN KEWAJARAN a. Yayasan memberikan kesempatan kepada donatur atau pun penasihat yayasan untuk memberikan masukan guna kemajuan program yayasan b. Yayasan membuka akses informasi pada setiap organ yayasan sesuai dengan prinsip transparansi c. Yayasan memberikan kesempatan yang sama untuk pelatihan kepada para setiap UMKM di KWBT d. Yayasan memberikan kesempatan yang sama kepada setiap UMKM untuk mempromosikan produknya apabila ada pengunjung yang datang e. Yayasan memberi kesempatan pada UMKM mana saja untuk megajukan pembiayaan selama terpenuhinya kriteria f. Yayasan memberikan kesempatan pada siapa saja yang ingin bergabung dengan yayasan yang memenuhi kriteria yayasan.       Sumber : Wawancara mendalam dengan Ibu Tatiek, Bogor, 25 Agustus 2015 Dari tabel tersebut tergambarkan bahwa praktik fairness yang dijalankan oleh Yayasan Kuntum Indonesia sudah baik dari segi pemberian kesempatan pelatihan yang sama untuk UMKM, menerima masukan dari pihak lain, dan yayasan memberi kesempatan pembiayaan pada para UMKM dan juga membuka kesempatan kepada masyarakat untuk menjadi pengurus selama memenuhinya kriteria. Kemudian masih kurang dalam hal pemberian akses informasi dan juga kesempatan yang diberikan pada setiap UMKM untuk mengadakan promosinya. Dalam menjalankan programnya, yayasan tidak bisa bertindak dan berdiri sendiri. Yayasan memerlukan beberapa pihak yang bisa membantu melihat kekurangan-kekurangan dari kegiatan yang ia jalani. Ibu Tatiek sendiri intens berkomunikasi dengan dewan pembina, yaitu dengan suaminya sendiri, Pak Ocin, dan Pak Ukay. Kemudian juga, dalam urusan-urusan tertentu, beliau sharing dengan Pak Lurah. Masukan dari pemberi dana juga menjadi hal yang ia pertimbangkan. Yayasan juga membuka kesempatan seluas-luasnya bagi UMKM di Tegalwaru, khususnya yang menjadi mitraanggota dari yayasan untuk turut serta mengikuti pelatihan-pelatihan yang diberikan atau difasilitasi oleh yayasan. Namun, jika ada pengunjung yang datang, yayasan tidak bisa menyertakan semua UMKM mitranya untuk dikunjungi homeindustry nya, hal ini dikarenakan penunjukan tempat kunjungan itu sendiri yayasan berikan kuasa kepada para pengunjung untuk memilih tempat yang mau dikunjungi. Jadi sifatnya random. Ketika ada kegiatan pameran UMKM di luar desa pun, yayasan mengajak UMKM yang memang berhubungan dengan kegiatan tersebut. Dalam hal pemberian pembiayaan, yayasan selalu terbuka untuk membantu UMKM di Tegalwaru apabila kesulitan pendanaan. Selama ada kas di yayasan, maka yayasan bisa memenuhinya. Tentunya juga sebelum memberikan pembiayaan itu, yayasan meninjau terlebih dahulu, apakah UMKM ini terlibat bank keliling atau