Dampak Eksistensi Yayasan pada Perkembangan UMKM

mengharumkan nama Tegalwaru itu sendiri yang menjadi desa teladan. Kemudian dalam hal kelemahan yayasan, mereka merasa bahwa yayasan belum memiliki suatu tempat yang strategis bagi yayasan sendiri maupun pelaku UMKM disini sebagai showroom bisnis masyarakat Tegalwaru. Kemudian juga, SDM yayasan masih dirasa sangat kurang sehingga ketika ada suatu program atau kunjungan kinerjanya dirasa kurang optimal. 5. Terkait dengan peran yayasan dalam membantu pemahaman tentang pembiayaan, mereka menerima program pelatihan pembiayaan bagi UMKM dari yayasan yang bekerja sama dengan pihak luar memberikan materi terkait hal itu. Mereka merespon positif program tersebut. Namun, mereka menyayangkan bahwa program tersebut hanya sebatas pemberian dan pengenalan materi tentang pembiayaan, tidak serta juga dengan pemberian kemudahan persyaratan pembiayaan untuk UMKM. Mereka juga tidak mengerti tentang pembiayaan itu sendiri. 6. Terkait manfaat pembiayaan bagi perkembangan UMKM, mereka merespon positif pembiayaan yang telah mereka terima. Pembiayaan tersebut sangat bermanfaat bagi perkembangan usaha mereka. Dari pembiayaan tersebut, pelaku UMKM bisa menutup biaya tambahan produksi, kemudian diperuntukkan juga bagi kesejahteraan karyawannya, sampai kepada memiliki sebuah pabrik produksi kerajinannya beserta alat-alat produksinya. Hal ini menggambarkan bahwa sebenarnya mereka membutuhkan pembiayaan tersebut bagi perkembangan usahanya. 7. Terkait manfaat yang diberikan Yayasan Kuntum Indonesia kepada pelaku UMKM, mereka mendapatkan banyak manfaat seperti usaha mereka disorot media sehingga usahanya semakin dikenal luas oleh masyarakat, hal ini juga sangat membantu dalam hal penambahan jaringan dan pemasaran produk mereka. Kemudian, dari program kunjungan-kunjungan yang dibawa oleh yayasan, mereka juga berhasil menambah jaringan, dari kunjungan tersebut biasanya ada yang menawarkan kerjasama bisnis dan juga ada yang menjadi pelanggan setianya. Selain itu, mereka juga merasa menjadi pelaku usaha yang bermanfaat karena secara langsung, mereka bisa membagi ilmu wirausahanya kepada masyarakat yang ingin belajar pada mereka. Program tersebut merupakan buah hasil kerja Yayasan Kuntum Indonesia. Efeknya adalah daya marketing mereka juga semakin besar, kemudian produk mereka pun juga semakin laku, dari hal tersebut, mereka merasakan omset penjualan produknya juga semakin meningkat. Mereka sangat merespon positif manfaat yang diberikan yayasan. 8. Terkait cara mendapatkan modal usaha bagi UMKM, mereka merespon dengan cara yang berbeda-beda. Ada UMKM yang dalam awal pendirian usahanya itu tidak ada modal sama sekali dan kemudian mendapatkan pembiayaan dari salah satu pihak dan ini dilakukan pengembaliannya tanpa tambahan atau bunga sepeser pun sehingga dalam ekonomi Islam ia mempraktikkan akad qardh. Kemudian pada beberapa UMKM melaksanakan praktik ba’i alistishna’ dalam usahanya karena produk usahanya merupakan barang pesanan. Adapun ketika ada kekurangan dana dalam pembuatan produksi, ia mengajukan pembiayaan sesuai kebutuhan kepada yayasan dengan praktik qardh, ia melaksanakan qardh karena ia belum mampu berbagi hasil dengan yayasan. Kemudian pada satu usaha selanjutnya, sejak memulai bisnisnya sampai sekarang ia menggunakan modal sendiri dan pernah menjadi kafil pembiayaan untuk pihak lain karena usahanya yang begitu lancar membuat lembaga keuangan merasa pantas untuk diberikan pembiayaan kepadanya. Pada praktik ini, yayasan baru bisa membantu meminjamkan pembiayaan bagi pengusaha kecil saja dengan cara praktik qardh, yaitu meminjami pihak lain dengan pengembalian yang diberikan tanpa ada tambahannya. Sedangkan untuk menjembatani pelaku UMKM disini yang membutuhkan modal besar ke lembaga keuangan tertentu masih belum dilaksanakan. 9. Terkait dengan jenis-jenis pembiayaan yang diketahui responden, pada umumnya mereka merespon dengan kurang baik pada poin ini. Mereka tidak mengetahui jenis-jenis pembiayaan yang bisa diajukan oleh UMKM. Beberapa dari mereka hanya mengetahui pinjaman bank saja dan bank keliling. Hal ini bisa diakibatkan oleh tidak adanya lembaga keuangan di Desa Tegalwaru yang menaungi pembiayaan-pembiayaan pelaku usaha. Lembaga keuangan yang ada hanya terdapat di kecamatan. Kemudian juga, kurangnya sosialisasi dari lembaga keuangan di kecamatan tersebut jadinya pengetahuan pelaku UMKM tentang jenis-jenis pembiayaan yang ada itu sangatlah minim. 10. Terkait dengan minat responden terhadap pembiayaan, mayoritas dari mereka tidak berminat untuk mengajukan pembiayaan ke bank atau lembaga keuangan lainnya, mereka lebih memilih mengembangkan usahanya dengan modal mereka saja karena mereka takut dengan meminjam hanya akan jadi beban pikiran saja, kemudian juga ada ketakutan tidak bisa memulangkan uang pinjamannya karena melihat usahanya yang masih belum kuat, hanya mengandalkan pembelian dan jasa dari para pemesan atau tergantung orderan saja. Para pelaku UMKM disini lebih memilih bermain aman dengan modal yang ada dibandingkan mengambil risiko pembiayaan. 11. Terkait dengan alasan responden memilih sebuah pembiayaan, karena mereka adalah orang-orang yang tidak suka melakukan pembiayaan, maka jika mereka terpaksa melakukan suatu pembiayaan, mereka akan melihat aspek kemudahan dalam peminjaman, maka itulah yang dijadikan jalan untuk melakukan pembiayaan tanpa memperdulikan aspek lainnya. 12. Terkait dengan pengetahuan responden mengenai perbankan syariah, respon mereka cukup buruk dalam hal ini, karena mereka tidak begitu memahami tentang pembiayaan syariah. Beberapa responden hanya mengetahui pembiayaan syariah sebagai bantuan modal berdasarkan sistem Islam. Sementara data lainnya menunjukkan bahwa ia tidak memiliki pengetahuan yang mendasar sekali tentang hal ini karena ada yang menganggap bahwa hampir sama dengan konvensional, sama-sama mencari untung saja. Begitu juga pada responden lainnya yang tidak paham dengan pengertian ini, ia malah menyarankan bisa bertanya kepada tokoh agama. penulis merasa bahwa pengetahuan responden terhadap pembiayaan syariah masih sangat rendah. Hal ini bisa dikarenakan pembiayaan berbasis syariah belum ada di kampung tersebut dan masih sedikit yang menggalakkan tentang hal itu. 13. Terkait minat responden untuk mengajukan pembiayaan yang berbasiskan syariah, mereka kurang berminat terhadap pengajuan pembiayaan syariah untuk pengembangan usahanya. Jika pun nanti mereka melakukan pembiayaan, mereka lebih melihat kepada aspek kemudahan persyaratan dan lebih menguntungkannya dibanding melihat aspek kesyariahannya. Ada juga dari mereka yang akan memilih pembiayaan syariah jika memang di Tegalwaru sendiri sudah berdiri lembaga keuangan islami tersebut. Grafik 4.1 Respon UMKM terhadap Keberadaan Yayasan Kurang baik Baik Sangat Baik 20 40 60 80 100 120 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Respon UMKM Terhadap Yayasan Respon UMKM Terhadap Yayasan Grafik di atas diambil berdasarkan respon UMKM terhadap keberadaan yayasan, yaitu penilaian pada deskripsi poin 1 sampai dengan 13 di atas. Berdasarkan grafik tersebut, keberadaan yayasan untuk perkembangan UMKM di Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru direspon dengan sangat baik oleh pelaku UMKM di Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru ini. Namun, dari segi permodalan dan pengetahuan pembiayaan UMKM, yayasan masih belum berperan baik melakukan program ini kepada UMKM. Dengan ini bisa dilihat bahwa Yayasan Kuntum Indonesia telah berperan aktif dalam pengembangan UMKM di Tegalwaru ini, 106

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis menyampaikan kesimpulan sebagai berikut : 1. Evaluasi program yang dijalankan oleh Yayasan Kuntum Indonesia berdasarkan aspek GCG good corporate governance adalah bahwa secara umum yayasan telah menerapkan aspek GCG dengan cukup baik. Hal yang kurang pada transparansi adalah belum adanya website dan paparan visi misi yayasan yang bisa dibaca publik. Kemudian, akuntabilitas, belum melengkapi keanggotaan pengurus sesuai struktur organisasinya, sehingga pengurus juga belum bisa melaksanakan fungsinya masing-masing. Dari segi responsibilitas, sudah sangat baik, kekurangannya pada peraturan perundang-undangan, yaitu belum memiliki perizinan usaha sampai kepada kemenhukam. Selanjutnya independensi, kekurangannya masih ada pihak luar yang mempengaruhi kegiatanprogram yayasan. Dan yang terakhir fairness, yayasan masih kurang dalam hal pemberian akses informasi dan juga kesempatan yang sama diberikan pada setiap UMKM untuk mengadakan promosinya. 2. Dampak keberadaan Yayasan Kuntum Indonesia pada upaya perkembangan UMKM di Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru adalah UMKM terbantu pengetahuan bisnisnya melalui program pelatihan yang diberikan oleh Yayasan Kuntum Indonesia. Namun, tidak sampai kepada aspek pemahaman yang 107 mendalam bagi UMKM. Kemudian, pada sebagian UMKM bermodal kecil terbantu oleh pembiayaan yang diberikan oleh yayasan. Selanjutnya, UMKM pun mendapatkan jaringan usaha sehingga muncul kerjasama baru. Dampak lainnya yaitu, membantu pemasaran produk UMKM di Tegalwaru sehingga UMKM pun merasa mendapatkan omset yang lebih besar ketika menjadi mitra Yayasan Kuntum Indonesia ini.

B. Saran

Dari hasil studi dan observasi pada skripsi ini, penulis ingin mengemukakan saran sebagai berikut : 1. Untuk penerapan GCG pada Yayasan Kuntum Indonesia, yayasan perlu dengan segera menambah sumber daya manusianya agar tugas dan fungsi organ bisa berjalan dengan optimal. Kemudian website dan plang visi-misi juga harus yayasan miliki agar informasi lebih diketahui publik. Mengupayakan agar ada agenda pertemuan khusus yang rutin antara pihak yayasan dengan UMKM. Selanjutnya Yayasan berusaha semaksimal mungkin agar tidak terpengaruh tekanan dari pihak luar dan berusaha membuat agenda agar UMKM mendapat giliran yang sama untuk promosipelatihan dalam program kunjungan. 2. Dalam hal keberadaan yayasan terhadap perkembangan UMKM di KWBT ini, pelaku UMKM dirasa perlu untuk terus mengikuti pelatihan-pelatihan yang diberikan oleh yayasan dan aktif mencari tahu informasinya kepada yayasan, bukan hanya menunggu informasi saja. Kemudian bersama-sama dengan yayasan dan juga aparat setempat membangun suatu outlet atau showroom yang berfungsi 108 sebagai pameran kerajinan hasil produksi pelaku UMKM di Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru. Selanjutnya, UMKM pun sebaiknya juga mengikuti pelatihan di luar yang tidak hanya diselenggarakan oleh yayasan saja. 3. Dalam penelitian ini masih dirasakan kekurangan, baik terkait dari aspek GCG pada yayasan, maupun pada respon UMKM mengenai keberadaan yayasan. Peneliti mengharapkan pada penelitian selanjutnya membahas tentang aspek GCG pada UMKM di Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru. DAFTAR PUSTAKA Amalia, Euis. Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia. Jakarta : Rajawali Press, 2009 Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta : Gema Insani Press, 2011 Badan Pusat Statistik Bank Indonesia. Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan Syariah. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cetakan ke-3. Jakarta: Balai Pustaka, 2007 Dhewanto, Wawan, dkk. Inovasi dan Kewirausahaan Sosial. Bandung : Alfabeta, 2013 Fakultas Syariah dan Hukum. Pedoman Penulisan Skripsi. Jakarta: Pusat Peningkatan dan Jaminan Mutu PPJM Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, 2012 Hafsah, Mohammad Jafar. Kemitraan Usaha Konsepsi dan Strategi. Jakarta : PT Penebar Swadaya, 2000 Herdiansyah, Haris. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika, 2012 Hoetomo. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Kamil, Ahmad dan M. Fauzan. Kitab Undang-Undang Hukum Perbankan dan Ekonomi Syariah, Jakarta: Kencana, 2007 Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi ke-6. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2005 Kementrian Koperasi dan UMKM