Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

dengan melahirkan banyak pengusaha khususnya pada Usaha Mikro Kecil Menengah. Usaha menengah, kecil, dan mikro UMKM memiliki peran yang signifikan dalam menggerakkan sektor riil, khususnya mengatasi masalah pengangguran. Sejak diluncurkan Gerakan Wirausaha Nasional Februari 2011 lalu oleh Presiden SBY, data Badan Pusat Statistik mengungkapkan kini sudah ada 55,53 juta UMKM dan 54 juta lebih diantaranya usaha mikro. 4 Data Kementrian Negara Koperasi dan UKM menyatakan bahwa UMKM merupakan andalan ekonomi Indonesia karena merupakan mayoritas lebih 99.5 pelaku usaha dan menyerap lebih dari 90 penyerapan tenaga kerja nasional. Namun demikian UMKM hanya mampu menghasilkan sekitar 54.6 Produk Domestik Bruto PDB nasional dan laju pertumbuhannya juga tidak lebih besar daripada non-UMKM usaha besar. Berdasarkan kenyataan di lapangan, UKM sering tergambarkan sebagai usaha yang memiliki “manajemen tradisional”. Hal ini disebabkan umumnya praktik UKM di Indonesia memiliki ciri-ciri sebagai berikut. Pertama, UKM yang tumbuh dan berkembang di Indonesia lebih banyak dikelola oleh perorangan one man show atau dikelola dalam satu keluarga yang memegang teguh tradisi pengelolaan usaha dengan pola manajemen tertentu. Kedua, UKM tumbuh dan berkembang dengan manajemen sederhana dengan penggunaan bahan baku yang terbatas, proses produksi yang sederhana, dan hasil produk 4 Aunur Rofiq, Kemajuan Ekonomi Indonesia Isu Strategis, Tantangan, dan Kebijakan, Bogor : IPB Press, 2013 h.97 yang cenderung kurang bervariasi. Ketiga, Pola permintaan cenderung sangat monoton relatif tidak banyak berubah, dan Keempat, Penggunaan alat produksi yang sederhana bukan berbasis teknologi tinggi. 5 Salah satu wilayah yang terkenal karena UMKM-nya adalah Desa Tegalwaru, Ciampea, Bogor, Jawa Barat. Desa ini memiliki beragam jenis UMKM, mulai dari kerajinan tas, anyaman bambu, peternakan, perikanan, sampai kepada obat-obatan herbal. Dengan banyaknya jenis UMKM yang dimiliki oleh wilayah ini, maka ada salah seorang warga yang mendorong UMKM tersebut agar bisa dikoordinir dan disatukan, kemudian ia ingin membangun image desa ini, maka tercetuslah sebuah ide pendirian kampung wisata dengan nama Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru KWBT. Berdasarkan wawancara yang dilakukan via telepon kepada penggagas Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru ini, yaitu Ibu Tatiek Kancaniati bahwa perkembangan UMKM yang terjadi di Tegalwaru ini lumayan pesat perkembangannya setelah dicetuskannya ide menjadi Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru. Perkembangan ini bisa dilihat dari jenis produk UMKM yang semula berjumlah 15 jenis pada 2008 kemudian pada saat sekarang sudah terdapat 35-40 jenis produk UMKM. Lalu, dari segi pemasaran produk, sekarang jenis produk UMKM di Tegalwaru sudah dikenal luas. Salah satunya adalah sentra herbal menjadi mitra yang dipercaya terbaik se-Kabupaten Bogor. Hal ini menjadi daya 5 Joko Priyono Husin Syarbini, UKM NAIK KELAS, Solo : Tiga Serangkai, 2014, h.31 tarik media cetak maupun media elektronik lainnya untuk meliput kegiatan UMKM di wilayah ini. 6 Perkembangan Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru ini tidak lepas dari peran Yayasan Kuntum Indonesia yang berusaha mengangkat kearifan lokal dan memberdayakan masyarakat agar ketimpangan kekayaan antara si miskin dan si kaya menjadi semakin sedikit. Sebagai upaya mengatasi ketimpangan yang dihadapi oleh sebagian lapisan masyarakat kita dewasa ini dan sebagai antisipasi munculnya masalah yang sama di masa mendatang, kemitraan usaha merupakan solusi untuk mengurangi masalah ketimpangan tersebut, kemitraan dijadikan solusi karena baik keberadaan maupun fungsi dan perannya diperlukan untuk memberdayakan semua lapisan masyarakat. 7 Yayasan Kuntum Indonesia merupakan sebuah yayasan yang terbentuk dan berdiri atas dasar inisiatif dari masyarakat setempat yang lokasinya berada di daerah Tegalwaru, Kecamatan Ciampea, Bogor. Yayasan ini merupakan yayasan yang bergerak di bidang kesejahteraan masyarakat dimana anggotanya banyak dari kalangan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah UMKM yang merupakan warga asli Tegalwaru. UMKM yang menjadi anggota Yayasan Kuntum ini otomatis juga menjadi mitra usaha Yayasan. Program-program yayasan dirancang dan diimplementasikan untuk mendorong kegiatan usaha dan pertumbuhan UMKM di Tegalwaru. Yayasan ini membantu para pelaku UMKM 6 Wawancara pribadi kepada Ibu Tatiek Kancaniati, 15 februari 2015 7 Mohammad Jafar Hafsah, Kemitraan Usaha Konsepsi dan Strategi, Jakarta : PT Penebar Swadaya, 2000, h.14 dalam meningkatkan kegiatan usahanya, mulai dari pelatihan kewirausahaan, manajemen usaha, dan juga sampai kepada pemasarannya. Dalam menjalankan sebuah program kerja bagi sebuah perusahaan atau organisasi diperlukan sebuah etika yang mendorong kegiatan bisnis berjalan sesuai dengan normaaturan yang berlaku. Menerapkan tata kelola yang baik bagi perusahaan atau organisasi merupakan suatu keharusan jika perusahaanorganisasi tersebut menginginkan kemajuan. Berbagai acuan tata kelola perusahaan yang baik dipublikasikan, salah satunya mengenai penerapan Good Corporate Governance GCG yang diterbitkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance KNKG pada tahun 2006 dimana isi GCG itu meliputi aspek Transparansi, Akuntabilitas, Responsibilitas, Independensi, dan Fairness kesetaraan dan kewajaran. Tata kelola yang baik good governance maupun tata kelola perusahaan yang baik atau good corporate governanceGCG, sebenarnya merupakan konsep dan instrumen umum sebagai langkah pembaharuan dalam sistem organisasi. Setiap organisasi seperti perusahaan milik Negara BUMN, perusahaan milik Daerah BUMD, perusahaan milik swasta, koperasi, organisasi seperti kantor pemerintah, lembaga atau yayasan nirlaba, dan organisasi lain wajib dikelola dengan baik. 8 8 Prijambodo, Tata Kelola Yang Baik Pada Koperasi Good Governance Cooperative Satu Kebutuhan Peningkatan Kualitas Sdm Koperasi, Jurnal Kementrian Koperasi dan UKM, h.1, 2012 Penerapan Good Corporate Governance dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan meningkatkan kinerja keuangan, mengurangi risiko yang mungkin dilakukan oleh dewan dengan keputusan yang menguntungkan diri sendiri, dan umumnya Corporate Governance dapat meningkatkan kepercayaan investor. Corporate Governance yang buruk menurunkan tingkat kepercayaan investor, lemahnya praktik Good Corporate Governance merupakan salah satu faktor yang memperpanjang krisis ekonomi di negara kita. 9 Melihat kepada fakta di lapangan yang terjadi pada perkembangan UMKM yang terdapat di Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru tentunya juga tak lepas dari peran siapa atau badan apa yang mengelola Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru ini. Dalam hal ini, kita melihat ke Yayasan Kuntum Indonesia sebagai wadah yang mengoordinir dan menyatukan UMKM di KWBT. Membuat suatu kegiatan atau mengkoordinir pelaku UMKM yang berada di Tegalwaru ini tentunya bukan merupakan sebuah pekerjaan yang mudah jika memang tidak ada aturan baku atau tata kelola yang baik pada yayasan. Namun sayangnya, belum ada peraturan baku tertulis tentang tata cara pengelolaan yang baik pada sebuah Yayasan atau organisasi nirlaba lainnya. Penelitian ini bermaksud melihat dan mengevaluasi tata kelola dari Yayasan Kuntum Indonesia yang merujuk kepada aspek-aspek Good Corporate Governance, yaitu TARIF Transparansi, Akuntabilitas, Responsibilitas, Independensi, dan Fairness. Kemudian penelitian ini juga 9 Sedarmayanti, Good Governance dan Good Corporate Governance, Bandung : Mandar Maju, 2007, h.60 melihat bagaimana dampak dari penerapan aspek tersebut dan keberadaan Yayasan Kuntum Indonesia bagi perkembangan UMKM di KWBT. Menjadi sebuah hal yang menarik sekaligus menjadi tantangan bagi penulis meneliti tentang evaluasi penerapan GCG pada Yayasan dimana penelitian sejenis masih belum atau sangat jarang ditemukan. Maka, penelitian ini ingin mengevaluasi sejauh mana Yayasan Kuntum Indonesia mengimplementasikan prinsip-prinsip Good Corporate Governance GCG, bagaimana dampak keberadaannya terhadap perkembangan UMKM di KWBT, dan hal apa saja yang perlu ditingkatkan. Sehingga penulis menuliskan penelitian ini dengan judul “Evaluasi Program Yayasan Kuntum Indonesia dan Pengetahuan Pelaku UMKM dalam Upaya Pengembangan UMKM di Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru”.

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah Berdasarkan pemaparan dalam latar belakang, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Apakah aspek Transparansi sudah berjalan dengan baik di Yayasan Kuntum Indonesia ? b. Apakah aspek Akuntabilitas sudah berjalan dengan baik di Yayasan Kuntum Indonesia ? c. Apakah aspek Responsibilitas sudah berjalan dengan baik di Yayasan Kuntum Indonesia ? d. Apakah aspek Independensi sudah berjalan dengan baik di Yayasan Kuntum Indonesia ? e. Apakah aspek Fairnes sudah berjalan dengan baik di Yayasan Kuntum Indonesia ? f. Apakah program-program yayasan berguna bagi para pelaku UMKM di Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru ? g. Apakah pelaksanaan konsep GCG oleh Yayasan mendorong pelaku UMKM untuk mengajukan pembiayaan ke Lembaga Keuangan ? 2. Pembatasan Masalah Penulis membatasi permasalahan dalam penelitian ini yaitu pada penerapan GCG Yayasan Kuntum Indonesia, asas GCG pada penelitian ini merupakan asas GCG yang tercantum pada KNKG 2006. Lalu, pelaku UMKM yang dipilih adalah yang merupakan anggota dari Yayasan Kuntum Indonesia yang mendapatkan pembiayaan dan dalam kategori usaha yang menjadi pionir di dalam Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru. 3. Perumusan Masalah Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Bagaimana implementasi Good Corporate Governance di Yayasan Kuntum Indonesia dalam upaya peningkatan perkembangan UMKM di KWBT ? b. Bagaimana dampak keberadaan Yayasan Kuntum Indonesia terhadap perkembangan UMKM di KWBT ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengevaluasi pelaksanaan program Yayasan Kuntum Indonesia dengan indikator Good Corporate Governance agar diketahui mana program yang sudah efektif dan belum efektif dilaksanakan dalam standard GCG. 2. Untuk mengevaluasi seberapa besar dampak keberadaan yayasan lewat pengetahuan UMKM di KWBT. Dengan diadakannya penelitian ini maka akan mendatangkan manfaat sebagai berikut : 1. Akademisi Penelitian tentang GCG di yayasan dan UMKM saat ini masih sangat terbatas. Oleh karena itu penelitian ini diharapkan menjadi tambahan referensi dan informasi bagi penelitian yang sejenis. 2. Lembaga Terkait Hasil penelitian ini bisa menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi pengelola Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru KWBT dalam usaha mengembangkan UMKM di wilayahnya. 3. Pelaku UMKM Sebagai bahan evaluasi pengetahuan dan tindakan yang telah dilaksanakan oleh UMKM sehingga kedepannya bisa lebih memperhatikan aspek-aspek yang semestinya dilaksanakan untuk perkembangan usahanya. 4. Pemerintah Bagi pemerintah setempat, sebagai bahan evaluasi kinerja pemerintah dan tambahan referensi membuat kebijakan selanjutnya untuk pengembangan UMKM di Tegalwaru. 5. Bagi Penulis Dengan melakukan penelitian ini, penulis mendapatkan wawasan dan pengalaman baru mengenai konsep dan praktik tata kelola yang baik lewat pendekatan GCG, khususnya penerapan pada Yayasan Kuntum Indonesia dan dampaknya keberadaannya bagi UMKM yang berada di KWBT.

D. Kerangka Teori dan Konsep

Evaluasi merupakan alat dari berbagai macam pengetahuan untuk menganalisis dan menilai fenomena ilmu pengetahuan dan aplikasi ilmu pengetahuan dalam penerapan ilmu pengetahuan dalam praktik profesi. Teori