FAIRNESS Analisa Penerapan GCG di Yayasan Kuntum Indonesia
Ada 3 responden yang penulis libatkan dalam penelitian ini. Mereka adalah Pak Fadli, yang merupakan pengusaha tas. Kemudian Pak Bidin yang merupakan
pengusaha pembibitan ikan. Selanjutnya yang terakhir adalah Pak Aris selaku pengusaha wayang golek. Mereka merupakan pelaku UMKM yang menjadi mitra
Yayasan Kuntum Indonesia. Ada beberapa hal yang secara spesifik peneliti tanyakan kepada responden, yaitu :
2
1. Terkait dengan program-program yang diberikan oleh yayasan, mereka
menjawab bahwa program yang diberikan oleh yayasan itu lebih banyaknya kepada kunjungan-kunjungan bisnis dari pengunjung kampung wisata ke
homeindustry mereka. Adapun bentuk pelatihan kepada mereka sendiri yaitu meliputi administrasi usaha dan pembiayaan. Kerjasama dengan pihak lain.
Mereka merespon positif dan menerima program ini sebagai peningkatan kemampuan usaha mereka. Namun, pada beberapa UMKM, program pelatihan
ini dirasa masih belum menjangkau khusus pada UMKM, pelatihannya masih terlalu bersifat umum.
2. Terkait dengan ketepatan program yang diberikan kepada UMKM, mereka
merasa bahwa materi pelatihan yang diberikan kepada UMKM-UMKM di Tegalwaru ini masih belum tepat. Ada beberapa segi ketidaktepatannya, yaitu
bahwa pelatihan terkadang diisi oleh kalangan berpendidikan tinggi, sedangkan disini mayoritas pelaku usaha kebanyakan masih awam tentang istilah-istilah
akademis. Jadi penangkapan materi masih belum diserap secara dalam.
2
Wawancara pribadi dengan pelaku UMKM di KWBT, Bogor, 3 September 2015
Kemudian dalam hal pilihan materi, mereka merasakan bahwa terkadang materi pelatihan itu lebih tepatnya diberikan ketika usaha mereka sudah maju. Namun
mereka juga senang karena pelatihan tersebut menambah pengetahuan mereka dalam berbisnis. Sedangkan Pada satu UMKM merasa bahwa program
kunjungan itu lah yang sudah sangat tepat diberikan. 3.
Terkait kebermanfaatan program yang diberikan oleh yayasan, mereka sangat terbantu dari kunjungan-kunjungan bisnis yang dibawa oleh yayasan, kemudian
juga terbantu dalam beberapa aspek pengetahuan bisnis pada suatu pelatihan tertentu. Namun sayangnya, UMKM masih belum merasakan pelatihan
manajemen pengelolaan usaha yang baik dan cara pemasaran produk-produknya, karena mungkin selama ini hanya dari kunjungan yang menjadi dominan.
4. Terkait dengan kelebihan dan kelemahan yayasan bagi UMKM, mereka lebih
melihat aspek positifnya dibandingkan negatif. Pada satu UMKM memandang bahwa yayasan ini unik daripada yayasan-yayasan lainnya, karena yayasan ini
lebih terjun kepada urusan pemberdayaan usaha kecil, dimana para pelaku UMKM diberikan terus pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan bisnis
mereka dan bagi para pengunjung pun difasilitasi dengan kunjungan homeindustry ke tempat UMKM yang mereka ingin kunjungi sehingga bisa
membantu mereka dalam hal pengetahuan dan pendirian bisnis. Karena hal tersebut terus dilakukan dengan konsisten, komitmen, dan keikhlasan yang tinggi
untuk berbagi sehingga yayasan ini berhasil merangkul UMKM di Tegalwaru menjadi satu dalam bentuk Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru dan berhasil
mengharumkan nama Tegalwaru itu sendiri yang menjadi desa teladan. Kemudian dalam hal kelemahan yayasan, mereka merasa bahwa yayasan belum
memiliki suatu tempat yang strategis bagi yayasan sendiri maupun pelaku UMKM disini sebagai showroom bisnis masyarakat Tegalwaru. Kemudian juga,
SDM yayasan masih dirasa sangat kurang sehingga ketika ada suatu program atau kunjungan kinerjanya dirasa kurang optimal.
5. Terkait dengan peran yayasan dalam membantu pemahaman tentang
pembiayaan, mereka menerima program pelatihan pembiayaan bagi UMKM dari yayasan yang bekerja sama dengan pihak luar memberikan materi terkait hal itu.
Mereka merespon positif program tersebut. Namun, mereka menyayangkan bahwa program tersebut hanya sebatas pemberian dan pengenalan materi tentang
pembiayaan, tidak serta juga dengan pemberian kemudahan persyaratan pembiayaan untuk UMKM. Mereka juga tidak mengerti tentang pembiayaan itu
sendiri. 6.
Terkait manfaat pembiayaan bagi perkembangan UMKM, mereka merespon positif pembiayaan yang telah mereka terima. Pembiayaan tersebut sangat
bermanfaat bagi perkembangan usaha mereka. Dari pembiayaan tersebut, pelaku UMKM bisa menutup biaya tambahan produksi, kemudian diperuntukkan juga
bagi kesejahteraan karyawannya, sampai kepada memiliki sebuah pabrik produksi kerajinannya beserta alat-alat produksinya. Hal ini menggambarkan
bahwa sebenarnya
mereka membutuhkan
pembiayaan tersebut
bagi perkembangan usahanya.