Evaluasi Program TINJAUAN TEORITIS

3. Tujuan Evaluasi Tujuan evaluasi berfungsi sebagai pengarah kegiatan evaluasi program dan sebagai acuan untuk mengetahui efisiensi dan efektivitas kegiatan evaluasi program. Tujuan evaluasi secara implisit telah terumuskan dalam definisi evaluasi yaitu untuk menyajikan data sebagai masukan bagi pengambilan keputusan. Tujuan khusus mencakup upaya untuk memberi masukan tentang kebijaksanaan pendidikan, hasil program pendidikan, kurikulum, tanggapan masyarakat terhadap program, sumber daya program pendidikan, dampak pembelajaran, manajemen, program pendidikan, dan sebagainya. Tujuan evalasi program luar sekolah bermacam ragam, di antaranya adalah memberi masukan untuk perencanaan program, kelanjutan, perluasan, dan penghentian program, serta untuk modifikasi program. kemudian untuk memperoleh informasi tentang faktor pendukung dan penghambat program. Memberi masukan untuk motivasi dan pembinaan pengelola dan pelaksana program serta untuk memahami landasan keilmuan bagi evaluasi program. Menurut Feurstein, terdapat sepuluh alasan mengapa evaluasi perlu dilakukan, antara lain : untuk melihat apa yang sudah dicapai, mengukur kemajuan, agar tercapai manajemen yang lebih baik, mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan, melihat apakah usaha sudah dilakukan secara efektif, biaya dan manfaat, mengumpulkan informasi, berbagi pengalaman, meningkatkan keefektifan, dan memungkinkan terciptanya perencanaan yang lebih baik. 9

B. Pembiayaan Syariah

1. Pengertian Pembiayaan Secara harfiah, pembiayaan financing atau marhun bih dapat diartikan sebagai dana rahn, yaitu dana yang diperoleh rahin nasabah setelah aplikasi rahn-nya diterima oleh pihak murtahin bank, dengan syarat setelah ada penyerahan marhun jaminan kepada pihak murtahin. 10 Secara istilah, pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan bagi hasil. 11 Dalam pengertian lain, pembiayaan adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga dengan kesepakatan antara lembaga keuangan dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk 9 Anita Zahara, Evaluasi Program Yaliju dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat, Skripsi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007, h.17-18 10 Bank Indonesia, Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan Syariah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007, h.5 11 Ahmad Kamil dan M. Fauzan, Kitab Undang-Undang Hukum Perbankan dan Ekonomi Syariah, Jakarta: Kencana, 2007, h. 31-32 mengembalikan uang atau tagihan tesebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. 12 Menurut UU. No.20 Tahun 2008 Pasal 1 menjelaskan bahwa pembiayaan adalah penyediaan dana oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat melalui bank, koperasi, dan lembaga keuangan bukan bank, untuk mengembangkan dan memperkuat permodalan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. 13 2. Tujuan Pembiayaan Secara umum tujuan pembiayaan dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu: tujuan pembiayaan untuk tingkat makro dan tujuan pembiayaan untuk tingkat mikro. Secara makro tujuan pembiayaan bertujuan untuk: 14 a. Peningkatan ekonomi umat, artinya masyarakat yang tidak mendapatkan akses secara ekonomi, dengan adanya pembiayaan mereka dapat melakukan akses ekonomi. Dengan demikian dapat meningkatkan taraf ekonominya. b. Tersedianya dana bagi peningkatan usaha, artinya untuk pengembangan usaha yang membutuhkan dana tambahan. Dana tambahan ini dapat diperoleh melalui aktivitas pembiayaan. 12 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta : UUP AMP YKPN, 2005, h.17 13 Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008, Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, pasal 1 14 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta : UUP AMP YKPN, 2005, h.17-18 c. Meningkatkan produktivitas, artinya adanya pembiayaan memberikan peluang bagi masyarakat untuk mampu meningkatkan daya produksinya dan mengembangkan usahanya sebab upaya peningkatan produksi tidak dapat terlaksana tanpa adanya dana. d. Terjadinya distribusi pendapatan, artinya masyarakat usaha produktif mampu melakukan aktifitas kerja, berarti mereka memperoleh pendapatan dari hasil usahanya.penghasilan merupakan pendapatan bagi masyarakat. Jika ini berhasil, maka akan terjadi distribusi pendapatan. e. Membuka lapangan kerja baru, artinya dengan dibukanya sektor-sektor usaha melalui penambahan dana pembiayaan, maka sektor usaha akan menyerap tenaga kerja. Kemudian secara mikro, pembiayaan bertujuan untuk: a. Upaya memaksimalkan laba, artinya setiap usaha yang dibuka memiliki tujuan yang tinggi, yaitu memaksimalkan laba usaha. Untuk menghasilkan laba maksimal, maka perlu pendukung dana yang cukup. b. Upaya meminimalkan resiko, artinya usaha yang dilakukan mampu menghasilkan laba maksimal, maka para pengusaha harus mampu meminimalkan resiko. Resiko kekurangan modal dapat diatasi dengan tindakan pembiayaan. c. Pendayagunaan ekonomi, artinya sumber daya ekonomi dapat dikembangkan dengan melakukan mixing antara sumber daya alam dengan sumber daya manusia serta sumber daya modal pembiayaan. 3. Klasifikasi Pembiayaan Pembiayaan pada dasarnya dapat diklasifikasikan menurut beberapa aspek, di antaranya: a. Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua hal sebagai berikut : 15 1 Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditunjukan untuk memenuhi produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun investasi. 2 Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan. b. Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua hal berikut : 16 1 Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan: a peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi, maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi, dan b untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang. 2 Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal capital goods serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan 15 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta : Gema Insani Press, 2006, h.160. 16 Ibid. h.160-161