Potensi UMKM di Desa Tegalwaru
Usaha selanjutnya di RW 04 berbagai industri pembuatan selai kelapa dan pembiakan ikan patin. Dari limbah industri selai kelapa, berpotensi melahirkan aneka
usaha seperti briket arang, nata de coco, dan hiasanaksesoris. Di RW 05 pun terdapat industei rumahan berupa pengolahan kecap, cuka, saus, dan minuman orson.
Walaupun menggunakan media produksi yang sangat sederhana telah memberikan income keluarga yang cukup menjanjikan. Kemudian terakhir di RW 06 masyarakat
dominan sebagai pedagang dan tukang bangunan tapi di beberapa area terdapat budidaya tanaman DAS yang telah cukup banyak diakui banyak pihak.
Berikut adalah beberapa profil UMKM yang dipilih berdasarkan purposive sampling oleh penulis, yang juga direkomendasikan oleh Ketua Yayasan Kuntum
Indonesia : a.
Kerajinan Tas Pak Ibad Kerajinan tas merupakan mayoritas usaha yang ada di Desa Tegalwaru. Salah
satu pelaku UMKM ini yang sudah banyak dikenal oleh masyarakat adalah Pak Ibad. Dia banyak mempekerjakan warga desa untuk ikut membuat tas sehingga ia juga
dikenal bos besar para pekerja tas. Sejarah usaha ini berdiri adalah awalnya ia bekerja sebagai karyawan pada salah satu pabrik tas di Jakarta, ia menekuninya selama 17
tahun disana. Hingga suatu hari terjadi kerusuhan Mei 1998 dan ini titik awal ia hengkang dari Jakarta dan bertekad untuk membuka usaha membuat tas di desanya
sendiri. Pengalaman Pak Ibad di Jakarta menjadi modal awal untuk membuka usaha, ia
bekerjasama dengan anak perusahaan dari salah satu perusahaan besar. Semua
pasokan bahan didapat darinya. Usahanya yaitu mengolah bahan dan membentuk pola hingga jadi. Sehingga awal bisnisnya hanya bermodal kejujuran dari mitra
tersebut, bahkan perusahaan itu memberikan pinjaman untuk permodalan seperti pendirian pabrik, alat-alat kerja, dsb. tanpa meminta bunga sepeser pun. Dari situ,
tingkat produksi pun juga makin meningkat. Hal ini sama-sama menguntungkan bagi kedua belah pihak. Akhirnya setelah 10 tahun berjalan, pihak perusahaan
memberhentikan kontrak karena kondisi pasar yang sudah tidak stabil, barang-barang asal Cina masuk pasaran dengan harga yang jauh lebih murah.
Pak Ibad tak mau menyerah, dengan memanfaatkan hasil-hasil yang diperolehnya saat kerjasama, ia mulai menyusun strategi untuk pengembangan
bisnisnya. Ia mulai berdikari dan mengajak tetangganya membuat pola, dimulai dari pengguntingannya hingga penjahitan. Apabila ada warga yang belum bisa menjahit,
maka hanya dipersilahkan hanya sampai pola. Ada banyak pilihan kerjasama yang ditawarkan Pak Ibad. Hingga saat ini usaha tas oleh Pak Ibad semakin digemari Desa
Tegalwaru sebagai usaha rumahan karena tidak perlu ke Jakarta dan bisa mengerjakannya di rumah sambil berkumpul dengan keluarga. Sekarang usahanya ini
lebih banyak dipimpin oleh anaknya, yaitu Fadli. Pemilihan kerja yang dilakukan warga Desa Tegalwaru sesuai permintaan
warga sendiri dan kemauan menjadi pengrajin tas. Pak Ibad dan Fadli membantu memfasilitasinya. Hasil produksi tas Tegalwaru ini banyak dipasarkan di Jakarta
maupun luar Jawa, bahkan pernah juga sampai ke luar negeri. Para pengunjung Desa Tegalwaru juga bisa memesan desain sesuai kebutuhan.