TRANSPARANSI Analisa Penerapan GCG di Yayasan Kuntum Indonesia

Perkembangan KWBT diinformasikan yayasan dalam suatu agenda khusus, yaitu ketika musyrembang desa, namun dirasa hal ini masih belum cukup untuk UMKM, karena menurut UMKM sendiri belum ada pertemuan khusus rutinan seminggu atau sebulan sekali yang memang diagendakan membicarakan khusus perkembangan UMKM dan KWBT. Berbeda halnya dengan pendapat UMKM, menurut Ibu Tatiek, secara kegiatan yang melibatkan UMKM memang ada setiap bulan, bahkan pernah juga sampai seminggu sekali, namun itu bentuknya kegiatanpelatihan yang diberikan. Sayangnya, dengan pelatihan dan kegiatan yang telah diberikan oleh yayasan kepada para pelaku UMKM, mereka pun juga belum mengetahui visi-misi yayasan, dan bahkan belum ada yang bertanya juga selama ini. Hal ini juga dikarenakan visi- misi yayasan itu masih hitam di atas putih, artinya belum ada pempublikasian secara nyata dalam bentuk plang atau spanduk, dan sebagainya. Yayasan Kuntum Indonesia sendiri juga tidak memiliki website, yang memilikinya justru buah programnya yaitu Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru. 2. Aspek Akuntabilitas Prinsip akuntabilitas dalam penelitian ini melihat kepada indikator basis kerja yang dilakukan oleh yayasan. Bisa dilihat dari stuktur organisasi, tugas dan tanggung jawab organ, dan SOP, dan pemberian reward dan punishment. Tabel 4.5 Penilaian Aspek Akuntabilitas Yayasan Kuntum Indonesia No Aspek GCG Terpenuhi Kurang Terpenuhi Tidak Terpenuhi

2. AKUNTABILITAS

a. Yayasan memiliki struktur organisasi kepengurusan yang lengkap b. Pengurus yayasan bekerja sesuai dengan fungsinya masing-masing c. Tugas dan tanggung jawab dari pengurus diarahkan untuk sejalan dengan visi-misi yayasan d. Yayasan mengontrol kegiatan-kegiatan UMKM di KWBT secara berkala e. Pengurus berperilaku sesuai dengan peraturan yayasan f. Anggota UMKM berperilaku sesuai dengan peraturan yayasan g. Adanya SOP yang berlaku dan diketahui oleh pengurus yayasan dan UMKM dalam menjalankan tugasnya h. Yayasan memberi reward kepada UMKM nya atas pencapaian prestasi yang diraih i. Yayasan memberi punishment kepada UMKM nya atas kesalahan yang dilakukan          Sumber : Wawancara mendalam dengan Ibu Tatiek, Bogor, 25 Agustus 2015 Dari tabel tersebut tergambarkan bahwa praktik akuntabilitas yang dijalankan oleh Yayasan Kuntum Indonesia sudah baik dilaksanakan dari segi pemberian tugas dan tanggung jawab, kontroling, SOP yang berlaku, dan dari pemberian reward, kemudian masih kurang dalam hal pelaksanaan peraturan dari pengurus maupun UMKM, dan juga pemberian punishment. Yang terakhir, yayasan belum bisa melengkapi keanggotaan pengurus, dan karena itu juga pengurus yayasan belum bisa melaksanakan fungsinya masing-masing. Tugas dan tanggung jawab dari pengurus yayasan selalu diarahkan untuk mencapai visi-misi yayasan, hal ini ditunjukan dengan pelaksanaan program-program pelatihan dan pembimbingan kepada UMKM yang cukup efektif dilaksanakan. Dalam setiap kunjungan ke tempat homeindustry UMKM, pengurus yayasan pun juga terus memantau kegiatan-kegiatan UMKM mitranya dan menanyakan perkembangan usahanya. Bagi UMKM yang memang terlihat bagus, rapi, dan disiplin dengan peraturan yayasan, maka yayasan pun juga memberikan reward nya dengan membantu mempromosikan UMKM tersebut di televisi lewat koneksi yang dimiliki oleh yayasan. Dalam menerima kunjungan dari luar, pengurus dan pelaku UMKM pun juga memiliki SOP guna terlaksananya acara tersebut dengan sukses. Adapun dari segi punishment, yayasan belum bisa menerapkannya ke seluruh anggotamitra UMKM nya, sebab punishment yang diberikan hanya pada UMKM yang melakukan pembiayaan ke yayasan, jika mereka menyalahi aturan yayasan, atau tidak amanah dalam menuntaskan pelunasan pembiayaannya, akan di blacklist oleh pihak yayasan dan ke depannya tidak masuk dalam daftar yang bisa diberikan pembiayaan. Struktur yayasan sendiri memang ada dari mulai Dewan pengawas sampai kepada divisi-divisi. Namun struktur ini tidak lengkap diisi oleh SDM. Artinya, organ yayasan tidak full ditempati oleh SDM. Posisi BPH memang sudah ada SDM yang menempatinya, namun pada posisi divisi-divisi, itu tidak ditempati oleh satu orang pun SDM. Hal ini lah yang membuat pengurus yayasan sendiri tidak bekerja dengan optimal sesuai fungsinya masing-masing. Jadi, tugasnya dari BPH itu multifungsi, semuanya dikerjakan bersama-sama. 3. Aspek Responsibilitas Dalam melihat aspek responsibilitas pada Yayasan, penulis melihat dari beberapa indkator yaitu kepatuhan terhadap perundang-undangan dan sikap tanggung jawabnya kepada masyarakat dan lingkungan. Tabel 4.6 Penilaian Aspek Responsibilitas Yayasan Kuntum Indonesia No Aspek GCG Terpenuhi Kurang Terpenuhi Tidak Terpenuhi

3. RESPONSIBILITAS

a. Yayasan memiliki peraturan tersendiri yang menjadi pedoman dalam setiap kegiatan b. Kegiatan yayasan merujuk kepada Undang-undang tertentu c. Yayasan mengadakan program sosial kepada masyarakat d. Yayasan memastikan bahwa kegiatan yang dilakukan kepada masyarakat itu ramah lingkungan e. Yayasan memastikan bahwa kegiatan yang dilakukan kepada masyarakat itu tidak mengganggu masyarakat f. Yayasan memberikan fasilitas peminjaman pembiayaan bagi UMKM yang memerlukan g. Yayasan memberikan pelatihan kepada UMKM di KWBT        Sumber : Wawancara mendalam dengan Ibu Tatiek, Bogor, 25 Agustus 2015 Dari tabel tersebut tergambarkan bahwa praktik responsibilitas yang dijalankan oleh Yayasan Kuntum Indonesia sudah sangat baik dilaksanakan yaitu dalam hal peraturan yayasan, program sosial yang diberikan, kegiatan ramah lingkungan dan tidak mengganggu masyarakat, penyediaan pembiayaan bagi UMKM yang membutuhkan, dan memberikan pelatihan kepada para UMKM. Namun masih kurang dalam hal ketaatan pada perundang-undangan. Pengurus yayasan membuat ADART yang dijadikan pedoman peraturan yang wajib ditaati oleh seluruh pihak yang terlibat di dalam yayasan. UMKM pun yang menjadi mitra yayasan harus juga mematuhi peraturan yang berlaku pada yayasan. Yayasan memberikan bentuk kepedulian yang amat besar kepada masyarakat Desa Tegalwaru, beberapa bentuk kegiatan sosial yang diberikan yaitu adanya pembagian sembako pada bulan ramadhan, kemudian ada santunan dan bantuan kepada anak yatim, kemudian ada juga program penyuluhan gizi kepada masyarakat. Yayasan juga memastikan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh UMKM di KWBT sendiri itu ramah lingkungan, salah satu bentuknya adalah ketika ada pabrik nata de coco, memang polusi udara yang ditimbulkan membuat indra penciuman kurang nyaman. Atas itu, dibuatkanlah septiktank kering agar polusinya tidak kemana-mana. Kemudian juga, ada pabrik yang waktu itu melakukan pencemaran udara dan mendapat komplain dari masyarakat, akhirnya pabrik itu pun ditutup. Sekarang pelaku UMKM pun sudah cerdas, tidak perlu diberitahu lagi, mereka tahu apa yang perlu dilakukan agar masyarakat tidak merasa dirugikan. Kemudian bentuk tanggung jawab dari yayasan juga untuk melakukan pengembangan UMKM di Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru ini dengan memberikan pelatihan-pelatihan kepada para UMKM di KWBT ini. Dari mulai pelatihan pembiayaan, administrasi, sampai kepada perpajakan. Hal ini dilakukan demi berkembangnya UMKM-UMKM di KWBT.