Wacana Kepemimpinan Dalam Islam

58 kita berbicara, menulis atau membaca sebuah hal kita sudah menggunakan mental kit a dalam basis kognitif yang disebut “an interface between social beliefs and discourse ” ini dapat diasumsikan jika wacana yang diangkat pada sebuah teks akan menimbulkan efek dimana reperesesntasi dari produksi wacana sesuai dengan proporsisi dari si penerima berita. 48 Menurut Saussure, dia berpendapat bahwa ada yang namanya penanda dan petanda. Dengan kata lain, penanda dikatakan sebagai bunyi atau coretan yang mempunyai makna. Bisa diartikan aspek material dari bahasa. Contohnya adalah apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang dibaca maupun ditulis. Wacana dan pertanda menurutnya adalah gambaran mental, konsep dan pikiran yang bisa disebut aspek mental dan bahasa. Kedua unsur ini tidak bisa dipisahkan. Saussure menyatakan bahwa penanda dan pertanda merupakan kesatuan seperti dua sisi dari selembar kertas. 49

E. Wacana Kepemimpinan Dalam Islam

Pemimpin adalah orang yang menjalankan kepemimpinan, dalam Al Qur’an banyak dijumpai istilah kepemimpinan salah satunya adalah imamah. Kepemimpinan dalam islam pada dasarnya adalah prinsip kepercayan. Seringkali merupakan sebuah kontrak sosial eksplisit antara pemimpn dan yang dipimpin. Sebuah kontrak yang mengisyaratkan intergritas dan keadilan. Dalam islam kepimimpinan bukanlah milik segolongan kaum elit. 50 Tetapi menjadi kewajiban bagi setiap muslim. Rasulullah Saw bersabda: 48 Teun A. van Dijk, Journal Political and Ideologi. www.discourse.org 49 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, hal 39 –40. 50 Ahmadi Sofyan, Islam of Leadership Jakarta: Lintas Pustaka, 2006, h. 30. 59 “setiap dari kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan diminta pertanggung jawaban atas kepemimpinannya “ H.R Bukhari Pemilihan pemimpin merupakan suatu proses pemilihan musyawarah secara sukarela yang melibatkan setiap kelompok. Dalam proses ini secara samar terlihat bahwa kepemimpinan merupakan sebuah proses dimana pemimpin berperan sebagai pemandu keinginan pengikutnya. Ini berarti seorang pemimpin tidak dapat bertindak sendiri atau memaksakan suatu kehendak tanpa bermusyawarah dengan pengikutnya. Menurut perspektif Islam, ada dua peran yang dimainkan oleh seorang pemimpin, yaitu: 51 1. Pelayan, pemimpin adalah pelayan bagi para pengikutnya, maka ia wajib memberikan kesejahteraan bagi para pengikutnya rakyat 2. Pemandu, pemimpin adalah pemandu yang memberikan arahan pada pengikutnya untuk menunjukan jalan yang terbaik bagi pengikutnya agar selamat sampai tujuan. Menurut Rafik Beekun dan Jamal Bawadi dalam “The Leadership Process in Islam”, dalam melakukan fungsinya sebagai pemimpin atau pengikut, seorang muslim akan melewati empat tahapan proses dalam pembangunan spiritualnya. Keempat tahapan itu akan mempengaruhi perilaku pemimpinnya, antara lain: 52 1. Imam, meyakini pada kepercayaan kepada keesaan Allah dan kenabian Muhammad Saw. Pemimpin yang beriman selalu meyakini bahwa apa 51 Ahmadi Sofyan, Islam of Leadership Jakarta: Lintas Pustaka, 2006 52 Ahmadi Sofyan, Islam of Leadership Jakarta: Lintas Pustaka, 2006 60 yang meruakan kepunyaan Allah, termasuk kekuasaan yang diamanahkan dari rakyat. 2. Islam, berarti pencapaian kedamaian bersama Allah. Al Maududi dalam bukunya: “Gerakan islam: Dinamika Nilai, Kekuasaan dan Perubahan” mengatakan bahwa iman adalah benih dan Islam adalah buahnya. Karena iman tersebut, maka seorang pemimpin yang mempraktekan islam tidak akan pernah merasa dirinya sebagai seseorang yang paling berkuasa. 3. Taqwa, seorang yang tunduk kepada Allah memiliki kesadaran dalam hatinya untuk selalu melakukan apa yang diperintahkan dan menjauhi apa yang dilarang. 4. Ihsan, adalah kecintaan kepada Allah. Kecintaan ini memotivasi seseorang untuk berbuat hanya pada tindakan yang diridhoi Allah SWT. Kecintaan kepada Allah akan membuat seseorang pemimpin berlaku atau berbuat yang terbaik, semampu yang ia bisa. Kata to lead diambil dari ekspresi Viking yang menyebutkan kepemimpinan adalah kemampuan meyakinkan orang supaya bekerja sama pada pimpinannya sebagai tim untuk mencapai atau melakukan suatu tujuan tertentu. 53 G.R Terry mengemukakan beberapa teori kepemimpinan, Saladin termasuk dalam Teori Kelakuan Pribadi yaitu kepemimpinan akan muncul berdasarkan kualitas pribadi atau kelakuan para pemimpinnya. Teori ini menyatakan bahwa seorang pemimpin melakukan tindakan berbeda dalam berbagai situasi yang berbeda pula. 53 Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin. Islamic Leadership. Jakarta: Bumi Aksara. 2009 hal. 106. 61 Dasar kepemimpinan dalam Islam adalah pada manusia itu sendiri, manusia terlahir sebagai pemimpin dan kelak akan dimintai pertanggung jawabannya berkaitan dengan kepemimpinan. Rasulullah SAW bersabda. “ Pemimpin suatu kaum adalah pengabdi mereka” HR. Abu Na’im. Pemimpin adalah pelayan ummat orang yang bertugas dan diamanahkan untuk melaksanakan tugas-tugas kepemimpinan, membimbing dan mengajak ke arah yang lebih baik. Dengan adanya kepemimpinan, maka ada pula tipe kepemimpinan yang terbagi menjadi empat jenis, antara lain adalah otoriter, Laissez-faire, demokratis dan Pseudo-demokratis. Tipe otoriter dalam kepemimpinan ini, pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota kelompoknya. Baginya itu adalah menggerakkan dan memaksa kelompok. Batasan kekuasaan pemimpin otoriter hanya dibatasi oleh undang-undang. Bawahan harus patuh dan setia secara mutlak. Sedangkan tipe Laissez-faire, sebenarnya pemimpin tidak memberikan kepemimpinannya, dia membiarkan bawahannya berbuat sekehendaknya. Untuk para pemimpin tipe demokratis, pemimpin ikut berbaur di tengah anggota kelompoknya. Hubungan pemimpin dengan anggota bukan sebagai majikan dengan bawahan, tetapi lebih seperti kakak dengan saudara- saudaranya. Dalam tindakan dan usaha-usahanya ia selalu berpangkal kepada kepentingan dan kebutuhan kelompoknya, dan mempertimbangkan kesanggupan dan kemampuan kelompoknya. Dan yang terakhir adalah tipe Pseudo-demokratis. Tipe ini disebut juga semi demokratis atau manipulasi diplomatik. Pemimpin yang bertipe pseudo- 62 demokratis hanya tampaknya saja bersikap demokratis padahal sebenarnya dia bersikap otokratis. Misalnya jika ia mempunyai ide-ide, pikiran, atau konsep yang ingin diterapkan di lembaga pendidikannya, maka hal tersebut akan dibicarakan dan dimusyawarahkan dengan bawahannya, tetapi situasi diatur dan diciptakan sedemikian rupa sehingga pada akhirnya bawahan didesak agar menerima ide atau pikiran tersebut sebagai keputusan bersama. Bisa dikatakan sebagai pemerintahan otoriter yang halus 54 Sun Tzu menyatakan bahwa kepemimpinan adalah hal yang sangat mutlak dalam membangun negara menuju yang lebih baik. Menurutnya, kepemimpinan mengacu pada kualitas yang harus dimiliki dalam memimpin. Kualitas tersebut mencakup kebijaksanaan, kepercayaan diri, belas kasihan, keberanian dan keteguhan. Selain itu, kepemimpinan mencakup juga sistem imbalan dan ancaman hukuman, logistik dan sebagainya. Hal mendasar ini harus dimengerti sepenuhnya oleh setiap pemimpin. Baginya, mereka yang mengerti akan semua hal tadi akan selalu menang, dan apabila ada salah satu bagian yang tidak mengerti pasti akan kalah. 55 1. Kepemimpinan Dalam Islam Dalam pandangan Islam, At-Tabrasi dalam tafsirnya mengemukakan bahwa kata imam mempunyai makna yang sama dengan khalifah. Hanya saja kata imam digunakan untuk keteladanan. Karena ia 54 Dr. Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta: Rajawali Pers. 2008 hal. 72-79. 55 Sun Tzu, diterjemahkan Danan Priyatmoko, The Art of War, Jakarta: PT Elex Media Komputindo. 1993 hal. 41-43 63 diperoleh dari kata yang mengandung arti depan, berbeda dengan khalifah yang terambil dari kata belakang. Para pakar, setelah menelusuri Al Quran dan Hadits menetapkan empat sifat yang harus dipenuhi oleh nabi yang pada hakikatnya pemimpin utamanya. Yang pertama Ash Shidq yang berarti kebenaran dan kesungguhan dalam bersikap, berucap, serta berjuang melaksanakan tugasnya. Ke dua, Amanah, yaitu kepercayaan yang menjadikan dia memeliharaa sebaik-baiknya apa yang diserahkan kepadanya, baik dari Tuhan maupun dari orang-orang yang dipimpinnya. Ke tiga, Fathanah, yaitu kecerdasan yang melahirkan kemampuan menghadapi dan menanggulangi persoalan yang muncul seketika sekalipun. Ke empat, Tabligh, yaitu penyampaian yang jujur dan bertanggung jawab atau diistilahkan dengan keterbukaan. 56 Ciri pemimpin menurut islam mempunyai beberapa kategori, yaitu adalah setia, antara pemimpin dan orang yang dipimpin terikat kesetiaan kepada Allah. Terikat pada tujuan, ketika diberi amanah sebagai pemimpin dalam melihat tujuan bukan saja berdasarkan kepentingan kelompok. Menjunjung tinggi syariat dan akhlak islam, seorang pemimpin yang baik jika ia merasa terikat dengan peraturan islam akan bisa menjadi pemimpin selama ia tidak menyimpang dari syariah. Memegang teguh amanah, seorang pemimpin ketika menerima kekuasaan menganggap sebagai amanah yang disertai oleh tanggung jawab. 57 2. Prinsip kepemimpinan menurut Islam 56 Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin. Islamic Leadership. 112-113. 57 Ibid, hal. 136. 64 a. Musyawarah Mengutamakan musyawarah sebagai prinsip yang harus diutamakan dalam kepemimpinan Islam. Seperti dalam Al Qur’an berbunyi:                                    Maka, berkat rahmat Allah, engkau Muhammad berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekap, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal 58 Dalam hal urusan yang dibahas dalam musyawarah dalam ayat tersebut maksudnya adalah urusan peperangan dan hal hal duniawi lainnya, seperti urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lainnya. Hal ini adalah indikator bahwa pemimpin muslim tidak boleh membedakan pendapat dari segi latar belakang kepercayaannya. Karena seorang muslim diajarkan untuk menghargai sesama manusia tanpa pandang apa pun. b. Adil Pemimpin yang adil tidak berat sebelah dan tidak memihak. Seperti dalam Al Qur’an berbunyi:                              58 Surat Ali Imran 3 ayat 159 65 Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat” 59 c. Kebebasan berpikir Seperti dalam Al Qur’an berbunyi:                 Dan sesunngguhnya Kami telah menjelaskan berulang-ulang kepada manusia dalam Al Quran ini dengan bermacam-macam perumpamaan. Tetapi menusia adalah memang yang paling banyak membantah 60 Manusia diberikan akal untuk berpikir bebas tentang fenomena yang terjadi dalam hidupnya. Berpikir bebas bagi pemimpin Islam tidak lain untuk mensejahterakan rakyatnya. 61 59 Surat An Nisa4 ayat 58 60 Surat Al Kahfi 18 ayat 54 61 Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin. Islamic Leadership, hal. 191. 68

BAB III GAMBARAN UMUM TEATER KOMA DAN PROFIL N.RIANTIARNO

A. Sejarah Teater Koma

Pada tanggal 1 Maret 1977, selasa, di Jakarta dua belas seniman yang mempunyai itikad yan sama, mendirikan kelompok Teater Koma. Tekad mendirikan kelompok teater antara lain didorong oleh keinginan menghadirkan tontonan teater yang diharapkan memliki warna berbeda dengan kelompok teater yang pernah ada. Teater Koma belajar dari kelompok- kelompok teater terdahulu. Mingkin bentuk pementasannya gabungan dari bentuk teater yang sudah pernah ada. Tapi bisa saja bentuknya malah berbeda sama sekali. Titik tolak pembentukan kelompok, didorong oleh kegelisahan pencarian berbagai kemungkinan lain dan upaya mewujudkannya di atas pentas. Teater Koma menganggap, karya pentas teater yang ada selama ini, belum seluruhnya selesai. 1 Teater Koma bisa juga disebut teater tanpa selesai. Pencarian wujud dan isi teater yang lebih karya warna, akan menjadi prioritas utama. Dalam menjalani karirnya Teater Koma mempunyai dua tujuan pokok yang menjadi landasan dalam bekerja yaitu pertama, membentuk kelompok menjadi wadah, yang berupaya mencari berbagai kemungkinan lain untuk perkembangannya. Naskah drama yang digali kandungan idenya, lebih diutamakan karya penulis Indonesa. Kemudian akan diarahkan menuju perencanaan pementasan. Kedua, menciptakan calon seniman dan pekerja seni yang tangguh. Pembinaan 1 Sejarah Teater Koma http:teterkoma.orgindex.php?option=com_content view=articleid=44Itemid=61 dikutip tgl. 5 Mei 2014